Jeruji Besi

78 5 0
                                    

Ketika itu Wira menemukan sebuah pintu yang terpisah jauh dari ruangan lain. Pintu ini terlihat sedikit berbeda dari pintu lainnya. Wira menelusuri pintu tersebut, tidak ada kenop untuk membukanya dan pintu itu terbuat dari besi berbeda dari pintu lainnya yang hanya dari kayu.

Sebuah layar sentuh kecil ada di salah satu sisi pintu. Sebuah keyword muncul ketika Wira menyentuh layar sentuh. Dengan sigap Wira membuka sepatu dan dikeluarkannya sebuah alat pemecah sandi dari balik sepatunya. Ia langsung memasangnya di layar itu.

WELCOME. Pintu besi terbuka. Bagus! Lanjutkan Wira. Suara Raka terdengar kembali dari balik telinganya. Bau apak menguar ketika Wira memasuki ruangan yang berupa sebuah lorong gelap dengan tangga menuju ke bawah. Seketika itu, pintu di belakang Wira berderit dan tertutup rapat.

Wira masih bergeming di tempat, lorong itu sekarang benar-benar gelap gulita. Wira meraba-raba dinding untuk mencari saklar lampu tapi nihil. Rogoh sakumu, aku menyelipkan senter mini di sana. Lagi-lagi suara Raka terdengar. Wira langsung merogoh-rogoh sakunya. Benar apa yang dikatakan Raka, Wira menemukan sebuah senter berbentuk sebuah bolpoin. Ia langsung menghidupkan senter itu, tidak disangkanya ruangan itu bukan hanya gelap tapi juga lembab, dengan lumut yang terdapat pada setiap sudut dinding. Tangga yang ia pijak pun terasa begitu licin.

Rasa penasaran membuat Wira dengan cepat menuruni tanga menuju ke sebuah ruangan besar. Ruangan itu dipenuhi jeruji- yang tampak hingga sudut ruangan. Wira tersentak kaget ketika ia mendapati berpuluh-puluh remaja berada dalam jeruji-jeruji besi dengan keadaan yang menyedihkan. Baju mereka sudah sangat kotor hingga sulit mengenali apa warna baju yang mereka pakai. Wajah mereka sama pula keadaannya seperti baju mereka dengan yang bekas darah yang mengering dan lebam-lebam.

Wira teringat kembali akan bocah yang tadi ia temui di jalan. Andai saja bocah kecil itu tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, tidak akan mungkin ia menangis penuh sesal jika ia tidak bisa masuk.

"Tolong keluarkan kami.." Salah seorang dari mereka menyadari kehadiran Wira. Memohon Wira untuk mengeluarkannya dari jeruji besi di hadapan mereka. Tapi Wira hanya menatap kosong jeruji besi itu. Berulang kali ia coba untuk membukanya tapi hasilnya nihil. Puluhan pasang mata menatapnya penuh harap, tapi hanya gelengan tanpa daya yang keluar dari Wira. Wira berjongkok mendekati mereka dari balik jeruji besi memikirkan cara untuk membebaskan remaja-remaja yang terjebak di dalamnya.

"Hmm... Bagaimana keadaan kalian? Apa yang terjadi pada kalian?" tanya Wira kepada salah seorang dari mereka.

"Kebanyakan dari kami hanya ingin coba-coba merasakan indahnya luar negeri dan meraih sukses di sana seperti apa yang sering digadang orang-orang. Kami hanyalah bocah desa, kebanyakan dari kami sudah tidak lagi bersekolah. Kami hanya ingin mengubah hidup kami. Kami pikir Neobrain akan bisa mewujudkan mimpi kami, tapi kenyatannya..." perkataan anak itu terpotong oleh isakannya. Dadanya yang kurus bergerak naik turun mengontrol napasnya yang tersendat-sendat karena tangis.

"Puluhan anak sebelum kami sudah dikirim ke luar negeri. Ternyata mereka disuruh kerja paksa tanpa imbalan dan diperlakukan tak manusiawi, beberapa dari mereka kabur dari rumah majikan mereka dan berakhir terlantar mengenaskan di jalanan. Saat kami tahu akan semua itu, kami berusaha untuk kabur, tapi akhinya kami berakhir di penjara ini." Imbuhnya, beberapa anak lain mulai menangis. "Kamu, lebih baik cepat keluar dari sini. Agar kamu tidak bernasib sama seperti kami."

Semua perkataan anak itu membuat hati Wira serasa teriris. Bagaimana bisa berpuluh-puluh dan mungkin mencapai ratusan penerus bangsa diperlakukan seperti ini hanya karena kurangnya perhatian untuk mereka dari pemerintah.

"Kenapa kamu disini?!" Suara menggelegar terdengar dari arah tangga. Seketika itu Wira langsung berdiri dengan posisi siaga. Serentak masuklah para petugas dan langsung menyeret Wira dengan paksa.

"Cepat lari...! lari!" Para remaja yang terkurung di belakang Wira meneriakinya. Tapi Wira sengaja tidak mengelak untuk dibawa ke atas. 

Menuju Satu MisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang