Jika saja aku bisa mengatur perasaanku sendiri, mungkin saat ini rasa untuk kamu sudah sirna, sudah aku buang sejauh mungkin dari hati.
Jika saja aku bisa memilih pada siapa aku bisa titipkan hatiku, mungkin akan aku berikan seluruhnya pada sosok terbaik yang pernah ada.
Jika saja aku bisa menulis skenario kisahku sendiri, mungkin tak akan aku bubuhkan kisah yang menyisakan luka, semua yang ku tulis pasti hanya tentang bahagia.
Tapi mungkin pengandaian akan tetap jadi pengandaian, hal itu mustahil menjadi nyata sebab sampai detik ini, rasaku hanya untuk kamu. Meski aku yakin sampai kapanpun kamu tidak akan pernah memedulikannya.
Apa pantas jika aku sebut kamu brengsek karena dengan teganya mengabaikan perasaan ini? Jika saja bisa, aku ingin menamparmu dengan kenyataan supaya kamu tahu sebesar dan setulus apa rasa yang aku punya.
Aku bisa apa ketika kamu nyatanya sudah mendapatkan kebahagiaan lain? Atau mungkin, akulah yang lemah? Aku terlalu takut menjatuhkan hati pada seseorang yang mungkin saja bisa lebih mampu menjaganya daripada kamu. Aku terlalu bodoh untuk terus berharap dan berharap agar satu hari kamu bisa kembali lagi.
Tapi tidak ada yang tahu bagaimana hati meramu rasanya, aku dengan semua rasa yang masih hinggap dibalik dada, masih tetap disini. Aku tidak akan pergi meski kamu sudah lebih dulu mengangkat kaki karena aku masih punya sejumput asa di hati.
Dimana pun kamu saat ini, jika satu hari aku menjadi sosok yang kamu cari, kamu hanya perlu menoleh dan menghampiri karena aku tidak akan pernah pergi.
Aku masih disini.
***
18 Maret 2016, 16:04
