5. Hope This Will Be Good

26 5 2
                                    

Jam di dinding menunjukkan pukul enam lima puluh saat Frans baru saja ingin menyentuh makanannya. Bel masuk sepuluh menit lagi dan cowok itu masih bersikap tenang seperti kesehariannya. Mungkin kalian menganggap Frans sedikit atau mungkin sepenuhnya sinting, tapi itulah Frans. Terlambat bukan suatu hal baru baginya. Bahkan momen saat Frans tidak terlambat ke sekolah saat SMA ini bisa dihitung dengan jari.

Cowok itu duduk di kursi dengan tenang. Tidak ada siapa-siapa yang bersamanya saat ini karena Frans memang tinggal sendirian. Ia merupakan anak tunggal. Orang tua Frans sudah tidak mau mengurusnya. Memang terkesan jahat namun itulah kenyataannya. Ayah Frans tinggal bersama istri dan keluarga barunya sedangkan ibu Frans lebih memilih mengejar karirnya di Perancis.
Maka jangan salahkan Frans hingga ia bisa menjadi seperti ini. Ya, ia terlalu sembrono untuk ukuran anak sekolah. Terlambat, suka balap liar, keluar masuk bar, merokok, dan sering dipanggil guru BP bukanlah hal asing baginya.

Setelah selesai dengan sarapannya yang ia buat sendiri, Frans beranjak dari duduknya lalu mengambil sepatunya. Sebelum ia sempat memakai sepatu, ia merasakan sesuatu bergetar di sakunya. Ponsel. Frans mengangkat panggilan dari Thomas yang menelponnya.

"Kenapa, Thom?" tanya Frans tanpa basa-basi.

"Frans, lo sekarang ke basecamp. Cepet gih."

"Loh, kenapa emang?"

"Tengah malem tadi si Wildan dihubungin sama anak Baratayudha. Mereka nantangin kita trek-trekan. Makanya lo cepet ke sini buat bahas itu. Tinggal lo doang yang belum dateng."

Frans berdecak. "Abis gak ada yang hubungin gue sih."

Kini giliran Thomas yang berdecak. "Lah ini apa namanya kalau bukan dihubungin?"

"Ya maksud gue, kenapa lo ngasih taunya baru sekarang?" tanya Frans dengan gemas. Cowok itu lalu meneruskan memakai sepatunya.

"Bacot lo, udah cepetan ke sini."

Sebelum Frans sempat menanggapi ucapan Thomas, sambungan telepon telah dimatikan. Frans mendengus lalu kembali memasukkan ponselnya ke saku celana. Tiba-tiba ia teringat dengan benda kotak yang membuat tasnya terasa berat. Ia pun mengeluarkan benda itu lalu meletakkannya di kamar.

"Mungkin gue bisa balikin ini besok."

Lalu Frans meninggalkan Macbook itu di atas kasurnya.

---NOTORIOUS---

Sesampainya di basecamp, Frans segera turun dari motornya lalu memasuki bangunan di depannya. Bangunan dengan ukuran sedang, berisi 4 ruangan yang meliputi ruang rapat, kamar mandi, dapur, dan arena games. Ya, mereka tentu memerlukan arena games untuk bermain Xbox dan play station. Beberapa sisi dinding bagian luar tampak berwarna-warni karena tulisan graffiti yang mereka buat.

Begitu memasuki ruang rapat--tempat yang mereka gunakan untuk berkumpul seperti sekarang--Frans mendapati teman-temannya yang memakai seragam, ada pula yang tidak. Frans sendiri masih mengenakan seragam mengingat fakta jika ia diberitahu paling akhir sehingga ia sudah bersiap diri untuk ke sekolah.

"Woi, lama banget sih?!" kata Wildan menyambut kedatangan Frans.

"Suruh siapa ngasih tau gue mendadak? Untung gue masih di rumah, jadinya tau kalau ada orang nelpon." gerutu Frans. Ia mengambil duduk di sofa yang bersebelahan dengan Ray.

"Udah, udah." lerai Thomas sebagai pemimpin di geng mereka. Ya, bisa dibilang Thomas yang paling bijak di antara mereka walaupun kelakuannya tak terlalu baik. "Karena semua udah kumpul, kita mulai aja rapatnya."

Semua yang semula berisik kini diam memperhatikan Thomas. Tidak, bukan 'memperhatikan' yang itu. Ayolah, kalian pasti tahu maksudnya.

"Jadi anak Baratayudha nantangin kita. Malem ini juga mereka ngajak trek-trekan. Nah, kita kan udah tau kalau mereka itu suka curang, jadi kira-kira strategi apa yang bakal kita pake kali ini?" ujar Thomas yang berjalan mondar-mandir di hadapan teman-temannya.

NotoriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang