Kencan? Tapi kan-

647 55 12
                                    

Matahari benar-benar telah meninggalkan langit sehingga membuatnya menjadi sangat gelap. Namun, di langit telah ada bulan yang menggantikannya. Walau bulan tak bisa menyinari bumi seterang matahari tapi tetap saja, keberadaannya di langit menjadi sangat indah dengan ditemani banyak bintang.

"Kaasan aku pulang!" teriak seseorang menggelegar membuat rumah yang awalnya sepi lantas menjadi bising. Dia, Sakura Haruno mulai masuk ke dalam rumahnya dengan membawa dua kresek plastik penuh berisi bahan makanan yang diperlukan kaasan-nya.

"Okaeri. Kau lama sekali Sakura," ucap kaasan-nya mengomeli Sakura ketika telah melihatnya berada di dapur dan menaruh kresek tersebut di meja.

🌸 Sakura POV 🌸

Setelah acara pegang-pegangan tangan dengan Gaara yang sangat memalukan itu, aku langsung berlari ke supermarket untuk membeli semua bahan makanan yang disuruh kaasan. Untungnya aku mempunyai alasan untuk melarikan diri darinya.

Sebenarnya bukan gara-gara aku tak ingin berlama-lama dengannya. Hanya saja ketika aku mengingat masa-masa kecilku yang tadi sempat terlintas di kepalaku, membuatku sedikit illfeel dibuatnya. Bahkan aku ingin muntah-muntah seketika itu. Lupakan, itu bahkan terlalu berlebihan.

"Maafkan aku kaasan," kataku sambil membuka kulkas dan langsung mengambil botol yang berisi air dan meminumnya tanpa menyentuh bibir botol.

"Mana Gaara-kun? bukannya dia menyusulmu. Kukira dia ingin menginap di sini."

"Tunggu-tunggu. Menginap? Memangnya dia akan tidur dimana?" tanyaku bertubi-tubi sedikit tak suka, masalahnya di rumah ini hanya ada dua kamar, yaitu kamarku dan juga kamar tousan kaasan. Lalu aku mulai duduk di kursi dekat meja makan setelah menaruh botol tersebut ke tempatnya dan menutup kulkas.

"Dia kan bisa tidur di kamarmu," kata kaasan sembari terus melakukan aktivitasnya, yaitu memasak, tanpa menoleh sedikit pun kepadaku.

"Tunggu-tunggu, apa? Di kamarku. Tidak bisa, memangnya nanti aku akan tidur di mana kaasan?" ucapku protes.

"Kau bukankah bisa tidur di sofa, Sakura."

"Ck, kaasan, kaasan. Seharusnya Gaara yang tidur di sofa, aku ini perempuan kaasan."

"Aku bahkan bingung mempunyai anak perempuan atau laki-laki."

Setelah mendengar perkataan kaasan barusan, perempatan siku-siku mulai muncul di jidat lebarku. Bingung memiliki anak laki-laki atau perempuan? Oh, ayolah aku ini perempuan, tunggu-tunggu sepertinya aku lebih pantas dibilang laki-laki. Tapi, jenis kelaminku perempuan dan aku seratus persen mencintai seorang laki-laki. Ah, tidak. Bahkan kepribadianku mirip laki-laki dan aku tak suka jika disamakan dengan perempuan-perempuan yang lemah itu.

Tunggu? Bahkan aku sendiri memiliki pemikiran yang sama dengan kaasan. Oh, malangnya nasibku. Aku mulai menghela napas pelan.

"Baiklah, aku mengalah. Karena dari dulu Gaara memang terlihat lebih lemah daripada aku jadi tak apa-apalah."

Grep.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang memegang bahuku. Dengan gerakan lamban aku mulai menoleh sembari menelan ludah dengan susah payah. Bahkan perasaanku saat ini sungguh tidak enak.

"Gaara, kau kembali," kataku sembari tersenyum sangat kaku.

"Iya, apa yang kau katakan tadi? Lemah?" nada dingin serta ekspresi tajam yang keluar dari mulut dan wajah Gaara.

"Hahahaha, bukan apa-apa. Kaasan tolong aku."

"Itu salahmu sendiri," kata kaasan tenang.

Don't Say No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang