Chapter 1

11.6K 534 16
                                    

2002

Berjalan keluar toko mainan bersama Kylie merupakan hal terburuk yang pernah aku alami. Dia tidak berhenti merengek meminta agar permainan yang biasa disebut ular tangga ini untuk segera di buka dan segera dimainkan. Aku dan mom sedikit kebingungan bagaimana cara mengatasinya agar dia mau menunggu untuk waktu yang sebentar karena jarak rumah dengan toko mainan tidaklah begitu jauh.

"Aku ingin segera permainan itu dimainkan."

Aku memutar bola mataku dan mengalihkan pandanganku keluar kaca mobil. Dia memang anak kecil tetapi aku benci mendengar rengekan anak kecil sepertinya. "Sabarlah sebentar Kylie. Kau tahu, aku mulai merasakan efek pusing mendengar rengekanmu yang menurutku sangat mengganggu. Kau juga harus tahu bahwa aku membenci suara rengekan anak kecil seperti dirimu jadi diamlah dan tunggu dalam beberapa saat."

Kylie mengerucutkan bibirnya dan itu membuatku ingin memarahinya lagi. Aku tahu pasti dia akan menangis. Dasar cengeng!

"Baiklah. Aku tidak mau kau yang memainkan permainan tersebut. Aku mau aku yang memainkannya."

Aku tergelak mendengar jawabannya yang dia sendiri tidak tahu apa yang baru saja ia katakan. "Lucu sekali, Kyl. Permainan ini harus dimainkan oleh dua orang dan kau tidak bisa seenaknya mengambil untuk dirimu sendiri. Kau bahkan tidak tahu cara bermainnya."

"Aku tahu."

"Tidak. Kau tentu tidak tahu jika bukan karenaku."

"Aku tahu." teriaknya lebih keras dan itu membuatku ingin membalasnya dengan lebih kencang lagi.

"Hey, sudahlah." Mom menenangkan kami dan itu berhasil membuat kami terdiam. Kurasa ini hanya untuk beberapa saat saja. "Justru kalian berdua yang membuatku pusing karena suara kalian yang tidak mau kalah. Lagipula, semua orang berhak memainkan permainan ini. Dan, kita sudah sampai di rumah. Selamat bersenang-senang." Mom mengambil tas yang ada di sampingnya kemudian membuka pintu mobilnya dan berjalan masuk. Dia juga membawa permainan yang baru kami beli.

Aku pun ikut keluar dan berjalan mengejar mom. Kylie pun ikut berada di sampingku dan keadaan ini semakin membuatku panas seperti final sebuah kompetisi pencarian bakat.

"Jadi, kalian ingin makan dengan apa?" tanya mom begitu kami duduk di meja makan. Melihat keadaan kami yang masih memasang wajah marah satu sama lain membuat mom menghembuskan nafas dan berjalan ke arah dapur. Dia sengaja meninggalkan permainan ular tangga di atas meja makan. Mungkin dia ingin melihat seberapa hebat kami bertengkar memperebutkan benda ini.

"Kau tidak jadi ingin memainkan permainan konyol ini?"

Kylie menggeleng begitu mendengar pertanyaanku. Lihat, dia memang ingin mencari sebuah masalah denganku. Tadi dia bilang dia ingin memegangnya pertama dan memainkannya sendirian. Tetapi sekarang, dia malah diam dan justru sudah tidak merasa tertarik lagi dengan permainan ini.

"Kau saja sana yang bermain. Aku ingin meminta jus alpukat pada mom. Aku sudah tidak tertarik lagi dengan permainan tersebut."

Mendengar jawaban Kylie, aku cukup tercengang. Padahal, dia yang memilih permainan ini dan sekarang dia yang meninggalkan permainan ini. Memang sudah bukan rahasia lagi jika Kylie seperti ini. Di kamar, aku menyimpan banyak permainan yang masih terbungkus rapih dan belum terbuka sedikit pun. Kami tidak pernah memainkannya dan hanya sebagai pajangan di kamarku saja. Tetapi herannya, mom masih mau membelikan kami permainan konyol ini. Sekarang koleksi permainan ku bertambah.

"Aku ingin sandwich mom." teriakku dari arah meja makan berharap mom mendengar dan membuatkanku.

"Baiklah sayang."

***

2012

Aku terbangun karena sinar matahari masuk ke dalam kamarku. Aku melihat keadaan kamarku yang berantakan karena baju-baju yang tidak di masukan kedalam lemari lagi. Siapa yang melakukan ini. Sudah kuduga pasti dia Kylie. Ada secarik kertas di meja milikku. Dari siapa ini? Aku membaca tulisannya dan ini tulisan tangan Kylie. Dia meminjam bajuku untuk acara bersama teman-temannya. Sudah menjadi kebiasaannya seperti ini.

Berjalan gontai, aku pun masuk ke dalam kamar mandi dan mencoba mencari sikat gigi dan pasta. Keadaanku yang masih mengantuk memang menyulitkanku.

"Kendall?" Aku mendengar seseorang meneriaki namaku. Ya, itu mom. Dia memang rutin membangunkan aku dan Kylie untuk bangun pagi. Padahal kami sudah besar dan kami bisa bagaimana cara bangun pagi.

"Ada apa?"

Mom membuka pintu kamar mandi dan melihat keadaanku. "Kamarmu berantakan sekali. Aku ingin kau merapihkannya sebelum sarapan. Dan, besok kau sudah harus berada di London untuk sekolahmu, lusa. Mengerti?"

Aku mengangguk dan mendengus pasrah. Cukup melelahkan menjadi diriku. Begitu aku selesai mandi, aku segera mengambil koper dan memasukan baju-bajuku. Aku juga mengecek lemari bajuku dan mencoba mengambil bajuku. Aku menarik kaus berwarna pastel dan itu membuatku kejatuhan banyak barang. Sial, benda apa ini?

Aku berjongkok melihat benda apa ini. Dadu, papan, rumah kecil, kartu, ember kecil, uang, dan masih banyak lagi. Oh astaga, ini permainan saat aku dan Kylie masih kecil. Kami memutuskan untuk membuka dan memainkan permainan ini meski hanya untuk sekali. Sungguh, kami merasa konyol saat itu. Aku ingat, Kylie akan menghancurkan segala kepunyaanku jika dia kalah dalam permainan. Dia juga sering berlari menjauh jika soal di suruh membereskan permainan yang kami mainkan. Dia memang curang. Aku ingat sekali dengan jelas.

"Apa ada sesuatu yang mengerikan?" Mom datang dengan suara yang panik. Aku tertawa begitu melihat raut wajahnya yang tidak kalah panik. "Ya Tuhan."

"Hanya kejatuhan benda tua dan itu bukan masalah. Aku bisa mengatasi ini." Aku tersenyum kemudian merapihkan benda-benda konyol ini.

"Kau bisa membawanya." Tawar mom padaku.

Aku meragukan benda ini. "Untuk apa? Apa kampus di London menerima murid yang berbakat dalam permainan monopoli atau ular tangga?"

"Kurasa."

"Ayolah mom. Ini sama sekali tidak lucu dan benda konyol ini harus dibuang jauh. Aku tidak suka melihatnya."

Mom memutar bola matanya. "Kau pembohong terhebat yang pernah kutemui. Kau dulu mencintai permainan ini bahkan sangat. Aku tidak bisa mendeskripsikannya karena kau benar-benar jatuh cinta. Kau bahkan tidak mau menerima kencan dari pria manapun jika dia tidak mau di ajak bermain permainanmu. Dan itulah yang membuat khawatir jika suatu hari nanti kau akan susah mencari suami. Tapi nyatanya, kau berhenti memainkannya setelah kau berada di bangku SMA dan justru mengumpati permainan ini di lemari besarmu. Aku rasa, kau pasti juga mengumpati negeri Narnia di dalam sana."

Mom sungguh membuatku memerah. Aku ingat betul bagaimana banyak pria yang menolak ajakanku. Aku memang sangat konyol saat itu. "Baiklah. Aku memang mengingatnya dan aku akan membawa ini untuk disana. Berharap ada seseorang yang bisa aku ajak untuk bermain permainan konyol ini. Soal negri Narnia? Kau tahu bahwa aku dan Kylie sudah mengunjungi negri itu untuk puluhan kali."  Kami tertawa mendengar itu. Tidak mungkin aku dan Kylie punya negri di balik lemari. Itu semua hanya ada di dalam cerita. "Baiklah. Aku akan sangat merindukan kamar ini dan rumah ini."

"Tidak dengan orang di dalamnya?"

"Aku meragukan hal yang satu itu. Tidak aku bercanda. Tentu aku akan merindukan kalian semua."

"Kalau begitu, ayo turun dan sarapan bersama sebelum penerbanganmu. Ayo."

TO BE CONTINUED
5+ vote and comments please

The GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang