Pasukan

66 4 0
                                    


Sesuai dengan apa yang diperkirakan Wira, dirinya dibawa ke ruangan tempat pemimpin dari lembaga Neobrain itu berada. Ruangan yang berbeda dari ruangan lainnya. Ukurannya tiga kali lebih besar daripada ruangan lainnya. Dengan desain interior yang bagus. Beruntung Wira sedang mengenakan kamarea kamuflase dikerahnya, sehingga Raka bisa memantau apa yang sedang ia lihat.

Di salah satu sisi dinding terdapat ratusan foto remaja tanggung dengan nama mereka masing-masing. Di ujung paling atas bertuliskan SOLD. Hatinya semakin miris melihat foto-foto yang baru saja ia lihat.

"Apa yang kamu lakukan di penjara bawah tanah itu? Mau menjadi pahlawan dengan mengeluarkan mereka, hah? Memangnya kamu siapa? Tidak mungkin seorang bocah ingusan bisa melewati pintu itu. Saya yakin kamu bukanlah remaja biasa seperti remaja yang lain. Yang merengek-rengek meminta keluar negeri secara gratis." Pemimpin Neobrain yang dikenal dengan nama Yusa itu berusaha mengintrograsi Wira. Dengan kedua tangan Wira dicengkeram erat oleh petugas, Wira hanya diam, tidak mungkin ia memberitahukan identitasnya kepada musuh.

"Jawab! " Ucapnya sembari mengeluarkan pistol dari dalam sakunya. "Apa kamu dari badan intelejen? Tenang saja, tidak perlu takut tertembak peluru ini. Apabila peluru ini mengenaimu, kamu tidak akan langsung mati. Peluru ini berisi racun, kamu akan mati secara perlahan, dengan cara yang menyakitkan. Tapi peluru ini tidak akan menembus kulitmu jika kamu mengaku siapa sebenarnya kamu."

Urat di leher Wira mulai menegang. Ia harus menemukan cara untuk kabur dari sini. Semua informasi sudah ia dapat, sekarang yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya ia bisa keluar dengan selamat dan membebaskan remaja-remaja yang ada di penjara bawah tanah. Tenang, Wira. Pasukan sudah siap. Beberapa detik lagi akan datang di tempat. Suara Raka terdengar lagi membuat hati Wira sedikit tenang.

Suara gaduh terdengar dari luar ruangan, pasukan yang dijanjikan Raka akhirnya datang dan berusaha mendobrak pintu.

"Kamu! Awasi jangan sampai pintu itu terbuka!" Yusa menunjuk salah satu anak buahnya untuk berjaga tepat di belakang pintu dengan salah satu tangannya masih membawa pistol yang terarah pada Wira.

"Ini semua pasti perbuatanmu." Yusa mengerang geram. Pasukan dari Kopassus berhasil masuk. Detik itu juga ia melepaskan tembakannya. Beruntung Wira sempat mengelak dan lepas dari cengkeraman petugas. Tapi naas, peluru itu berhasil menancap di bahunya. Rasa sakit terbakar di bahunya. Wira tehuyung ke belakang.

Sebelum kesadarannya hilang, Wira berusaha bangkit dan bergegas keluar ruangan saat Yusa dan anak buahnya disibukkan oleh pasukan. Wira melihat Raka dengan pakaian tempur lengkap melintas di depannya.

"Wira, kau tak apa?" Wira hanya mengangguk, ia tidak mengatakan bahwa dirinya terkena luka tembak. Karena di bahu Wira memang sama sekali tidak ada bercak darah. Tapi rasa sakit dari bahunya kian menyiksanya.

"Bagus, tugasmu yang terakhir adalah melepaskan anak-anak itu." Kata Raka sembari melemparkan tiga buah alat peledak kecil. Wira dengan sigap menangkapnya dengan tangannya yang mulai gemetar dan napas yang kian memburu. Wira langsung berlari menuju ruangan bawah tanah itu. Tapi tidak seperti yang ia harapkan kakinya perlahan mulai sulit untuk digerakkan.

s

Menuju Satu MisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang