"Ghisel !!" teriak seorang wanita paruh baya dengan kerasnya di depan meja makan. "Bawa bekalmu...!" tambahnya.
"Ghisel bukan anak kecil, Ma ! Dadah... Ghisel berangkat !" Ghisel berlari menuju mobil yang biasa ia pakai untuk pergi ke kampus. Tancapan gas yang amat kencang membuat Alio sang adik menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ghisela Chalula Zenata, seorang yang sangat terkenal dengan kepribadian yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, banyak omong, keras kepala, namun Ghisel merupakan gadis cantik yang ada dalam list idaman para pria.
Rambut yang tergerai panjang melewati bahunya, kulit putih mulus tanpa bulu, bibir merah muda yang sangat menggiurkan bagi para kaum adam. Namun sayang, mereka harus mengubur dalam-dalam impiannya karena ada seorang pria yang menemani keseharian Ghisel yaitu Reyza.
Selama perjalanan menuju kampus, Ghisel memutar lagu di mobilnya dengan volume yang agak keras. Jangan heran, karena memang itu termasuk kebiasaannya. Jalanan yang cukup padat, polusi yang mulai tampak dipagi hari, dan suara klakson mobil kini menjadi ciri khas setiap harinya.
Hanya dengan 20 menit perjalanan, akhirnya Ghisel sampai ke tempat kampusnya. Dari kejauhan nampak seorang pria berdiri bersandar di sebelah pohon. Ghisel melangkahkan kakinya cepat mengarah pria itu.
"Udah lama ?" tanya Ghisel
Reyza mengedikkan bahunya, "Entah..."
"Rey...ish...jangan gitu dong. Maafin yahh.." pinta Ghisel dengan gaya orang memohon kepada guru killer.
Tanpa Ghisel sangka Reyza memeluknya dari samping dan mencium pipinya sekilas, membuat rona merah terpancar di pipi Ghisel. Suara gelak tawa kecil terdengar dari mulut Reyza.
"Tuh..kan.. kamu ngerjain aku kan ?" tanya Ghisel dengan memasang wajah cemberut namun didalam hatinya sudah di pastikan penuh dengan bunga-bunga.
Reyza mencolek hidung Ghisel, "Jangankan nunggu kamu dateng, nunggu restu orangtua kamu aku sanggup."
Ghisel langsung memeluk Reyza saat dia mengatakan restu orangtua. Memang orangtua Ghisel belum bisa memberi restu di hubungan mereka berdua karena sesuatu hal yang memang belum bisa diutarakan oleh orangtuanya. Itulah sebabnya dia menjalani hubungan 'Backstreet' dan itu juga alasan mengapa Reyza tak pernah menjemput Ghisel dirumahnya.
"Maafin aku Rey,..." kesedihan mulai melingkupi Ghisel.
Reyza yang melihat Ghisel yang mulai menangis langsung memeluknya erat dan mengelus punggung Ghisel perlahan. "Udah, disini bukan aku atau kamu yang salah. Kita juga harus berjuang sama-sama, Ghis."
"Aku pasti berjuang apapun yang terjadi" ujar Ghisel mantap
"Nggak akan nyerah kan ?" tanya Reyza dengan keraguan
Ghisel menggeleng pelan, "Nggak akan Rey."
"Janji ?" ujar Reyza dengan menyodorkan jari kelingkingnya dihadapan Ghisel.
"I'm promise"
Mereka berdua akhirnya mengikrarkan janji mereka. Bergandengan tangan seolah tak ingin melepaskan satu sama lain. Berjalan bersama beriringan dengan sebuah senyuman tercetak di kedua bibir mereka.
Universitas Magazine, mempunyai beberapa kampus. Kebetulan Ghisel dan Reyza berada di kampus yang sama namun di jurusan berbeda. Mereka berdua mendiami kampus A yakni terdapat jurusan kedokteran, psikolog, manajemen bisnis, dan farmasi. Ghisel yang mengambil jurusan psikolog sedangkan Reyza mengambil jurusan manajemen bisnis. Fakultas mereka terletak agak berjauhan, namun hati mereka tetap selalu dekat begitulah prinsip Reyza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Kiss
RomancePeringatan : 16+ Now, all about you to be cold... And different to catch... Even so, I will holding you from afar .. "Karena memperjuangkan tak semudah mempermainkan.."