Langit berwarna orange dan matahari yang sedari tadi terus berada di atas hampir lenyap dari langit. Burung-burung terbang pergi untuk kembali ke sarangnya. Terlihatlah seorang gadis yang sedang duduk di sebuah kursi taman dengan sesekali menggoyang-goyangkan kakinya ke depan dan ke belakang. Dia tetap saja tersenyum walau mulai jengah karena orang yang sedari tadi dia tunggu belum menampakkan batang hidungnya.
"Sudah satu jam. Tapi tak apalah," katanya sedikit menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menepis semua pikiran-pikiran aneh yang tiba-tiba mucul di otaknya.
Lalu dia memperlihatkan lagi senyum yang merekah di bibir mungilnya. Sekarang dia mulai mengambil sesuatu di dalam tas kecilnya, bentuknya terlihat seperti sebuah tempat cincin.
"Aku tak sabar melihat responnya nanti. Hihihi," katanya mulai terkikik geli.
Angin sepoi-sepoi berembus. Membuat helaian-helaian merah mudanya sedikit berantakan terhempas angin.
"Dia belum sampai juga," keluhnya sembari menyelipkan helaian-helaian merah mudanya di telinga agar tak terbawa angin lagi.
Dia mulai melirik ke kanan dan ke kiri, siapa tahu seseorang yang sedari tadi dia tunggu memperlihatkan batang hidungnya.
"Dia benar-benar tak tepat waktu," desahnya sembari mulai berdiri dan menghentakkan kakinya kesal. Melihat sebuat kaleng minuman di depannya dia langsung menendangnya untuk menggantikan objek kekesalannya.
Duaaaaggh...
Tak disangka-sangka kaleng tersebut malah mengenai jidat seseorang.
"Sial!" kata seseorang tersembut sembari memegang jidatnya yang mulai memerah. Dia kemudian mencari sumber pelaku yang berhasil melukai jidat malangnya. Lalu dengan satu tatapan yang tajam dia melihat si pelaku tersebut yang sedang mematung, "Merepotkan," dengusnya pelan lalu menghampiri sang pelaku pelemparan.
"Maafkan aku," kata sang gadis sambil membungkuk sopan.
"Kau sedang tak ada kerjaan, HAH?!" kata korban dengan kalimat super dinginnya.
"Maafkan aku," kata sang gadis lagi mencoba meminta maaf, dia mulai mengangkat wajahnya sekarang.
"Dasar," kata korban mendengus kesal, "Jangan ulangi lagi," lanjutnya sembari mengelus-elus kepala sang gadis tapi sedikit keras.
Sang gadis hanya bisa terus menunduk dengan perasaan bersalahnya. Namun...
Duaaaaggh...
"Apa yang kau lakukan kepada gadisku, HAH?!" tanya seorang lelaki geram. Padahal dia baru saja datang.
"Sasu...ke, apa yang kau lakukan?!" sang gadis sangat terkejut dengan kejadian yang terlalu mendadak ini. Dia mulai menghadang sang lelaki yang bernama Sasuke.
"Apa yang kau lakukan?! Apa benar kalian berdua memiliki hubungan di belakangku?!" tuduh Sasuke yang tidak terima dihalang-halangi oleh sang pacar untuk memukul korban lagi dan lagi.
Sang korban yang awalnya jatuh tersungkur mulai bangun (baca:berdiri). Darah segar keluar dari sudut bibirnya dia elap dengan kasar menggunakan punggung tangannya.
"Benar-benar hari yang sial. Pertama kepalaku terkena lemparan kaleng karenamu," kata sang korban dingin, dia menuding sang gadis sekarang, "Oh, dan selanjutnya aku dipukuli karena kesalahpahaman yang tidak jelas olehmu," lanjutnya, sekarang ia mulai menuding Sasuke.
"Maafkan aku, mungkin kita harus ke klinik untuk mengurus lukamu," tawar sang gadis yang sangat merasa bersalah.
"Haruno, jangan sekali-kali kau meninggalkanku!" kata Sasuke geram, dia menarik tangan sang gadis lalu mencengkramnya dengan kuat, takut-takut sang gadis akan kabur darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say No!
FanfictionKehidupan seorang Sakura Haruno yang terjebak dengan beberapa lelaki yang menurut dia menyebalkan. Kehidupannya jadi super duper merepotkan dengan berbagai permintaan "MANIS" yang mengekangnya. Akankah Sakura berakhir dengan salah satu lelaki itu at...