Distance

63 14 0
                                    

Pagi ini aku bersiap untuk pergi kesekolah. As usual, aku dijemput.  oleh sang pujaan hati – Farhan. Duduk dibangku depan sambil menunggu dia datang dalah salah satu kegiatan ku setiap harinya. Biasanya dia datang lebih awal tapi entah kenapa sudah 2 minggu belakangan ini dia sering telat. Mungkin karena kesibukannya akan hal lain? Aku mencoba memahami saja. Bunyi klakson motor sudah terdengar.

“Sa, ayo buruan. Maaf aku telat lagi,”

“Ya, gapapa kok. Yaudah yuk buru,”

Gak tau kenapa aku selalu membutuhkan bantuan untuk naik keatas motornya. Entah aku terlalu pendek, kaki ku yang tak cukup panjang, atau motornya dia yang terlalu tinggi. Dengan menjadikan bahunya sebagai tumpuan aku berhasil duduk dengan sempurna di jok belakang.

Disekolah kita memang tidak sekelas. Farhan XII-1 dan aku XII-4, banyak yang bilang kalau muka ku dan dia mirip. Mungkin jodoh?, pikirku.

“Sa, nanti istirahat ke tempat biasa ya. Aku mau ngomong. Penting.”

Dengan mengacungkan ke dua jempol ku, Farhan berlalu menuju kelasnya.

Saat bel istirahat bunyi aku langsung menuju ketempat yang sudah diintruksikan Farhan – taman belakang.

“An, maaf lama tadi gurunya telat masuk,” ucapku masih terengah.

“Langsung aja, Sa. Aku mau pergi,”

“Pergi? Kemana? Bogor? Puncak? Mau ketemu sodara ya?”

“Pergi kali ini beda, Sa.”

“Pergi kemana? Aku gak ngerti,”

“Aku mau ke Palembang.”

Dan sekarang aku mengerti maksud dari kepergian dia ini. Jujur aku seharusnya sudah siap akan kepergian dia tapi nyatanya aku masih belum sanggup. Aku terlalu takut menerima kenyataan bahwa semua yang datang akan pergi. Aku terlalu takut menerima kenyatan kalau sebentar lagi ia menjauh. Aku terlau takut untuk dilupakannya suatu saat nanti.

“Kita masih tetep sama ‘kan?”

“Aku gak tau, An.”

“Semua bakalan sama, Sa. Aku janji,”

Aku hanya mengangguk lemah kepadanya. Berusaha tersenyum padahal hati menjerit. Aku hanya berusaha mengabaikan fakta bahwa lelaki yang ada didepan ku ini cepat atau lambat akan pergi. Membayangkan semuanya akan baik-baik saja padahal ada jarak yang membentang adalah hal tersulit yang aku lakukan.  But i’ll try.

***

10:00. Sebentar lagi ia akan benar-benar pergi.

“Aku gak percaya LDR, An.”

“Kamu boleh gak percaya LDR tapi kamu Cuma harus percaya aku,”

“Kenapa bisa yakin?”

“Karna aku janji buat balik lagi dan semuanya akan sama. Aku harus berangkat, Sa. I’ll see you verry soon.”

Dan dengan itu dia pergi. Meninggalkan ku dan menyisakan jarak diantara kita. Ketakutan terbesar ku adalah disaat dia lupa akan semuanya. We’re changed.

Created by: mandasalsab

[DRABBLE] SCAREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang