Hati yang Lain

10 1 0
                                    

"Pecahkan saja gelasnya, biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh" Ku dengar puisi dalam film Ada Apa dengan Cinta, serasa mewakili perasaanku pagi ini.
Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Ku hampiri dua orang d hadapanku, tersenyum menyambut tamu ayah ibuku, lalu bergegas menuju ruang keluarga. Entah apa yang mereka perbincangkan, namun kesimpulannya seperti letusan gunung berapi di tengah lautan. Begitu keras menghantam dinding hatiku, lalu terdampar di pulau tak berpenghuni. "Oh Allah, inikah takdir yang kau pilihkan untukku? Lelaki baru yang datang ataukah lelaki pagi yang kemarin berkunjung melemparkan bahagia di hati ini" ucapku lirih.
Kamu tau itu artinya apa? Aku tak tau harus berkata apa, bergumam lirih pun tak kuasa. "Bantu aku ya Rabb"
Tetiba hatiku berkata, dering handphone berbunyi. Suara saudara jauhku menyuruh untuk menemuinya sekarang juga, ada oleh-oleh katanya. Ku segera berlari, pamit pada kedua orang tua ku dan dua orang yang menginginkanku berada di rumah pada saat ini.
"Terima kasih Allah" ucapku sambil mengayuh sepeda menuju sang penelepon penolongku.
Oleh-olehnya gelang baru, aku tersenyum sejenak walau sedikit ada ganjalan dalam hati.
"Bukan maksudku tidak menghormati tamu, Bu" Sesalku menahan kemarahan ibu.
"Jangan pernah menyakiti hati orang" Ucap ibu lirih.
Langit seakan gelap gulita, lelaki pagi ku memberi kabar handphone nya hilang.
Aku terdiam, sendiri menatap langit sore.
"Pertanda apa ini ya Allah?"
Sore ku berganti embun, menggelayut di pipiku.
Perasaan antara melepaskan atau mempertahankan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang