Minah memekik. Mobil mewah yang dikendarai dengan kecepatan tinggi itu menyerempetnya hingga sepeda motor yang ia tumpangi oleng dan membuatnya jatuh terjerembab. Ia bahkan nyaris nyebur ke got beserta sepeda motornya jika saja ia tak pandai menjaga keseimbangan.
Perempuan berkulit bersih itu menggerutu dan menumpahkan kekesalannya entah pada siapa.
Tapi sesaat kemudian ia dibuat heran ketika SUV mewah berwarna merah yang tadi menyerempetnya berhenti, lalu bergerak mundur mendekatinya. Dan, sekian detik kemudian, keluarlah seorang lelaki tampan berpakaian rapi. Posturnya jangkung, wajahnya tampan, matanya sipit memikat, hidungnya mancung, dan rambutnya yang hitam disisir dengan rapi. Ia masih muda. Jika Minah tak salah menerka, lelaki itu seumuran dengannya.
"Maaf, kau tak apa-apa 'kan?" Lelaki itu mendekatinya lalu menyapanya dengan nada cemas. Ia melihat ke arah sepeda motor Minah yang tergeletak, lalu berganti ke arah sekujur tubuh perempuan tersebut hingga membuat perempuan cantik itu jengah.
"Aku benar-benar minta maaf. Aku tak bermaksud bersikap ceroboh di jalan raya hingga akhirnya menabrakmu. Hanya saja, aku tadi sedang buru-buru." Lelaki itu beranjak lalu membantu Minah mendirikan sepeda motornya kembali.
"Perlu ku antar ke rumah sakit?" Lelaki itu kembali bertanya dengan khawatir. Minah yang sempat bengong selama sekian menit seakan kembali tersadar.
"Oh, tak perlu. Aku tak terluka kok, hanya sedikit syok saja," jawabnya kemudian.
"Kau yakin?"
Minah mengangguk. Ia melihat ke arah sepeda motornya yang ternyata juga baik-baik saja.
"Kau yakin tak perlu ku antarkan ke dokter ataupun ke bengkel?" Lelaki itu kembali menegaskan dengan sopan. Minah tersenyum.
"Sungguh, aku tak apa-apa. Kau bisa melanjutkan perjalananmu kembali. Dan terima kasih kau mau mengkhawatirkan aku. Tadinya aku sempat berpikir bahwa aku akan menjadi korban tabrak lari," Ia terkekeh. Lelaki itu tersenyum dan menatapnya dengan lega.
"Syukurlah kalau begitu. Aku lega kau tak apa-apa," ucapnya. Ia mengulurkan tangannya ke arah Minah.
"Aku Jeon Wonwoo. Bisa tahu namamu?"
Minah agak ragu. Tapi akhirnya ia menyambut uluran tangan tersebut.
"Im Minah," jawabnya. Setelah keduanya berjabat tangan, lelaki bernama Wonwoo itu mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam dompetnya, lalu mengulurkannya ke arah Minah.
"Ini kartu namaku. Jika kau mengalami sesuatu akibat tabrakan ini, mohon hubungi aku. Percayalah, aku tak akan lari dari tanggung jawab. Jika kau perlu ke dokter, aku akan mengantarkanmu. Dan jika ada kerusakan pada sepeda motormu dan kau perlu ke bengkel, aku juga akan mengurusnya," ucapnya.
"Aku harus pergi dulu karena aku ada urusan penting. Semoga kelak kita bertemu lagi," Wonwoo kembali menjabat tangan Minah, sebelum pemuda itu melenggang masuk ke dalam mobilnya dan segera mengemudikan kendaraan itu menyusuri jalanan raya.
Sesaat, Minah terpesona. Seorang pemuda kaya, tampan, ramah, dan sangat sopan. Ah, ini jarang sekali. Biasanya orang macam dia hanya akan marah-marah tak jelas jika terkena kejadian seperti ini. Apalagi, jika korbannya adalah orang semacam dirinya. Orang biasa dari kelurga tak mampu, atau boleh dibilang, orang kecil. Tapi, lelaki bernama Wonwoo itu benar-benar terlihat beda. Dan Minah yakin bahwa sikapnya tidak dibuat-buat.
"Semoga bisa bertemu lagi," tanpa sadar Minah bergumam sambil tersenyum. Lalu, ia kembali melanjutkan perjalannya ke tempa kerja dengan sepeda motor kesayangannya. Dan untunglah ia benar, sepeda motornyapun tak apa-apa.
YOU ARE READING
The Royal Couple
FanfictionJeon Wonwoo menolak dijodohkan dengan perempuan pilihan ayahnya karena ia merasa tertarik dengan gadis lain. Tapi apa jadinya jika tiba-tiba saja gadis yang akan dijodohkan dengannya datang ke apartemennya dan meminta menginap di sana selama bebe...