Penjara
Aku merupakan seorang gadis vampire yang telah hidup tiga ribu tahun di kastil ini. Sebuah kastil yang dibangun di tengah hutan terlarang. Hutan yang aku beli dan disegel oleh orang tuaku untuk menyembunyikan identitas kami sebagai vampire. Sehingga, aku tidak bisa keluar dari penjara itu.
"Hmm bau darah." Aku dengan segera bangun dan membuka jendela kamarku. "Dimana baunya?" Dengan tidak sadar kalau air liurku telah keluar dari mulutku. "Enak. Enak. Enak." Sambil mengendus-endus aku lansung terbang untuk melihat-lihat kedalam hutan mangsa apa yang ada disana.
Sambil menikmati indahnya hutanku dari atas, aku merasa adanya seorang manusia yang telah masuk kedalam perangkapku. "Wow. Wowo. Wow. Hmm hari ini adalah hari keberuntunganku. Aku mendapat sarapan yang lezat." Aku terus mengayunkan sayap hitam kelelawarku dan menikmati udara pagi yang segar.
"Hmm. Itu dia sarapan pagiku. Hahahah." Aku melihat ada seorang pemuda dengan baju kaosnya berada ditengah hutan. "Yeye. Yeye. Yeye. Sarapanku. Aku pasti mencicipimu. Tungu aku. Hihihi." Aku mengucapkan kata-kata itu dengan sedikit memberi irama yang aneh.
Aku lansung mendarat sedikit jauh dari manusia itu. Aku berjalan dengan anggun ditengah hutan untuk menghampiri mangsa berhargaku. "eeehhhh. Aku lupa kalau aku masih pakai baju tidurku. Aku tidak mau pulang lagi. Jarang-jarang ada orang tersesat dihutan ini." Dengan mengabaikan rasa maluku, aku terus berjalan dengan semangat empat lima.
"Hai. ada urusan apa kamu berada dihutan ini?" Terdengar dari kejauhan seseorang mengatakan itu.
"Maaf, tadi aku melihat ada burung yang sangat cantik terbang kedalam hutan ini. Aku niatnya mau mengambil burung liar itu." ujarnya.
"Kamu kan tahu kalau hutan ini milik pribadi dan sangat dilarang untuk masuk. Apakah kamu tidak bisa membaca peringatan yang ada dipintu gerbang." Aku lansung bersembunyi dibalik pohon dan mendengar perbincangan mereka.
"Maafkan saya. Saya akan segera keluar." Aku melihat ketakutan diwajah si pemuda itu karena telah menyelinap diam-diam masuk kedalam hutan. "Saya permisi dulu." Ujarnya pada seseorang yang sedang memakai jas hitam.
"Nggak boleh." Aku berteriak sambil berlari kearah pemuda itu. Tanpa sadar aku mendorongnya sampai terduduk. Aku lansung duduk dipangkuanya sambil menghadap kepadanya.
"A a a apa yang kamu lakukan?" Tiba-tiba saja dia berteriak dan menolehkan wajah memerahnya kesebelah kanan. aku mendengar desiran darahnya yang mengeras dan bunyi jantung yang semakin cepat. Hal itu membuatku semakin ingin memangsanya.
"Hmm enak. Baumu harum. Aku mau kamu." Ujarku sambil mendekapkan badanku padanya. Aku peluk pemuda yang berada dihadapanku sambil menjilat leher sebelah kirinya. Elm. Elm. Elm. Aku sangat menikmati bau darah segarnya dan siap untuk menancapkan taringku pada leher mulusnya itu.
"Nona. Cukup sampai disitu." Ujar seseorang yang berada dibelakangku. Pria dengan tinggi 172cm itu tiba-tiba menggendongku dari belakang untuk menjauh aku dari pria bau darah itu.
"Doni, Turunkan aku. Turunkan aku. Aku mau dia. Dia enak." Aku selalu memerontak dan merengek-rengek agar terlepas dari pegangat cowok jas hitam itu. Dengan kakiku yang tidak bisa menginjakkan tanah dan tanganku yang tidak bisa sampai pada sarapanku, yang hanya kulakukan mencoba mengayunkan tangan dan kakiku lagi dan lagi. (Sial. Si pelayan kurang hajar. Kenapa dia sangat tinggi dan kenapa juga dia menggendongku dari belakang. Hiks. Hiks. Hiks. sarapanku.) Keputus asaanku terhadap sarapanku.
"Maafkan ketidak sopanan nona saya." Ujarnya sambil tersenyum.
"Hmm tidak apa-apa. Dia sangat cantik. Aku tidak menyangka disini ada wanita secantik dia." Ujar si pemuda yang membuatku lansung terdiam.
"Hmm benarkah. Maukah kamu menjadi makananku?" Tanyaku dengan perasaan yang sedang berbunga-bunga. Aku membayangkan akan mengisap darah segar kembali setelah sudah lama tidak melakukannya.
"Makanan?" Tanya manusia itu dengan sedikit terheran-heran.
"Maksud nona saya adalah pacar." Jelas Doni yang mesih belum melepaskanku.
"Makan. Makan. Makan." Gumamku
"Oh pacar." Si pemuda mulai tersenyum malu. "Ba..." Manusia bau darah itu melihat kami dengan ekpresi ketakutan.
"Tuan, jangan pernah kembali lagi kesini kalau kamu ingin hidup. Sekarang pergilah dari hutan ini." Ujar Doni dengan tatapannya seperti seorang pembunuh.
"Ba ba baik." Manusia itu lansung berlari meninggalkanku.
"Jangan. Jangan makananku." Teriakku dengan keras sambil melihat dia meninggalkan kami di tengah hutan. "Hmm lepasin aku. Kamu jahat. Kamu membiarkan makananku pergi." Teriakku kemuka si pelayan itu. "hmm mm mm padahal aku mau sarapan lezat." Aku bertingkah manis dan sangat bahagia dengan apa yang akan terjadi. "Tapi kamu melepaskan sarapanku." Aku kembali berteriak-teriak pada si pria tinggi itu sambil mengebaskan sayapku. "Aku mau sarapan enak. Aku tunggu dikastil." Aku lansung pergi dengan perasaan yang sangat putus asa.
"Baik nona." Ujar cowok tinggi itu dengan sopan sambil merundukkan sedikit badannya.