Sungguh Hari yang Sial

606 45 3
                                    

Tok.

"Aw, apa yang kau lakukan?" ringis seseorang kesakitan karena baru saja kepalanya dipukul menggunakan sebuah sendok.

"Apa yang sedang kau lihat?"

"Tidak ada."

"Benarkah?"

"Sungguh tidak ada."

.

👄 DON'T SAY NO 👄

.

Makan, itulah salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh semua makhluk hidup. Jika tidak? Gampang saja, kau akan meninggal.

Terlihat salah satu kedai makanan telah ramai dikunjungi para pembeli yang kelaparan. Membuat tempat ini sedikit bising karena selain makan mereka juga mengobrol, menggosip, curhat dan sebagainya. Sama seperti seorang gadis dan seorang laki-laki yang sedang berdebat karena suatu hal.

"Bohong."

"Tidak, untuk apa aku bohong. Wek," kata sang gadis sembari menjulurkan lidahnya membuat dia semakin terlihat imut. Dia adalah Sakura Haruno.

🌸 SAKURA POV 🌸

Hah, apa yang hampir saja terlintas di otakku. Menyebut dia ganteng? Hahahaha, yang benar saja. Bahkan aku hanya sedikit syok melihatnya tersenyum karena kupikir orang sepertinya tak akan bisa tersenyum tulus dan hanya tawa ledekan yang bisa dia keluarkan. Untung saja aku tak meneruskan pemikiran miringku, jika tidak aku takut otakku akan konslet seketika. Dan... pikir saja sendiri.

Tunggu, Sasuke. Tiba-tiba aku mengingatnya, langsung saja aku melihat keberadaannya. Kosong. Kemana dia? Aku mulai sedikit menolah-nolehkan kepalaku mencarinya di seluruh ruangan ini.

"Dia sudah pergi dari tadi," dia menjawab seakan tahu apa yang sedang kucari. Siapa lagi kalau bukan Shikamaru.

"HAH, SEJAK KAPAN?!" kataku sedikit berteriak kaget, cukup tersentak ketika mendengar omongannya itu.

"Semenjak kau terdiam karena terpesona olehku."

Blusshh.

Aku mulai memalingkan wajahku. Aaaa, tidakkkkk. Wajahku akan ditaruh dimana sekarang?

"Kalau begitu ayo cepat kita mengejar mereka," kataku sembari mengambil tas dan menggenggam tangan Shikamaru. Seakan teringat akan tujuanku berada di sini, sekaligus mengalihkan perhatian Shikamaru dari pembicaraan yang bisa membuatku awkward. Lagi pula aku juga masih penasaran dengan wanita yang bersama si Uke itu.

"Tu-tunggu," katanya sembari bergegas mengambil uangnya di dalam dompet lalu menaruhnya di atas meja sebelum aku menariknya pergi lagi.

Setelah kami berada di luar kedai, aku mulai menolah-nolehkan kepalaku lagi. Mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru tempat ini untuk mencari Uke si pantat ayam itu berada.

"Sudahlah, dia telah pergi."

"Tidak. Aku harus mencari tahu terlebih dahulu kebenaran di antara mereka," aku terus saja mencoba mencarinya sembari melangkah perlahan dengan menoleh-nolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri. Ada sedikit perasaan khawatir yang menyelimuti diriku. Seakan dirinya semakin jauh dan tak akan bisa untukku gapai suatu saat nanti.

"Ck, merepotkan. Kau tak ingin pulang?"

"Nanti saja," ucapku cepat karena aku sedang berkonsentrasi mencari keberadaan Uke pantat ayam itu.

Don't Say No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang