Hujan

584 33 9
                                    

Hujan
©2016 by kariinazr

"Yang kutau, hujan bukan hanya mengenai ketenangan yang kau dapatkan, namun juga pula mengenai kepergian yang menghilangkan."

-in

PAGI di hari Senin, hujan turun dengan derasnya. Aina sedikit menepi dari ujung koridor sekolahnya agar tidak terkena percikan hujan.

Sekolahnya masih tampak sepi. Seperti biasanya saat hujan, pastinya mereka menggunakan alasan hujan untuk terlambat.

Dengan menenteng sebuah binder berwarna biru langit, Aina berjalan pelan sesekali berhenti sembari menarik napas panjang menikmati bau khas hujan yang ia sukai. Aina berhenti di tempat tujuannya dari awal, yaitu perpustakaan.

Dengan pelan ia membuka pintunya, hanya ada Bu Isti disana seperti biasa tengah berkutat dengan buku yang tidak Aina ketahui pasti apa itu.

"Ah, Aina..." sapa Bu Isti saat menyadari kehadiran Aina. Aina tersenyum sopan menanggapinya, ia berjalan pelan menuju rak sudut yang berisikan novel-novel terkenal, seperti milik Dee, Tere Liye, dan masih banyak lagi.

Di samping rak itu, terdapat meja kecil beserta sofa empuk yang muat untuk satu orang, tempat itu tempat favorit ia untuk duduk. Aina mengambil sebentar novel yang ia inginkan dan duduk di tempat favoritnya itu.

"Sumpah ya! Abi ganteng banget siiihhh... Gemes gue yaampun!"

Samar-samar Aina mendengar bisik-bisikan dari sudut lain perpustakaan, karena suasana yang sepi dan berhubung perpustakaan kedap suara, sehingga suara hujan tidak terdengar, Aina dengan mudahnya mendengar pembicaraan orang itu.

Sebenarnya, Aina bisa saja tak ambil pusing mengenai percakapan itu, namun jika sudah mencakup nama itu...

"Aduh! Gue paling gemess waktu si Abi ngegolin bolanya! Sumpah ganteng bangett tauuu!!"

Ah, Aina tau maksud dari arah percakapan itu, tentu saja pertandingan futsal yang semalam dilaksanakan.

Tentu saja Abi ikut andil dalam permainan itu, mengingat Abi ialah kapten futsal SMA Cendana, sekolahnya.

"Eh! Aina... Buku biologi adanya dimana ya?" Aina tersentak saat seseorang menepuk bahunya, ia menoleh.

Jantungnya tiba-tiba saja berdetak lebih cepat, dan nyaris melompat ketika melihat pujaan hatinya berada di dekatnya dengan senyum manis yang membuat ketampanannya bertambah beribu kali lipat!

Anjir, berlebihan lo Na...

Cibir Aina dalam hati, Aina menunjuk rak di depannya kaku, "i-itu, disana kumpulan buku biologi." jelas Aina.

Abi mengangguk lalu mengucapkan terima kasih dan bergerak menuju rak berwarna merah tersebut.

Meninggalkan Aina dengan wajah merah padam dengan jantungnya yang sudah terasa ingin melompat.

"Jantung guee..."

Hujan.

Ini RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang