BAB 6 : Maaf

272 22 9
                                    

"Astoge!!! Bang bang tutttttt?!!!" Ucap Sani dan kak Silvia bersamaan.

"Mati gue.." ucap laki-laki yang mereka panggil tadi.

*tittttttt...* (anggap bunyi monitor di rumah sakit)

"Bang bang tuttttt!!!!!! Abang pulang?! Yeay!!!!" Ucap Sani histeris sambil ingin memeluk abangnya itu.

"STOPPPP!!! Lo siapa???"

"Ya allah abang!! Ini abang gue kan?? Abang Aldo kan?! Astoge bangggg.." Ucap Sani sambil menempelkan punggung tangannya di kening abangnya.

"Heh! Jauhin tangan lo! Tangan lo bau tai!! Hussh ... sana lo, pergi." Ucap Aldo sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Lalu, menghampiri ayah dan bundanya.

"Aldo.. kamu ini. Kasian adik kamu tuh, mukanya udah asem. Jangan di gituin ah." Ucap bunda sambil memukul pelan tangan Aldo.

"Siapa?? Dia??" Ucapnya sambil menunjuk Sani. "Aku kan gak punya adik yang kayak gitu, bun." Ucapnya lagi.

"Abang?? Abang inget Silvia kan??" Ucap Silvia.

"Inget dong.. lo kan adek gue yang paling cantik." Ucap Aldo sambil memeluk Silvia.

"Ihhh.. abang jahat!! Kak Silvia di inget! Sani enggak!" Ucap Sani sambil mengerucutkan bibirnya.

Sani sangat kesal pada abangnya. Padahal, dulu Sani yang paling dekat dengan abangnya. Dia selalu bisa bermanja-manja dengan abangnya. Tapi sekarang?? Dia merasa tersingkirkan.

"Aduhhh,, udah deh dramanya. Bang, kamu tuh ya, iseng banget sama adik kamu. Udah ah, bunda mau masak dulu buat kalian." Ucap bunda.

"Ayah juga mau ke ruang kerja dulu."

"Oke bunda, ayah." Ucap Aldo sambil mengangkat kedua jari jempolnya.

"Abang..." lirih Sani sambil menundukkan kepalanya.

"Sayang, sayang.... cup..cup.. jangan nangis. Abang sayang Sani kok. Abang gak bakan lupain adek abang yang manja ini." Ucap Aldo sambil memeluk Sani. Sani langsung memeluk erat Aldo.

"Ya allah,, g-gue gak b-bisa n-na-nafas. L-lepas woi." Ucap Aldo sambil berusaha melepaskan pelukan Sani yang sangat erat.

"Hah? Maaf deh bang." Ucap Sani sambil nyengir dan melepaskan pelukannya.

"Yaudah, gue mau ke kamar dulu deh. Jetlag gue, habis dari amrik. Seharusnya kalian nyambut gue dengan bahagia. Lah ini? Malah nangis bombay. Gue ke kamar dulu, bhay!!"

"Buset dah. Gak usah nyemprot juga kale!" Ucap Silvia.

"Gue juga mau ke kamar deh. Jetlag juga nih." Ucap Sani dengan muka kelelahan yang dibuat-buat.

"Jetlag dari mananya coba?? Naik pesawat aja kagak?! Dasar oon!"

"Bener sih, gue gak naik pesawat. Tapi gue harus nembus ruang dan waktu, kak."

"Ke bojong kenyot aja harus nembus ruang dan waktu??"

"Iya. Lo tau? Desa bojong kenyot itu hanya ada di khayalan! Lo nya aja yang bego." Ucap Sani yang langsung ngacir ke kamarnya.

"SANIIIIII!!!!" Teriak Silvia.
"Tapi, bener juga ya?? Au ah!" Gumam Silvia.

Akhirnya mereka masuk kamar masing-masing. Bunda mereka lagi memasak makanan untuk makan malam, dan ayah mereka sedang berada di ruang kerja.

Dikamar, Sani sedang menceritakan kejadian tadi kepada teman-temannya di grup TJ dan grup Sanas Ratih. Tapi, grup TJ hanya cerita abangnya saja. Sedangkan di grup Sanas Ratih, dia menceritakan semuanya dengan jujur. Tanpa ada kebohongan.

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang