Sudah hampir tengah malam, tetapi Helena masih bolak-balik berjalan mengelilingi kamarnya bahkan mencoba untuk tidur pun tidak berhasil. Ia kesal, sangat kesal, kenapa bisa jatuh cinta kepada sahabat-nya sendiri. Oh tuhan. Perasaan macam apa ini.
Frustasi karena insomnia dan rasa tidak nyaman ini akhirnya pun ia memutuskan untuk tidur.
==
Pagi hari Helena sudah disambut dengan kedatangan Rafa di ruang tamu yang sedang bercanda gurau dengan ayahnya. Keluarga Helana sudah mengenal bahwa Muhammad Rafa Andrian adalah sahabat Helena Anastasya dari kecil . "Woy Helen!Bengong aja lo ya . Ayo jalan, lama deh udah nunggu dari tadi nih"
"Iyaiya sabar. Bawel lo." Helena menjawab dengan nada cemberut .
"Om, Rafa sama Helen berangkat dulu yah." Rafa dan Helena pun segera bergegas untuk kesekolah. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB.
"Lo sih, Len. Lama. Telat kan kita . Kalo macet gimana?" Helena berubah menjadi cemberut. "Bawel deh . Kalo enggak mau jemput yaudah, besok-besok enggak usah jemput lagi." Helena menjawab dengan nada datar .
Rafa menyalakan mesin mobilnya dan segera menjalankan mobilnya menuju sekolah. Rafa menaikan kecepatan mobilnya saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul tujuh.
"Udah pelan aja. Sudah pasti telat, Raf."
Ucap Helena."Setidaknya ada usaha buat dateng lebih cepat. "
Ujar Rafa yang mengembalikan kefokusannya pada jalan.Ya, tepat seperti dugaan mereka. Ibu Amanda sudah berdiri di tengah lapangan untuk menghukum para siswa yang datang terlambat.
"Helena! Rafa! Sini kalian masuk barisan!"
Teriakan ibu Amanda membuat Helena dan Rafa lari secepat kilat menuju barisan paling belakang, agar tidak mendengar suara bu Amanda yang super kencang.Siswa yang berada di barisan paling depan sudah memulai lari mengelilingi lapangan, lalu di susul oleh beberapa baris dibelakangnya.
"Gara-gara lo nih."
Ujar Rafa kesal seraya mengelap keringatnya yang bercucuran."Kok gue?"
Tanya Helena di tengah nafasnya yang terpenggal karena berlari."Kalo lo gak lama, kita gak akan telat dan di hukum kaya gini."
Jelas Rafa dengan nafas yang Masih naik turun."Apa si gue lagi, gue terus, gue melulu." Jawab Helena dengan satu tarikan nafas.
"Hey kalian ngapain masih disitu? Ayo jalan jongkok menuju koridor." Seru bu Amanda.
"Baik, Bu." Jawab Helena dan langsung berjalan jongkok meninggalkan Rafa yang masih diam ditempat.
"Hey hey kamu Rafa masih mau berdiri di situ? Atau mau saya tambah hukumannya?" Seru bu Amanda lagi.
"Eh iya bu, jangang-jangan." Jawab Rafa dan langsung bergegas membuntuti Helena yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Eh sipit tungguin." Seru Rafa yang tidak di gubris oleh Helena yang sudah beranjak berjalan menaiki tangga menuju kelasnya di lantai 2.
"Et si sipit ya." teriak Rafa lagi yang sama sekali tak di hiraukan oleh Helena.
Dengan sigab Rafa berlari mengejar Helena dan menarik tangannya."Helena lo gak denger daritadi gue manggilin lo?" Seru Rafa dengan nada agak tinggi.
"Apa si? Kan tadi lo nyalahin gue tuh, terus ngapain sekarang manggil-manggil lagi hah? Udah lepasin tangan gue." Seru Helena dan langsung bergegas pergi.
"Oh iya satu lagi, besok lo enggak usah jemput gue." seru Helena lagi sambil berjalan menuju kelas tanpa memalingkan pandangannya ke belakang.
"Sipit baper banget si lu." teriak Rafa dan langsung mengejar Helena.
