24

16 0 0
                                    

_Go to Camp_

Hari ini tiba waktunya sekolahku mengadakan acara camping. Entah kenapa aku begitu bersemangat hari ini. Walaupun aku harus berangkat lebih awal dari siswa lainnya tapi aku begitu menikmatinya. Dari kemarin aku sudah mulai mempersiapkan barang-barang yang akan kubawa nanti. Jadi, hari ini aku benar-benar siap dan menunggu keberangkatan saja.

Bus yang akan aku naiki akhirnya sampai, dengan sigap aku ikut mengantre memasuki bus itu. Tapi sayangnya aku tak mendapat posisi yang ku inginkan, hanya tersisa 2 kursi kosong. Kursi yang pertama letaknya disamping seorang bocah yang menatapku sinis dan dengan sengaja ia mengisi kursi kosongnya itu dengan barang-barang miliknya. Lantas kupilih kursi yang kedua saja, disamping Ghibran dan kuharap Griselda tak akan mengomeliku jika aku berdekatan dengan pacarnya.

"Gua boleh duduk disini kan?" ucapku saat sudah menduduki kursi itu

"Gak usah nanya kali sa, lu udah duduk aja ngapain nanya"

"Hehe.... Si elda marah gak ya?" tanyaku penasaran

"Yaelah masa iya dia marah, kayak yang ga kenal aja lu" jawabnya tepat

"Sio deh kalo gitu, ini lama banget ya nyampe kesana?" tanyaku polos

"Mayan lah 2-3 jam" ujarnya tanpa melirik ke arahku

"Yaudah deh gua tidur dulu ya, kalo ada apa-apa bangunin gua ya!"
Ghibran hanya membalasnya dengan sebuah acungan jempol

Tak terasa setelah beberapa menit aku mulai terlelap dan nyaris bermimpi. Tapi sayangnya, aku harus terbangun gara-gara Ghibran membangunkanku dengan cara yang tidak manusiawi. Aku rasa ada sebuah kaleng membentur kepalaku.
Dan dibawah tempat dudukku aku mendapati sebuah kaleng bekas softdrink.

Dengan muka kaget dan kesal aku bangun dan mulai menggerutu "Ghibraaan, lu bisa ga sih banguninnya pelan-pelan? Pake nampol gua pake kaleng-kaleng begini lagi huuuuh"

Dia membuka earphone-nya dan bingung dengan apa yg aku bicarakan "Apaan? Gua ga denger?"

"Buset gua ga sadar kalo dia pake earphone" batinku menyesali
"Yaampun lu ngeselin banget deh, ngapain sih nampol kepala gua pake kaleng ini?" ucapku menyelidik

"Lu ngimpi kali ya, gua daritadi diem aja, lu ngomong aja gua kaga denger kali" jawabnya membantah

"Ya terus siapa?" ucapku lagi

"Mana gua tau, bikin ribet aja lu" Ghibran tak peduli denganku saat ini dan kembali memasang earphone-nya itu.

"Huh rese lu, kok bisa sih elu el suka ama nih cowok" aku menggerutu mengungkapkan kekesalanku

Akhirnya aku tetap berjaga dan pura-pura tidur kali aja pengirim kaleng itu bisa aku pergoki. 10 menit berselang, sebuah kaleng mendarat lagi tepat diatas kepalaku dan asalnya dari belakang. Sontak aku berbalik sambil mengacungkan kaleng itu "Punya siapa nih?" ucapku dengan nada tinggi dan muka merah padam

Tiba-tiba si makhluk astral menghampiriku, masih belum hilang juga kelakuannya yang suka bikin kesel ini.
Dia dengan santai mengambil kaleng itu sambil berkata "Lu duduk dulu yg tenang bentar lagi ini bus bakal berhenti, gausah ganggu orang lain kasian lagi pada tidur" selepas itu,  dia kembali ke tempat duduknya.

Spontan aku melihat ke sekeliling bahwa benar yang dia ucapkan, semua orang sedang terlelap. Aku hanya bisa menahan amarah yang kian membuncah ini. Sial, tunggu pembalasan ku.

Kini, bus berhenti dan aku hendak pergi ke kamar mandi. Hampir semua penumpang bus turun untuk pergi ke kamar mandi, dengan sabar aku harus menunggu antrean.

Saat kembali ke dalam bus, aku mendapati Ghibran yang sudah duduk di bangku belakang. Aku kebingungan kenapa dia tiba-tiba pindah? Tanpa berfikir panjang aku menduduki bangku yang tadi di duduki Ghibran, aku sangat senang karena duduk sendirian kali ini.

"Sendirian aja mba?" ucapnya yang kemudian duduk di sampingku

"Ngapain lu disini? Ngancurin mood aja lu pergi buruan" ucapku kesal

"Lah ya bangku gua ditempatin ama si Ghibran, ya tukeran lah masa gua kagak duduk yang bener aja lu" ucapnya enteng

"Terserah lah, ogah gua ribut mulu ama lu"

"Oh maunya baikan sama gua?" ucapannya ini benar-benar membuatku geli, aku tak menggubris ucapannya sama sekali.

Kenapa bisa? Kenapa bisa kayak gini. Kadang dia jadi anjing galak yang berantakin mood gua, kadang dia juga kayak anjing kecil yang pengen disayang.

Sepanjang perjalanan tak ada sepatah katapun yang ku ucapkan, aku hanya diam membisu. Sedangkan dia sibuk memandangiku.

"Kenapa sih lu liatin gua terus?" ucapku sambil meluruskan mukanya ke depan

"Yaelah sasa, lu mah kepedean banget. Hmm pantesan dari tadi diem aja, salting ya? Siapa juga yang liatin elu, gua mah liat pemandangan tuh kan bagus" tawanya menggema usai dia menyudutkanku

Aku sudah tak tahan lagi, aku menjambaknya yang sedang puas menertawakanku. Dia mengerang kesakitan dan aku begitu puas. Tapi, tangannya yang lihai kemudin melepaskan tanganku dari rambutnya dan dengan sigap dia mengalungkan tanganku di lehernya.
Aku melongo, melihat apa yang baru saja terjadi. Mataku fokus melihat manik matanya yang menghipnotis, wajahnya yang tampan dan tak mudah dilupakan. Sayangnya, tiba-tiba lidahnya menjulur ditambah ekspresi mukanya yang menjengkelkan. Raut wajahku kini berubah menjadi penuh amarah, aku mulai menggerutu "lu.... " belum juga aku bicara satu kata dia tiba-tiba menempelkan telunjuknya di bibirku. Dia selalu seperti ini, selalu melakukan hal-hal yang tak terduga tapi ini yang membuatku tertarik padanya.

"Sstttt, gausah ribut sayang diem ya. Utuk utuk utuk" dia merayuku seperti merayu bayi yang sedang rewel sambil mengacak-acak rambutku

"Fix! Lu rese" ucapku setengah berbisik

"Maafin ga?" ucapnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya

"Ga" jawabku cuek

"Jangan nyesel ntar ga maafin gua" ujarnya sambil terkekeh geli

Perjalanan menuju puncak emang belum pernah aku jalani sebelumnya, jadi jauhnya begitu terasa. Aku melihat jam tangan yang melingkar di tangan kiriku dan sepertinya sebentar lagi sampai. Aku menoleh ke samping kiriku, dan ternyata Azrial begitu lelap dalam tidurnya. Wajahnya yang memang tidak membosankan untuk dipandang itu, tetap saja terlihat menarik saat tertidur. Aku tidak tega, mdmbangunkannya padahal kan menurut guru pembimbing sebentar lagi kita sampai. Saat sedang asyik memandangi mukanya, tiba-tiba dia mengerjapkan matanya. Sontak aku langsung membetulkan posisi dan pura-pura tidur.

"Bentar lagi nyampe nih, yaelah ni bocah malah molor lagi" ucapnya buatku kesal "Hmm... Tapi masih cakep aja"

"Gua bangunin kaga ya?" Dia masih saja bermonolog sendiri "Jangan deh kasian, tar gua gendong aja" ucapnya sambil mengernyitkan dahi.

Aku kaget dan refleks bilang "Ogah, gamau gua bisa jalan sendiri" kemudian aku menutup mulut karena malu dengan tingkahku sendiri

"Tuh kan ketauan lu pura-pura tidur, lu kan liatin muka gua terus dari tadi. Yaelah, kalo mau acting sini belajar ama gua" Dia tersenyum penuh kemenangan

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love is RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang