Bagian 3

92 5 11
                                    

Perasaan memang sesuatu yang sulit dimengerti
Tetapi juga satu-satunya yang bisa dipercaya

Dua pria tampan tampak berjalan dengan santai memasuki area kantin sekolah yang telah ramai oleh para siswi yang menunggu kedatangan idola mereka.Mereka bahkan tidak menoleh sama sekali saat para gadis itu memanggil mereka.

Jika mereka berada dalam suatu ajang penghargaan,maka kategori yang cocok untuk mereka adalah 'Pemuda Paling Diminati'. Bagaimana tidak,kemanapun mereka pergi maka wanita akan menolehkan kepala berkali-kali kepada mereka.

"Hei bro,kau tidak bosan cuma melihat gambar-gambar di komik itu? Padahal disini banyak gadis-gadis cantik yang lebih menarik untuk dilihat.Kau tau,kadang aku pikir kau ini bukan pria normal.Kau tau maksudku kan?" Adrian memulai pembicaraan saat mereka sudah duduk di meja khusus untuk mereka.

"Dasar kau! Tidak mungkin pria setampan aku ini tidak normal!" Seru Arka kesal sambil memukul kepala Adrian dengan komik yang di bacanya.

"Aww! Santai saja kawan,aku hanya mengkhawatirkanmu saja. Aku takut kau tidak memanfaat kan wajah tampanmu itu dengan baik. Aku bahkan tidak pernah melihatmu melirik gadis manapun." Adrian masih meringis memegangi kepalanya yang tadi dipukul oleh Arka.

"Terima kasih atas pemikiran konyolmu itu,tapi kau tenang saja karena aku masih normal. Tidak mungkin aku menyia-nyiakan wajah tampanku ini." Masih dengan tingkat ke PD-an yang tinggi sekaligus kesal dengan pemikiran konyol Adrian,Arka kembali fokus pada komiknya.

*

Diabaikan sudah menjadi hal biasa untuk Adrian bila sedang bersama Arkana.Terkadang Adrian heran dengan hobi Arkana yang suka membaca komik,padahal komik di dominasi gambar-gambar anime yang tampan yang lebih cocok di baca oleh kalangan wanita.

*Sekedar perkenalan,Adrian ini adalah teman baik atau yang lebih tepatnya sahabat Arkana sejak kecil.Nama lengkapnya Adrian Federick.Dia adalah pewaris tunggal dari kerajaan bisnis keluarga Federick yang di karuniai wajah tampan. Berbeda dengan Arkana yang cool dan menjaga jarak dengan wanita,Adrian justru dikenal sebagai playboy kelas menengah. Kenapa kelas menengah,karena wanita yang di kencaninya hanya wanita-wanita yang seusianya. Dengan sedikit senyum dan kerlingan matanya yang berpadu dengan manik berwana biru langit maka semua wanita akan dengan suka rela bertekuk lutut dikakinya.

-----

"Hai kawan,lihat gadis yang disana itu. Sepertinya dia dari tadi dia terus memperhatikanmu" Adrian berbisik pelan sambil menepuk pelan bahu Arkana agar ikut melihat kearah yang ditunjuknya.

"Ya aku sudah tau,bahkan sebelum kau menyadarinya" ucap Arkana santai tanpa mengalihkan pandangannya dari komik yang dia baca.
'Bagaimana aku bisa tidak tau kalau sedang di perhatikan,sedangkan jantungku terasa akan keluar karena berdebar dengan cepatnya' lanjut Arkana dalam hati.

"Kita lihat saja,mau sampai kapan dia akan memperhatikanku seperti itu" Arkana berucap dengan ekspresi pangeran esnya.

*

Agata dan Agneta yang baru tiba di kantin langsung duduk ditempat favorit mereka yang berada di bagian paling pojok. Tempat yang jauh dari keramaian tetapi cocok untuk mengamati orang-orang yang keluar masuk kantin.

Baru saja Agata duduk,kepalanya dengan reflek menoleh ke meja didepan dekan pintu masuk kantin tempat dimana anak-anak populer berkumpul. Sebenarnya tidak ada yang menarik dari mereka,mereka hanya sekumpulan anak-anak orang kaya yang suka memamerkan harta orang tua mereka. Berbeda dengan Agata.Agata juga anak orang kaya tentunya,bahkan lebih kaya dari semua keluarga anak di sekolah ini. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses dengan berbagai anak cabang yang menyebar di beberapa negara besar di benua Eropa dan Amerika yang beberapa di antaranya di pimpin oleh 3 kakak laki-lakinya. Ibunya juga memiliki beberapa butik ternama dan rumah desain yang sekarang di pegang oleh Agata.

Meski memiliki kekayaan yang berlimpah,Agata tidak pernah ingin memamerkannya. Bahkan untuk datang dan pulang sekolah saja dia meminta di jemput dengan mobil yang tidak mencolok. Padahal kalau dia mau,dia bisa memakai koleksi mobil mewah miliknya.

Agata tersadar dari lamunannya ketika merasakan sakit dikepalanya. Dia berbalik dan memandang kesal kearah Agneta yang memasang senyum manis setelah menjitak kepala Agata.

"Sorry sorry,habisnya kamu di panggil malah diam saja. Sekarang ayo mulai ceritanya."

"Baiklah,jadi begini. Tadi pagi saat aku bary keluar dari ruang siaran,tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang membuat aku ingin kembali lagi keruangan itu."

"Sesuatu? Sesuatu seperti apa?" Agata hanya memandang gemas kepada temannya yang memiliki loading lama ini.

"Agneta sayang,kalau saja aku tau sesuatu itu apa,maka aku tidak perlu repot-repot berpikir lagi dari tadi sampai harus melewatkan pelajaran." Agata mendengus kesal dan mengalihkan pandangannya sedangkan Agneta hanya tersenyum melihat Agata yang menahan kesal.

Pemandangan kantin yang ramai bukanlah hal yang menarik bagi Agata,tapi entah kenapa hatinya ingin dia tetap berada di kantin.

Saat sedang memperhatikan aktivitas murid yang lain,tiba-tiba pandangannya berhenti di meja yang tepat berada di depannya. Jantungnya berdebar dengan cepat seolah-olah akan melompat keluar dari tempatnya. Agata segera menundukkan kepalanya,mencoba menenangkan debaran jantungnya. Setelah merasa sedikit lebih tenang,Agata kembali mengangkat kepalanya mencuri pandang ke meja di depannya tepatnya keseorang pria yang sedang fokus membaca komik. Tidak ada yang spesial dari pria itu selain dia tampan,sangat tampan malah dan berhasil membuat perasaannya campur aduk.

Baiklah,sepertinya sudah banyak yang Agata lewat kan di sekolah ini. Dan yang bisa menjawab semua pertanyaannya sekarang ini hanya 1 orang,si koran sekolah sekaligus sahabatnya sendiri.

"Hei Agneta,ada yang mau aku tanyakan." Agata berbisik pelan agar suaranya tidak terdengar oleh orang lain.

"Tunggu sebentar" Agneta segera menghabiskan juice yang berada di depannya. "Hahhh....selesai. apa yang mau kau tanyakan?" Ucapnya santai sambil menyandarkan punggungnya di sandara kursi.

"Apa kau mengenal 2 orang pria yang duduk di depan itu?" Ucapnya sambil melihat meja didepannya.

"Astaga Agata! Kenapa kau tidak bilang kalau ada mereka di sini?" Serunya sambil merapikan penampilannya yang memang sudah rapi.

"Hei! Kalau aku tau mereka,tidak mungkin aku bertanya padamu." Balas Agata tak mau kalah. Terkadang Agata merasa aneh dengan sahabatnya ini. Agneta benar-benar berbeda dengan kedua orang tuanya. Ayahnya yang memiliki kejeniusan di dunia musik serta ibunya yang juga seorang designer bisa memiliki anak dengan kadar pemikiran yang lambat seperti Agneta.

"Mereka berdua itu adalah idola di sekolah ini. Cowok dengan rambut yang berdiri didepan itu bernama Adrian Federick,cowok dengan senyuman paling manis dan tatapan mata yang memabukkan serta putra mahkota dari kerajaan bisnis Federick. Dia itu cowok yang sedang aku incar. Sedangkan cowok yang sedang membaca komik itu adalah Arkana Ivander,cowok yang dingin dan tak tersentuh. Dia juga pewaris kerajaan bisnis keluarga Ivander. Dia tidak pernah terlihat dekat dengan cewek manapun dan selalu memberikan tatapan sedingin es di kutub utara untuk semua cewek yang mencoba mendekatinya.



#####

Maaf baru update lagi,beberapa hari ini si Mr.Ide lagi pergi dan baru kembali tadi pagi.

Makasih loh buat yang mau mampir yah meskipun kalian masih malu-malu memperkenalkan diri kalian.

Tapi dengan kalian baca aja itu udah cukup buat saya senang kok.

Makasih yha.. ;-)


HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang