2. Bad Day

54 5 4
                                    

Saat mendengar frasa 'jam kosong' mungkin kalian akan berjingkrak girang. Itu normal karena banyak yang melakukannya. Tak terkecuali bagi murid-murid SMA Bimasakti kelas XI MIPA 3 yang langsung menjerit bahagia kala guru piket datang mengumumkan jam kosong. Ditambah lagi kala itu seharusnya mereka ulangan harian. Akan tetapi tiba-tiba Bu Yeni si guru piket mengumumkan jika guru Matematika mereka, Pak Burhan kecelakaan.
Durhakalah mereka karena telah berteriak senang di atas penderitaan guru. Dasar anak jaman sekarang, guru sakit justru ditanggapi luapan kebahagiaan?

Hanya Dania yang tidak meloncat kegirangan di kelas itu. Mood-nya sedang buruk akibat mengingat foto yang ia lihat tadi malam. Biasanya menulis dapat memperbaiki mood-nya, namun tadi malam hal tersebut tidak berlaku. Dania masih belum bisa melupakan foto itu. Jika tahu begini jadinya, lantas mengapa Dania justru menge-stalk akun 'orang itu'?
Bodohnya ia.

"Kantin, yuk?"

"Ayo gangguin anak sebelah olah raga!"

"Ruang musik, yuk?"

"Mau bolos?"

Dania tak mau mendengar lebih celotehan teman-temannya yang pastinya akan meninggalkan kelas dalam beberapa menit lagi. Ia tetap termenung. Tubuhnya memang ada di sana tetapi entahlah dengan ke mana perginya sang jiwa. Beberapa teman-temannya mengajak Dania untuk keluar namun gadis itu hanya menanggapinya dengan gelengan pelan atau telapak tangan yang melambai tanda 'tidak'. Biarkan Dania sendirian di kelasnya.

Sampai akhirnya kelas itu benar-benar kosong. Hening, tak ada lagi suara anak-anak lain yang saling bersahutan. Dania meletakkan kepalanya di meja berbantalkan kedua tangannya yang dilipat. Ia menghembuskan napas kasar.

"Gue harus gimana? Di saat temen-temen pada keluar, gue harus apa?"

Dania memejamkan matanya erat lalu berusaha menenangkan diri. Sekuat tenaga ia menghalau air matanya yang akan menetes. Tidak, ia tidak boleh cengeng. Just because a boy treated you bad in the past, it dosen't mean you should be crying. No tears for it.

Setelah merasa agak lumayan, Dania mengeluarkan Macbook miliknya. Macbook yang telah menemaninya cukup lama karena hampir semua file-file penting bagi Dania ada di sana. Mulai dari cerita-cerita yang ia tulis sedari akhir Elementary School hingga kini tersimpan rapi di sana. Walaupun terkesan jelek karena ia mengarangnya waktu kecil, akan tetapi Dania tidak akan menghapusnya. Suatu saat nanti ia akan kembali membacanya. Siapa tahu bisa dijadikan bahan hiburan di hari esok?

Foto-foto aib Dania juga ada di sana. Dania tidak suka menunjukkan foto-fotonya di depan publik, maka dari itu ia hanya menyimpannya sendiri. Jika ia menge-post foto di akun sosialnya, pasti itu foto suatu objek benda atau foto Dania yang membelakangi kamera. Akan tetapi, Dania juga memiliki foto selfie yang ia simpan di Macbooknya. Maka dari itu, foto-foto tersebut termasuk 'foto aib Dania'. Hanya ia saja yang tahu.

Jemari Dania bergerak dengan lincah di atas keyboard. Tiba-tiba saja ia mendapat ide membuat cerita pendek yang terinspirasi dari kisah nyatanya. Pantas saja idenya mengalir lancar.
Karya tulis Dania kebanyakan ia simpan pribadi, tentu dalam Macbooknya. Maka dari itu Macbook tersebut sangat berarti baginya. Akan tetapi ada juga karya yang Dania bagikan di blog miliknya. Pembacanya juga lumayan banyak dan kebanyakan menanggapi dengan positif. Hal itu semakin menambah minat Dania pada kegiatan tulis-menulis. Walaupun ia belum begitu ahli, setidaknya ia sudah berusaha. Lagi pula, apa salahnya hobi? She likes it though.

Dania tenggelam dalam dunianya hingga ia tidak menyadari bel sudah berbunyi. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Dania yang kaget langsung menjerit dan ia terjatuh dari kursinya.

"Dania!"seru orang yang telah menepuk bahu Dania.

Dania mengelus pantatnya yang terasa sakit karena mencium lantai. Gadis itu meringis lalu menatap orang di depannya. "Rafa? Jadi lo yang ngagetin gue?!"

NotoriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang