Roommates

41 3 1
                                    

Ruangan berteknologi modern. Beberapa orang sibuk dengan komputer dan headphone, masing-masing berbicara kepada seseorang yang tersambung dengan alat di kepala mereka. Ada selusin komputer dengan empat orang yang masing-masing menangani tiga komputer sekaligus, meja mereka saling berhadapan. Ada peta besar berupa hologram yang bersinar menyala dan berputar sangat pelan di tengah-tengahnya. Layar datar LED yang besarnya nyaris setengah layar bioskop terletak di ujung ruangan, menunjukan peta persis seperti yang ada pada hologram, hanya saja petanya terlihat lebih jelas di layar datar, namun tampilan keduanya jauh lebih rumit daripada Google maps.

Aku melihat dua titik merah yang berkedip dengan nama Gates dan Park mendarat di kolom besar yang kuyakin sebagai lapangan yang tadi aku lihat saat di udara. Ada titik merah dengan namaku, Anderson, diam tak bergerak jauh di sisi timur dari tempat Kylie dan gadis Asia berada. Tidak ada nama lainnya. Bahkan Niall di sebelahku ataupun orang-orang sibuk di sekelilingku.

Seseorang tiba-tiba mematikan layar besar di depan dan hologram yang berputar di tengah ruangan tepat setelah aku melihat tulisan Kawasan Terlarang di empat titik pulau ini: utara, selatan, barat dan timur.

"Jadi ini orangnya?" tanya wanita berambut keperakan yang berjalan kearah aku dan Niall.

Rasanya aneh sekali menyebut: aku dan Niall. Bahkan dalam pikiran terdalam sekalipun.

"Hai panggil aku Q, aku manager disini" sapanya padaku. "Aku yakin Niall sudah memberitahumu—jangan percaya apapun yang dia katakan tentangku. Aku temanmu disini"

Aku melirik Niall, namun dia memalingkan wajah.

"Err, sebetulnya dia tidak mengatakan apapun"

"Itu jauh lebih baik" kata Q senang lalu mendekati meja kecil dengan kotak persegi berwarna hitam di tengah ruangan, dia memencet sesuatu di sana, dan peta hologram itu muncul lagi. Kami mundur sedikit, mengindari sinarnya yang mengenai tubuh.

"Peta ini menunjukan seisi Londaltiss" katanya. "Selalu ingat, Londaltiss memiliki​ dua huruf s di akhir kata. Kau mungkin perlu mengingatnya"

"Apa-"

"Apa itu Londaltiss? Ya, tentu saja" Q menebak seraya melirik tajam kearah Niall. "dari tebing, bukit, danau, hutan, pesisir pantai, seluruh bangunan, pondok, petak-petak kosong ini, semuanya, adalah Londaltiss"

"Tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya" komentarku sambil memperhatikan peta hologram di depan, sepertinya ada yang berbeda sejak terakhir ku lihat.

"This is your cabin" kata Niall menunjuk satu pondok di antara 7 pondok yang tersebar. "Kau akan tinggal dengan 3 gadis lain di dalamnya"

"Lalu dimana kau akan tidur?"

Niall menyeringai nakal. "Poin-mu akan berkurang kalau menyelinap ke kamarku, love, kurasa kau tidak akan menyukai itu"

"Poin apa yang kalian maksud?" tanyaku skeptis. Lebih penasaran dengan misteri poin ini daripada meladeni godaannya Niall. "Pria yang menjemputku bilang aku dapat 50 poin"

"Ah kau sudah jauh lebih dari itu. Totalmu...biar aku liat..." Q berjalan ke salah satu staff yang sepertinya tidak terlalu sibuk dengan perangkat komputernya. "Mark, berikan aku hasil poin Miss Anderson"

Seseorang bernama Mark langsung berhenti menghirup kopi panasnya. Dia menarik kursi dengan antusias, jari-jari cekatannya mengetik sesuatu di keyboard. Hanya butuh waktu tiga detik sampai layar yang paling tengah menampilkan fotoku, beserta identitas lengkap. Sangat lengkap sampai aku tidak mengerti dari mana mereka tahu golongan darahku adalah B negatif, aku mengidap sindrom Spasmofilia—penyakit aneh yang membuat tangan dan kakiku keram saat emosi berlebihan, dan alergi pada ikan air tawar. Mereka tau riwayat hidupku, dimana saja aku bersekolah, bahkan tentang kematian kedua orang tuaku.

Summer CampTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang