BAB 3 [1/2]

25 6 0
                                        

Pagi-pagi sekali Rafa sudah berdiri di depan rumah bercat Cream. Ia memandang kearah jendela kamar lantai dua, kamar Helena.

Sambil mengusap-usap tangannya, ia menekan bel.

Pikirannya sekarang adalah Helena dan Helena. Bagaimana kalau dia datang tiba-tiba, atau Helena ngomel-ngomel tidak jelas, atau mungkin dia di usir.

Pintu pun terbuka, munculah wajah yang tidak asing menyambutnya.

"Helena ada bang?"

Brian, Abang Helena yang membukakan pintu. "Ada tuh. Biasa, mungkin lagi pakai baju,  Raf. Tumben pagi-pagi gini sudah dateng?"

"Hehehe iya . Biar enggak telat, bang." Jawab Rafa jujur, Brian mempersilahkan Rafa masuk untuk menunggu Helena, dan ia menaiki tangga untuk memberitahu Helena bahwa Rafa sudah menjemputnya.

===

"Helena, buruan yah. Rafa sudah nunggu dibawah tuh." Ucap Brian kepada Helena dibalik pintu bercat warna Pink .

Didalam, Helena sibuk memikirkan tentang Rafa yang sudah berada di rumahnya, bukannya kemaren sudah gue bilang gausah jemput? Terus chat yang kemarin juga tiba-tiba enggak jelas, dia ngilang begitu saja. Tidak lama kemudian, Helena turun mengenakan seragam Putih Abu-Abu khas Anak SMA. Rambutnya ia biarkan tergerai.

"Helena, yuk jalan." Rafa memperhatikan Helena yang hanya berdiri dengan tatapan datar dan sinis. Lalu ia merasakan hati nya seperti diremuk oleh sesuatu.

"Ngapain lo jemput gue? Kan sudah gue kasih tau enggak usah JEMPUT." Helena menjawab dengan suara sinis dan nyaris kehilangan akal karena merasa sangat berlebihan sekali.

"Ya ampun Helen. Lo beneran marah sama gue? Gue minta maaf ya, Helen. Lo tumben banget berlebihan gitu. Biasanya juga biasa aja- ah."

Mereka berdua larut dalam pemikirannya masing-masing. Helena yang merutuki diri sendiri kenapa bisa sebodoh ini, dan Rafa yang sama sekali tidak paham pada jalan pemikiran cewek satu ini .

"Yaudah, sekarang kita berangkat. Emang mau telat kaya waktu itu?"
Ujar Rafa sedikit menekan nada bicaranya.

Tanpa memberi jawaban, Helena meneruskan jalannya sampai kedepan rumahnya. Rafa segera menyusulnya dari belakang, Rafa sudah paham betul sikap Helena yang terkadang mood swing.

Karena usahanya, Rafa berhasil menggapai lengan Helena dan menghentikan langkahnya. "Bareng gue." Tanpa basa basi lagi Rafa menyeret lengan sahabatnya itu masuk kedalam mobil.

Rafa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, entah kenapa mood-nya juga ikutan berubah, tanpa peduli Helena yang sedari tadi menyuruhnya untuk menurunkan kecepatan mobilnya.

Tiba tiba Rafa memutar balikan mobil yang di kendarainya. Sekarang mobilnya bukan melaju ke arah sekolah, entah akan kemana Rafa membawa mobilnya dan Helena.

"Rafa, lo mau bawa gue kemana?" Tanya Helena yang semakin khawatir dengan waktu masuknya sekolah.

"Rafa! Bentar lagi mau bel masuk sekolah." Teriak Helena dalam mobil, namun tetap saja Rafa tidak menggubris perkataan Helena.

Helena tak henti henti melihat jam yang dia gunakan di pergelangan tangannya, namun sayang sekarang sudah jauh dari waktu bel sekolah,  sudah lebih 10 menit tepatnya.

Mobil Rara terparkir tepat di depan taman kota. Helena segera menyusul Rafa yang sudah keluar dari mobilnya terlebih dahulu.

"Kenapa kita malah ke taman kota,  bukannya sekolah?" Tanya Helena. Bagaimana bisa Rafa membawanya membolos sekolah di saat akan menghadapi ujian akhir semester?

Unspoken FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang