Chapter Five

56 10 2
                                    

"Vi sini. Udah dong main ujan-ujanannya." panggil Ramza yang sudah meneduh kembali.

"Iya deh Za."

Via pun duduk di bangku depan warung dan duduk di samping Ramza sambil menggesek-gesekan telapak tangan kanan dan kirinya untuk mendapat kehangatan.

"Lo kedinginan ya Vi?"

"Engga kok gue kepanasan" kata Via sambil berkipas-kipas memakai tangan kanannya.

Ramza tertawa kecil melihat kebohongan yang baru diucapkan Via. Setelah beberapa menit mereka hanya diam satu sama lain, Ramza baru ingat kalo ia memasukkan jaket ke dalam tasnya tadi pagi. Ia langsung membuka tasnya dan mengambil jaketnya itu.
Ramza melirik Via yang keliatannya sudah semakin kedinginan apalagi langit sudah mulai gelap, yang pastinya menambah aura dingin ke tubuhnya.

Tanpa bicara apapun, Ramza langsung memasangkan jaketnya secara sembarang di belakang badan Via. Via yang menyadarinya langsung menoleh ke Ramza, "Makasih Za" ia pun memasang jaket Ramza itu dengan benar ke tubuhnya.

"Za, gue bosen. Main yuk"

"Main apa?" tanya Ramza sambil mengerutkan keningnya.

"Gatau sih."

"Yaudah. Mending gue ceritain pengalaman lucu gue aja ke lo. Tapi abis itu, lo juga ceritain pengalaman lucu lo ke gue. Gimana? Mau gak?"

"Boleh tuh boleh!" jawab Via dengan sangat semangat dan menunjukkan senyuman cerianya kepada Ramza.

"Lucu lo ah kayak anak kecil." ucap Ramza sambil terkekeh.

"Oke jadi gini. Ceritanya gue punya temen baru di kelas baru gue. Nah dia tuh orangnya labil. Kadang jutek, kadang lucu banget kayak anak kecil. Tapi dia punya telinga yang rada-rada gitu deh garagara keseringan make headset. Sedih kan? iya emang sedih banget sih. Gue baru kenal sehari tapi gue ngerasa udah akrab sama dia. Terus dia kalo bete suka cemberut-cemberut gini nih" jedanya sambil menirukan gaya cemberut Via "Tuh lucu kan cerita gue?"

"Ah apaan si lo Za garing banget." Via memasang muka bete sekaligus kecewa dan mengalihkan pandangannya dari Ramza ke depan.

"Tuh kan lucu banget betenya" ucap Ramza tertawa sambil mencubit hidung Via untuk kedua kalinya.

"EH ZA. Ujannya redaa, anter gue pulang yuk." Via mengalihkan pembicaraan dan berharap supaya Ramza tidak melihat warna pipi Via yang sudah berubah menjadi merah.

"Siap tuan putri"

Mereka berdua pun menaiki motor dan Ramza melajukan motornya lagi. Akhirnya mereka berdua sampai di rumah Via dengan selamat. Via menuruni motor Ramza, "Makasih Zaa!" kata Via dengan senyuman ceria khasnya.

"Sip!" jedanya "Oiya Vi"

"Kenapa?" tanya Via yang terlihat kebingungan.

"Ternyata lo orangnya asik sama lucu ya" ucap Ramza sambil terkekeh.

"Iya dong, lo aja yang baru tau" Via memasang wajah belagu.

"Hm. Gimana kalo kita sahabatan?" lanjut Via dengat semangat dan mengangkat jari kelingkingnya ke atas.

"Tuh kan, lo kayak anak kecil banget mainnya kelingking kelingking gitu." jedanya sambil tersenyum manis "Oke mulai sekarang kita sahabatan." lanjutnya sambil sengaja menyentuh hidung Via dengan ibu jarinya.

"Yaudah gue pulang yaa Vi. Bye"

Via hanya menjawabnya dengan anggukan dan ia melambaikan tangannya ke arah Ramza sampai cowok itu sudah jauh dari rumahnya.

Via's POV

Kenapa gue ngerasa seneng banget ya hari ini? batin gue.

Gue masuk ke dalam rumah sambil senyum senyum gajelas dan saat sudah sampai di kamar, gue langsung menjatuhkan diri ke kasur kesayangan gue ini.

Regret I.TEWhere stories live. Discover now