BAB 7 : Semangat!!!

60 7 10
                                    

"Selamat pagi, anak-anak." Ucap ibu septi yang baru memasuki kelas.

"Selamat pagi, bu." Ucap satu kelas serempak.

Sani masih saja diam di dalam lipatan tangannya. Kehadiran Rio di sampingnya, sungguh membuat mood nya hancur. Dia jadi malas duduk dengan Rio. Sani mencoba memejamkan matanya karena kepalanya pusing. Padahal dia tau bahwa guru sudah memasuki kelasnya.

"Sani??? Ada apa dengan kamu?? Apa kamu sakit??" Ucap bu Septi sambil menghampiri Sani.

"Hah? Umm.." Sani mengangkat kepalanya. "Enggak kok, bu. Cuma pusing sedikit." Tambahnya lagi.

"Astagfirullah! Muka kamu pucet nak. Badan kamu juga panas. Ayo Rio! Bawa Sani ke UKS." Ucap bu septi panik.

"I-iya, bu." Ucap Rio gugup. "Ayo, sa?" Tambahnya lagi. Rio pun merangkul Sani dan membawanya ke UKS. Setelah merebahkan Sani di ranjang UKS, Rio keluar dan membiarkan dokter yang ada di UKS memeriksa keadaan Sani.

Setelah 10 menit menunggu, Rio dibolehkan masuk. Rio langsung menghampiri Sani.

"Kenapa bisa sakit?" Tanya Rio lembut.

"Gapapa." Jawab Sani lemah. Sambil membuang muka dari hadapan Rio.

"Lo masih marah sama gue ya?? Maafin dong, sa. Kemaren gue salah, gue bercandanya kelewatan. Maaf ya.." Ucap Rio tulus.

Sani hanya membalikkan badannya dan memunggungi Rio. Beginilah kalo Sani lagi ngambek. Rio sendiri yang susah.

*kringggggg...*

"Udah istirahat aja." Ucap Rio yang sedari tadi hanya menunggu Sani sambil memainkan hpnya. Dari tadi Rio hanya mencari cara supaya Sani tidak marah lagi padanya. Saking buntunya otak Rio, ia pun men-serching di google 'Cara membujuk orang yang lagi ngambek'. Sampai sekarang dia belum menemukan cara bagaimana caranya agar Sani berhenti ngambek kepadanya.

"Sani, lo gak mau istirahat?? Mau gue beliin makanan?" Tanya Rio. Sani pun membalikkan badannya menghadap Rio. Sani hanya menggelengkan kepalanya.

"Gak laper?? Gak haus?? Gak bosen??" Tanya Rio lagi. Sekali lagi, Sani hanya menggelengkan kepalanya.

"Berarti kita sehati." Ucap Rio. Sani mengerutkan dahinya.

"Udah deh, gue mau ke toilet dulu ya. Lo ngemeng kek, kayak orang buta aja gak bisa ngomong." Ucap Rio sambil berjalan menjauh.

"Itu gak bisa liat bego!" Geram Sani. Sungguh, Sani tidak bisa mendiamkan Rio seperti ini terus.

"Tuh, bisa ngomong. Kalo lo diem terus, lo kayak ayam mau kawin." Canda Rio.

"Anjay. Udah sono! Huss.." Usir Sani pada Rio. Rio hanya tertawa dan berlalu pergi. Jujur, Rio sangat bahagia bisa mendengar suara Sani lagi. Padahal Rio mengira akan kehilangan suara merdu itu. *ciahhh

Saat Rio di depan pintu UKS, dia berpapasan dengan sahabat-sahabat Sani, yaitu Rara, Ratih, dan Nasywa.

"Sani kenapa, yo? Sakit apa? Baik-baik aja kan?" Tanya Ratih.

"Dia gapapa kan, yo?? Gak sakit keras kan?? Udah minum obat kan??" Tanya Nasywa.

"Sani masih idup kan?? Belom mati?? Gue gak mau kehilangan dia. Udah lo kasih makan belom?? Maag nya kambuh ya?? Dia--" Ucapan Rara di potong Rio.

"Busyettt,, banyak bener pertanyaannya. Satu-satu kali. Mana bisa gue jawab kalo kalian berondongan begitu??" Ucap Rio.

"Udah ah. Lo lama. Mending kita masuk aja, nyok?!" Ucap Ratih sambil menarik Rio keluar dari depan pintu UKS.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang