Chapter 02. Kebaikan

1K 87 13
                                    

"Besok kita bicarakan baik-baik. Yuu ingat, jangan terbawa emosi"

"Iya, iya"

~
Keesokan harinya saat jam istirahat
~

Aku berjalan di koridor sekolah seorang diri. Tiba-tiba terdengar suara seseorang dipukulin habis-habisan.
Lalu aku melihatnya dari balik tembok.

"Aku seniormu! Jika kau mengelak lagi, pukulan ini akan lebih keras!"

Buk Buk Buk!

Ternyata seorang senior yang memukuli kedua pipi adik kelasnya yang sepertinya anak kelas 1. Darah dihidungnya pun keluar perlahan.

"Cukup!" bentak ku.

Senpai itu berhenti memukul dan menoleh kearah sampingnya.

"Ahh kau Si Jenius Dingin. Ada apa? Apa kau akan membela anak ini?"

"Jika aku membela, apa kau akan berhenti memukul!?"

"Wah berani sekali ya?"

Senpai itu meluncurkan kepalan tangannya kearah wajahku. Tapi terhenti entah kenapa.

"Huh? Kok dia menghilang? Hei keluar kau! Dasar pengecut!"

Aku hanya bingung ucapannya. Tapi aku juga kesal dia memanggilku 'pengecut'

"Aku didepanmu, bodoh! Dan brengsek sekali kau memanggilku pengecut!!!"

Aku memukul kepalanya menggunakan kaki ku, sama seperti aku memukul cowok menyebalkan itu. Darahnya juga keluar perlahan tapi tak separah dia.

Senpai itu pun tergeletak lemah di tanah. Aku menginjak badannya agar senpai ini merasa kapok.

"Apa kau berani lagi padaku!?"

"Ampun..Jangan lakukan lagi.."

Lalu senpai itu pergi walaupun berjalan sempoyongan.

"Kau baik-baik saja?" tanyaku pada anak cowok kelas 1 ini, sama sepertiku.

"Te..Terima..ka..kasih..je..ni.."
Bruk!
Belum menyelesaikan ucapannya dia pingsan.

Aku mencoba membangunkan badannya, tetapi aku juga ikut terjatuh karena dia berat, ukuran badan seorang cowok.

"Mau aku bantu?" tawaran seseorang di depanku. Ternyata cowok menyebalkan itu! Dan diikuti 2 temannya.

"Cih!"

"Jangan sok kuat. Jika kesusahan, aku bersedia akan membantumu.
Takajou dan Nishimori-san juga akan mengobatinya"

Aku hanya menerima tawarannya, karena dia memang berat.

"Baiklah. Tapi kau membantuku, bukan berarti aku tak bisa. Dia hanya terasa berat digendong" ucapku mencari alasan tanpa menatapnya.

"Aku mengerti" jawabnya dengan senyuman manis miliknya. Entah kenapa aku malah tersipu, seharusnya aku kesal.

Akhirnya dia menggendong cowok itu dengan bantuan si kacamata juga.

~ UKS ~

Dibaringkannya ke kasur putih.
Cewek rambut orange segera mengobati lukanya, dibantu juga oleh cowok berkacamata.

"Makasih.." ucapku lirih.

"Kau bilang apa?"

Deg!

"Ahh bu..bukan apa-apa"

"Bohong. Sepertinya tadi kau bilang 'makasih' " katanya meledekku.

"Ayo mengakulah. Dari raut wajahmu, kau sedang berbohong"

CharlotteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang