Brondong Manis Part 8

3.6K 396 1
                                    

"Kok malah melamun, nak?" Tanya Rike lagi.
Iqbaal tersenyum. "Nggak kok bunda."
"Oh ya, besok jadwal kamu check up. Sekalian habis itu jenguk nenek di Bogor." Ujar Rike kemudian.
"Lho? Besok ya bun?" Iqbaal sedikit kaget.
"Betul. Jadi besok pagi-pagi siap ya." Kata Rike sambil melangkah keluar dari kamar Iqbaal.
"Aiissshhhh...." desah Iqbaal pelan sambil mengacak rambutnya pelan. Bundanya benar-benar membawa berita yang mengacaukan rencananya. Ah padahal tadi di taman ia sudah membuat janji dengan seseorang.

***
Nabila tampak resah. Sudah lebih dari 30 menit ia mondar mandir di depan kaca. Seolah ia sedang mencari kepercayaan diri yang nampaknya agak berkurang. Dari tadi ia belum juga menemukan jawaban atas pertanyannya. Pertanyaan yang sepele sebenarnya, yaitu "apakah ia harus ke rumah Iqbaal sekarang?"
Simpel bukan? Namun ia belum juga menemukan kepastian untuk dirinya sendiri.
"Emm gimana....sekarang nggak ya? Mumpung libur sih." Bisik Nabila pada dirinya sendiri.
Akhirnya ia memutuskan untuk meraih handphone yang ia letakkan di atas nakas.
Lantas perlahan jari cantiknya mulai mengetik di aplikasi pesan.

To: Ibal
Gue maen ke rumah lo ya, baal. Mumpung libur....

Tapi saat jarinya akan menekan tombol send, rasa ragu kembali menyergap hatinya.
"Bodi ah, kirim." Ujar Nabila. Ia merasa harus segera mengungkap misteri alamat rumah Iqbaal yang sama seperti dengan alamat (Namakamu). Dan apakah teman baru yang akhir-akhir ini sering disebut (Namakamu) itu adalah Iqbaal? Ah misteri.....

***
Sekali lagi Iqbaal menyingkap gorden jendela kamarnya. Ia kembali menatap balkon kamar rumah yang ada di seberang rumahnya. Nampaknya si empunya kamar belum terjaga, karena jendela di kamar itu masih tertutup rapat.
Sejujurnya Iqbaal gelisah. Ia takut gadis si empunya kamar itu akan marah jika tahu bahwa ia akan membatalkan janjinya. Padahal Iqbaal juga sangat menanti-nanti momen kebersamaan mereka.
Mending gue telfon dia deh, sekalian bangunin, gumam Iqbaal.
Lalu ia pun menekan tombol 'call' pada kontal bernama (Namakamu).
Sambil menunggu jawaban Iqbaal melangkah keluar rumah. Sekalian untuk memastikan apakah ayah dan bundanya sudah siap.
"Iya hallo...."
Terdengar suara serak dari seberang sana. Seolah menunjukkan kalau si penerima telfon baru saja bangun tidur. Sejenak Iqbaal tersenyum.
"Morning manis....."
"Hmm too."
"Woey bangun!!!! Udah siang tauk!"
"Apaan sih, baal. Berisik!"
"Dasar kebo!"
"Ini hari libur tauk!"
"Tapi kan tetep harus bangun. Emang mau tidur terus? Nggak bangun-bangun gimana?"
"Kan biar ada pangeran yang nyium gue."
"Sini gue cium."
"Ogah! Paling lo juga belum mandi, masih ileran."
"Gue udah mandi tauk. Udah keren nih."
"Kok?"
"Kan nungguin lo bangun."
"Dusta lo!"
"Coba lo lihat ke bawah sekarang."
Lalu bergeas (Namakamu) turun dari tempat tidur dan membuka jendela kamarnya. Dan dilihatnya Iqbaal tengah berdiri, bersandar di depan kap mobil sambil melambaikan tangan ke arahnya. (Namakamu) tersenyum geli melihatnya.
"Lo kok rapi gitu mau kemana, baal?"
"Gue mau jenguk nenek di Bogor. Sorry ya, acara kita jadi batal."
"Ohh. Nggak apa-apa kok. Lagian air laut nggak akan surut selama lo pergi "
Iqbaal terkikik pelan. Ah lucu rasanya melihat mereka yang masih bertelfon ria padahal saling pandang dan tersenyum.
"Berapa hari?"
"Besok pulang kok."
"Ya udah hati-hati ya. Salam buat nenek."
"Oke, bye."
"Bye."
Klik. Sambungan mati.
Tak lama kemudian, sebuah pesan masuk ke ponsel Iqbaal.
"Teh lala?" Desisnya.
Dengan cepat ia segera mengetik balasan pesan untuk gadis itu. Sepertinya gadis itu memang sedang tidak beruntung. Karena akhir-akhir ini Iqbaal sering menolak ajakan maupun kedatangan gadis itu.

To: Teh lala
Sorry ya teh, ini gue sama keluarga mau ke bogor jenguk nenek. Bsok aja ya

Iqbaal sampai tak enak hati mengirim pesan itu. Tapi apa daya. Begitulah kenyataannya. Ia yakin gadis itu pasti kecewa. Dan bayangan raut wajah kekecewaaan itu sudah terbayang di benak Iqbaal.
Sorry teh....gumam Iqbaal.

***
Dan nampaknya memang benar apa yang ada dalam benak Iqbaal, Nabila kecewa. Sangat kecewa. Lagi dan lagi Iqbaal mengecewakannya.....

Bersambung

Brondong Manis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang