"Tunggu? Mengapa diriku? Aku bahkan baru kemarin menginjakkan kakiku di sini dan aku sudah di incar oleh mereka karena kasus pembunuhan dua tahun yang lalu. Apa ini bercanda?"
Semua yang ada di dalam ruangan hanya terdiam menatap aku dan aku sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Baru saja aku berfikir bagaimana cara meyakinkan mereka bahwa itu bukan aku. Itu mungkin hanya mirip denganku. Tiba-tiba saja para tentara tersebut masuk ke dalam rumah dan memaksaku ikut dan di bawa pergi. Aku meronta karena aku tidaklah bersalah. Semua orang pun membantu meyakini para tentara tersebut dan hasilnya nihil.
"Percayalah pada kami. Kami bahkan baru menginjakkan kaki di sini. Kami bahkan tidak kenal siapa gadis yang ada di dalam foto tersebut." teriak Harry berusaha meyakinkan mereka. Namun sepertinya mereka sudah menutup kuping mereka dan tidak peduli dengan omongan orang lain. Bagaimana ini?
"Harry, bantu aku!" Aku berusaha sekuat tenaga agar aku tidak di bawa oleh para tentara tersebut. Namun, mereka berhasil membawaku keluar dari rumah Mrs. McKenzie dan hasilnya aku di bawa oleh para tentara tersebut. Aku pun panik tidak karuan. Aku ingin segera keluar dari dalam permainan bodoh ini.
Harry POV
Mengapa ini semua harus terjadi di saat permainannya sudah selesai. Aku bahkan tidak dapat menduga jika para tentara itu membawa Kendall. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Berdoa? Itu sangatlah tidak cukup. Aku juga harus melakukan tindakan.
"Gabriella. Apa kau punya mobil?"
Gabriella mengangguk dan dia segera memasuki kamarnya. Beberapa detik kemudian dia kembali dengan kunci mobil. "Hanya satu?"
"Ya. Mungkin kau duluan saja Harry bersama yang lain. Mungkin aku akan menyusul dengan mobil tetanggaku. Ada yang ingin ikut bersamaku?"
Emily, Jenny, Grace, serta Gigi pun mengangkat tangan mereka. Kalau begitu, Liam, Niall, Louis, dan Zayn berada bersamaku. "Baiklah. Cepat!"
Aku mengeluarkan kendaraanku menuju jalan. Beruntung, salju sudah di keruk dan aku bisa membawa mobil ini meskipun sangat licin sekali. Aku tidak bisa mengebut jika ingin selamat. Namun, jika aksi tidak menambahkan kecepatannya maka Kendall lah yang tidak selamat.
"Harry, kau bisa pelan-pelan mengendarai mobilnya?" Liam berusaha menenangkanku di sebelah. Namun aku tidak bisa. Aku tetap ingin menaikan kecepatan mobil ini. "Harry. Di jalan ini masih ada orang lain. Kau bisa terkena masalah baru jika kau terus menaikan kecepatan."
Aku mengencangkan setirku dan masih terus fokus menatap ke arah jalanan yang cukup sepi. Aku menginjak terus gas nya. "Aku tidak peduli jika mobil ini akan menabrak rumah atau kendaraan lain. Aku hanya ingin segera menyusul mobil yang berada tepat di depan kita."
Setelah beberapa lama kami mengendarai mobil yang kami tumpangi dan mengikuti mobil yang membawa Kendall. Akhirnya kami sampai. Aku pun melihat Kendall yang matanya sudah di tutup dan mulutnya juga di tutup oleh kain. Tangannya juga di ikat kebelakang dan aku merasa kasihan pada dirinya.
"Tunggu!!" teriakku pada tentara yang membawa Kendall. "Hey!"
"Kalian lagi? Ada apa kalian mengikuti kami ke sini. Dia terbukti bersalah dan aku punya banyak bukti yang menunjukan bahwa dia lah pembunuhnya." jelas salah satu tentara.
"Apa kalian bercanda? Kami bahkan baru berada di sini untuk waktu yang singkat. Belum ada 24 jam kami berada di sini dan kalian ingin membawa dia pergi. Kau tidak punya hati. Darimana juga kalian mendapat informasi keberadaan soal gadis yang ada di foto?"
"Banyak para saksi yang melaporkan hal ini. Kalian tetap tidak bisa menghalangi ini semua. Hukum akan terus berjalan!" Salah satu tentara tersebut memerintah untuk membawa Kendall. Kemudian, datanglah Gabriella dengan yang lainnya. Mereka terlihat seperti habis berlari dengan jarak ratusan meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Game
Fanfiction❌ WARNING: I MADE THIS STORY WHILE I WAS 15 (chaos plot twist, damage your brain, confusing) We're like playing games. But, what if the game play us? [write in Bahasa Indonesia]