Chapter 10

2.4K 284 54
                                    

Song for this chapter:

Youth — Troye Sivan
7 Years — Lucas Graham

***

Memang benar apa yang di katakan Emily. Kami memang dipermainkan dalam permainan bodoh ini. Dipermainkan oleh permainan? Rasanya terdengar konyol dan bodoh.

"Kendall, harus kemana lagi kita? Aku sudah lelah dan tidak tahu dimana ini. Hutan ini cukup luas dan tidak ada jalan keluar." Jenny kini sudah mengeluh. Tetapi aku sama sekali tidak marah karena memang aku sendiri juga lelah dan butuh istirahat kembali. Namun, niat tersebut ku gagalkan begitu aku melihat sesuatu cahaya dari arah sana. Apa itu jalan keluar? Oh ya sepertinya.

"Hey, lihatlah kesana. Ada jalan keluar untuk kita." Aku menunjuk ke arah sana dan mereka semua kini memicingkan mata. "Bagaimana? Benar bukan?"

"Kau benar. Ayo, sebaiknya kita segera keluar dari sini dan meminta bantuan." Zayn sekarang sangat bersemangat. "Dan juga Harry. Dia butuh di obati secara layak."

Kami mulai berjalan. Benar dugaanku, kami keluar dari hutan dan mendapati bahwa kami berada di tempat yang penuh dengan rerumputan dan berbagai macam bunga.

Aku pun memejamkan mataku merasakan hembusan angin yang mengenai tubuhku. Rambutku yang tergerai juga ikut terkena hembusan angin yang rasanya langsung mengenai kulit di leherku. Aku membuka mataku dan menghirup nafas panjang sambil tersenyum. Aku berharap semoga permainan ini cepat selesai dan tidak akan ada lagi masalah baru.

Kami kembali berjalan dan jalanan yang kami lewati ini cukup berbukit. Tetapi dibalik bukit ini, rupanya ada beberapa rumah dan itu membuat kami berteriak kesenangan.

"Kendall, kau berhasil. Akhirnya kami berada di luar hutan itu." teriak Emily dan Jenny girang dan kemudian mereka berlari tidak sabaran untuk meminta bantuan.

Aku pun menoleh kebelakang melihat semua. Aku tersenyum kepada Harry dan dia ikut tersenyum meskipun hanya senyum kecil. Gigi pun berlari ke arahku dan memelukku. Aku bahkan terjatuh dan kami tertawa. "Hey, ini belum akhir dari permainan. Ini baru kebahagiaan dan keindahan." kataku sambil mencoba bangkit.

"Tidak. Kau berhasil! Kau memang pemimpin yang luar biasa untuk kelompok ini. Jika seandainya tadi kami mengikuti perkataan si jalang Grace maka kami tidak akan pernah pulang. Bukan begitu, Louis?" Gigi menoleh ke arah Louis dan Louis hanya tersenyum.

Grace pun berjalan mendahului kami. Kemudian dia berjalan menghentak-hentakan kakinya. Dia berbalik badan dan menatap sinis ke arahku dan Gigi. "Ini belumlah akhir. Kalian harus tahu itu!" Dia kembali membalikan tubuhnya dan berjalan mencoba menghampiri Emily dan Jenny yang masih terlihat senang.

Kami pun masuk kedalam rumah seseorang. Tidak disangka bahwa pemiliknya sudah manula tetapi masih tetap bekerja. Kami memohon untuk di tampung sementara waktu dan izin tinggal. Ternyata, dia memperbolehkan kami.

Kami semua merasa terkejut begitu melihat diri kami sendiri di kaca yang besar. Kami seperti kelompok yang baru pulang bertugas dari perang. Rasanya, seperti terlalu berlebihan.

***

"Aku ingin pergi tidur. Selamat tinggal." Niall bangkit berdiri dan jalan menuju tempatnya untuk tidur. Kami sudah berbagi kamar dan kami semua sepakat bahwa para perempuan tidur di dalam kamar. "Sebelumnya, terima kasih untuk Nan."

Nan mengangguk dan tersenyum. Nan, kami memang disuruh memanggil dia dengan sebutan Nan. Lama-lama, semuanya sudah meninggalkan meja makan kecuali aku, Harry, Zayn, dan Gigi.

"Hey, kami ingin ke kamar." Zayn kini bangkit dan menarik Gigi. Kamar? Apa itu tandanya mereka berdua akan tidur bersama lagi?

"Zayn, kau cu...—"

The GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang