Chapter Four

60 9 1
                                    

Murid-murid XI IPA 2 sudah mulai berkeliaran keluar kelas karena bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tapi, dua sahabat Sherin dan David ini belum terlihat. Akhirnya mereka berdua masuk ke kelas. Di kelas, mereka melihat Via yang masih merapikan buku-buku dan memasukkannya ke tas, sedangkan disampingnya ada cowok tinggi yaitu Ramza yang lagi berdiri santai sambil melihat kegiatan yang lagi dilakukan Via.

"HOI VI" teriak Sherin

"Gue lagi gak pake headset, Rin. Manggilnya biasa aja"

"Lagian lo lama banget sih, udah gue tungguin daritadi di luar" balasnya sambil melipat tangan di depan dada.

"Nunggunya juga gak bakal bosen, kan ada yang nemenin di sampingnya" goda Via sambil melirik ke arah David.

"Oiya gue David, sahabat Ramza dan temen sekelasnya Sherin" ucap David sambil mengulurkan tangannya ke depan Via.

Via menerima uluran tangan David, "Gue Via"

Mereka pun terdiam saat ada suara getaran handphone. "Eh hp siapa ini yang geter?" tanya Sherin

"Gatau" jawab Via dengan polos

"Bukan gue" ucap Ramza, David, dan Sherin bergantian.

Akhirnya Via mengambil hpnya di saku tas dan ternyata memang hp dia yang bergetar.

Papa is calling...

'Halo? Kenapa pa?'

'Ini, Vi. Kamu udah pulang sekolah ya? Papa ada meeting mendadak, kamu pulangnya naik angkutan umum aja ya. Tapi kalo boleh nebeng temen juga gapapa. Maaf ya, Vi. Ini mendadak banget papa juga baru dikasih tau makanya langsung nelfon kamu.'

'Yah pa, yaudah deh nanti aku nyari tebengan aja. Kalo ga dapet, aku naik angkutan umum.'

'Oke sayang maaf ya. Papa tutup telfonnya ya'

Tut tut tut
Bunyi yang menandakan telfonnya sudah di tutup.

"Bokap lo Vi? Ada apa?"

"Iya, Rin. Katanya bokap gue ada meeting mendadak gitu deh, jadi bokap nyuruh gue cari tumpangan ke temen terus kalo gak dapet gue disuruh naik angkutan umum." ucap Via malas.

"Yah, Vi. Maaf ya gue gabisa anter lo, abisnya gue udah janjian sama nyokap di mall" kata Sherin dengan nada bersalah.

"Gapapa kok. Gue bisa naik angkutan umum aja."

"Lo belom nanya ke gue loh bisa anter lo pulang apa engga." celetuk Ramza.

"Emang lo mau anterin cewek yang baru lo kenal hari ini?"

"Selagi bisa, kenapa engga?"

"Apaan sih lo, Za" jawab Via sambil memukul pelan lengan Ramza. "Yaudah gue nebeng lo yaa!"

"Siap neng" ucap Ramza jahil.

Mereka berempat pun keluar kelas dan pulang ke rumah masing-masing, kecuali Ramza yang harus mengantar Via pulang terlebih dahulu.

Di jalan, hanya tercipta keheningan diantara Ramza dan Via. Sampai akhirnya cowok memulai percakapan duluan, "Vi, waktu kelas sepuluh, lo kelas sepuluh apa?"

"HAH?"

"Lo dari kelas sepuluh apa, Vi?"

"HAAH?"

Akhirnya Ramza memberhentikan motornya di pinggir jalan.

"Loh? Kenapa berhenti? Lo kira rumah gue di comberan?" kata Via sambil menunjuk selokan di pinggir jalan itu.

"Lagian sih gue mau ngakak daritadi gue ngajak ngomong lo tapi lo cuma jawab 'HAH' 'HAH'" jawab Ramza sambil tertawa.

"Lagian lo ish ada ada aja, ngajak ngomong tapi lo nya ngebut. Mana berisik banget lagi tadi." ucap Via dengan cemberut. Ramza semakin ngakak karena melihat ekspresi Via dari spion motornya.

"Mukanya jangan ditekuk gitu woy, lo bikin gue makin ngakak, Vi." Ramza mencoba menahan ketawanya.

"Udah ah Za ayuk jalan lagi"

"Yaudah sip" Ramza langsung menyalakan dan melajukan motornya lagi dengan kecepatan stabil.

"Eh iya tadi alamat rumah lo apa? Gue lupa, Vi."

"Hah?"

"Alamat rumah lo Viaa"

"Hah? Ngomong apa sih?"

Ramza memberhentikan motornya lagi. "Ish kenapa berhenti lagi sih? Kapan nyampenya kalo gini"

"Lagian gue pengen nanya ke lo, tapi daritadi gue tanya lo jawabnya 'hah' 'hah' lagi kayak kambing conge. Padahal gue bawa motor ga ngebut lagi. Emang dasarnya telinga lo rada-rada ya garagara keseringan pake headset."

"Bacot ah. Lo nanya apaan sih emang?"

"Gue lupa tadi alamat rumah lo dimana?"

"Di jalan Taman Anggrek blok H nomor 16F."

"Oh oke, masih jauh ya berarti?"

"Iya masih jauh. Ayok ah lanjut jalan."

Ramza langsung melajukan motornya lagi tanpa menjawab kata-kata Via. Tetapi mungkin memang nasib Via untuk pulang telat, di tengah perjalanan, tiba-tiba turun gerimis yang dengan cepat berganti menjadi hujan yang sangat deras. Ramza langsung memberhentikan motor di pinggir jalan untuk ke tiga kalinya dan menarik tangan Via untuk meneduh di warung yang sedang tutup.

Beberapa menit mereka meneduh, hujan malah semakin deras. Tiba-tiba saja Via berlari ke tempat yang terkena hujan deras itu. Ramza mengerutkan kening melihat perempuan itu lari lari kegirangan dibawah hujan deras.

"ZA SINI ZAA. SERU TAU UJAN UJANAN" panggil Via sambil tertawa senang.

"Lo nanti masuk angin Vi" sejujurnya gue juga mau sih ikutan main ujan-ujanan kayak anak kecil gitu. batin Ramza

"UDAAH SINI AJA. GUE TAU KOK LO JUGA PASTI MAU UJAN UJANAN KAYAK GUE GINI. SINI SINI IKUTAN" ucap Via yang seperti bisa membaca pikiran Ramza.

"Ah lo bisa baca pikiran gue, Vi. Yaudah gue ngalah deh" balasnya sebelum akhirnya ia berlari ke tempat dimana Via berdiri.

"Gue ngerasa hati gue seneng dan lega banget Za kalo lagi gini" Via berbicara sambil tersenyum.

"Gue juga Vi" Ramza menoleh ke arah cewek yang sedang disampingnya ini sambil tersenyum manis.

***Alo! Sebenernya gue takut kalian gak dapet feel dari ceritanya sih. Tapi biarin aja yaa namanya juga baru nyoba-nyoba wkwk. Gue gamau banyak ngomong. Jadii, don't forget to vomment(s)! Thankie.;-)

Regret I.TEWhere stories live. Discover now