Chapter 05. Melayang di Udara

641 61 8
                                    

"Anu..Kau siapa ya?"

"Nao.."

Suasana saat itu sangat hening padahal aku hanya bertanya seperti itu. Lagipula aku kan juga penasaran. Muka tertutup oleh poni, ditambah suara yang canggung. Jika begitu 'kan akan terasa orang asing.

"Ternyata begitu ya?" ucap Ayahku yang berbicara duluan untuk melenyapkan keheningan sudut ruangan.

"Ayah.." panggil ibuku yang matanya berkaca-kaca seakan ingin berteriak saat itu.

"Apa boleh buat 'kan? Nao tidak ingat dengannya"

"Tapi 'kan kita bisa beritahu lebih dulu.." keluh ibu.

"Itu akan merepotkan" jawab pria seberang itu kepada orang tuaku.

BRAKK!! Ibuku sangat marah sampai-sampai beliau memukul meja dengan keras sehingga membuatku terkejut.
"SEBENARNYA APA HARAPANMU?!!"

"Aku hanya ingin Nao selamat. Aku tidak ingin Nao menjadi tumbal, biarkan aku saja. Lebih bersyukur jika Nao benar-benar tak ingat diriku" jawabnya sangat tulus.

Ibuku yang mendengarkannya sangat tertegun. Beliau hanya menjatuhkan air matanya, tak kuasa juga untuk berbicara.

"Kau yakin?" tanya ayahku seakan juga tak percaya.

"Aku sangat yakin. Demi Nao, aku rela hidup dibalik layar"

"Baiklah. Mulai besok kau akan melakukan pemeriksaan fisik"

"Baik ayah"



Embun pagi membasahi dedaunan. Burung-burung berkicau. Dan kabut tipis yang menutupi sebagian pemandangan.

Aku pun membukakan kelopak mataku. Ku lihat seseorang duduk di depan tenda dengan badan membelakangiku.

"Kau tidur nyenyak sekali ya?" ujarnya sambil menoleh. Ternyata Otosaka Yuu.

"Apa aku melewatkan waktu sarapan?" tanyaku padanya.

"Tidak. Malahan aku berniat membangunkanmu untuk sarapan bersama. Tapi kau terlihat nyenyak sekali. Apa kau bermimpi bagus?"

"Tidak terlalu bagus sih. Karena aku sering memimpikan ini yang bisa dibilang mimpi ini adalah masa kecilku" jawabku menjelaskan. Aku juga merasa bosan dengan mimpi yang barusan terlintas lagi dalam tidur malamku.

"Tak ada yang tau masa kecilmu kok"

"Sudah jelas. Sebelumnya kita tidak pernah bertemu"

"Haha kau benar" ujar Otosaka tertawa kecil membenarkan ucapanku.

"Kalian berdua jangan bermesraan di pagi hari!!" kata Misa yang kesal melihat kami mengobrol, sebenarnya dia ingin meledek kami tapi mungkin karena sifatnya yg pemarah makanya dia terlihat marah. Aku tau betul ekspresinya.

"Hah?! Si-Siapa juga?! Misa jangan sembarangan bicara ya!" ujar Otosaka ikut kesal, tapi pipinya malah terlihat memerah.

"Tomori-san cantik lho. Kau beneran tidak menyukainya? Bisa jadi dia akan menjadi istrimu" tambah Misa meledek.

"Sudah cukup! Lebih baik kita sarapan saja!" ucap Otosaka kesal. Lalu dia pergi meninggalkan tempat ini berada.

Aku hanya terkekeh mendengar Otosaka sekesal itu karena tak bisa berkutik. "Fufufu..."

"Itadakimasu!"

Dengan lahapnya aku memakan jagung bakar yang berada di genggaman tangan kananku dan juga iga bakar, sosis bakar, daging steak, sayuran yang ditusuk menjadi satu digenggam tangan kiriku. Tidak hanya satu lidi sate, mungkin ada 5 lidi sate yang ku genggam saat ini.

CharlotteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang