Flashback 1

114 35 29
                                    

*author's pov*
"Lalu apa ini? Ini sudah menunjukkan bukti yang kuat. Kau menipuku? George, aku sungguh kecewa denganmu"
Gadis yang sedari tadi berada dikamarnya untuk sekedar memainkan ponsel itu, bergegas keluar dari kamarnya karena mendengar suara gaduh di lantai bawah rumahnya.
"Daisy, dengar, itu hanya pesan yang dikirim oleh orang iseng yang pekerjaannya hanya mengganggu orang lain saja. Percayalah" pria itu sedang membujuk istrinya agar percaya dengan ucapannya. Namun istrinya tidak mengindahkannya.
"Apa? Kau bilang apa? jelas-jelas kau menyimpan kontaknya pada ponselmu. Apa kau gila? Kau akan berbohong apa lagi kepadaku?"
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu penjelasan apalagi yang akan ia katakan pada istrinya itu.
Sedangkan gadis berusia 18 tahun itu masih berada di lantai atas, memandangi kedua orangtua. 'Mereka bertengkar lagi?' Hanya itu sedikit kalimat yang ia gumamkan.
Gadis itu kembali ke kamarnya, meski dia sendiri pun tak tahu apa yang akan dia lakukan. Dia menutup pintu kamarnya keras hingga kedua orangtuanya yang sedang berargumentasi di lantai bawah menengadahkan kepala mereka.
"Kita belum selesai" ujar wanita itu sambil menaiki anak tangga untuk menengok anak keduanya itu.
Dia mengetuk pintu kamar anaknya.
"Taylor, bukalah sebentar. Mom ingin menjelaskan semua. Bukalah dear"
ujar wanita itu sambil terus mengetuk pintu kamar yang ber-cat kan merah jambu itu.
"Mom, aku ingin tidak ingin diganggu. Aku ingin sendiri. Jangan terlalu mengkhawatirkan ku. Kumohon"
Akhirnya gadis itu menjawab setelah wanita yang ia anggap ibunya mengetuk pintu kamarnya berkali-kali.
Ya, wanita itu tau akan perasaan kedua anaknya. jika mereka tidak ingin diganggu, keinginan itu tidak akan ada yang bisa merubahnya.
Seperdetik kemudian wanita itu menghembuskan nafas, dan berjalan perlahan menuruni anak tangga itu. Ia kemudian duduk di sofa ruang keluarga yang tak jauh dari tangga tersebut. Ia memejamkan matanya dan menyenderkan kepala dan punggungnya pada sofa empuk itu. Ia mengingat segala hal yang telah terjadi pada keluarganya, terutama suaminya.
'Mengapa dia tega melakukan ini? Apa selama ini aku tidak bisa memberiny kebahagiaan atau mungkin kepuasan?'
Gumam wanita itu sebelum ia menitikkan air matanya untuk ke sekian kalinya.
"Mom, im home"
wanita itu membuka matanya saat gadis berambut membuka pintu rumah dan berteriak dengan penuh kebahagiaan
Wanita itu lantas menghapus air mata di pelupuk mata dan pipinya. Menyadari hal itu, gadis yang tengah berdiri di pintu depan rumah itu segera berlari ke arah wanita itu dan berlutut dihadapan wanita yang tengah tersenyum.
"Mom, what happen?"
Gadis itu meletakkan setumpuk buku yang tadi ia bawa ke lantai dan memindahkan tangannya pada lutut wanita yang sangat ia sayangi itu.
Sedangkan wanita itu hanya tersenyum pada gadisnya. Ia kemudian menelungkupkan tangannya pada pipi gadis dihadapannya
"why? nothing happen with your mom, dear"
Wanita itu tersenyum lagi. Namun, gadis di hadapannya itu tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibunya itu. Jelas ia melihat ibunya menyeka air mata nya. Dengan yakin, ia menyimpulkan bahwa ibunya telah menangis.
"Mom, tell me something. If nothing happen, why do you cry? Tell me, please. Dont you believe in me?"
Gadis itu, sungguh ia khawatir dengan ibunya. Apa yang telah terjadi ketika ia kuliah? Pertanyaan itu muncul di benaknya.
Gadis itu masih menunggu jawaban dari ibunya, namun ibunya masih menatap kosong mata gadis itu.
Seperdetik kemudian, gadis itu menggenggam kedua tangan ibunya dan mendekatkan diri padanya.
"Tell me, mom. Aku tidak akan bercerita pada Taylor. Aku berjanji. Kumohon"
Dengan perasaan yang bercampur aduk , wanita itu menghela napas untuk menenangkan pikirannya, ia melepas genggaman anaknya untuk berpindah menggenggam tangan anaknya itu
"Dad mu"
Deg..
Gadis itu, benaknya masih bertanya-tanya saat ibunya mengeratkan genggamannya.
"Dadmu, dia.. dia mempunyai.."
Wanita itu diam sejenak untuk mencari kata-kata yang sekiranya tidak menyakiti hati anak sulungnya itu.
Sedangkan gadis itu masih tetap menunggu ibunya melanjutkan.
"Tidak, Liz. Ibu tidak sanggup mengatakannya padamu" wanita itu melepas genggamannya dan memalingkan mukanya dari hadapan gadis itu. Dia berusaha menutupi masalahnya dari anak-anaknya.
"Mom, please" Sekali lagi gadis itu merengkuh kedua tangan ibunya. Ditatapnya
ibunya dalam, tatapannya mengandung arti jika dia pasti bisa menjaga rahasia masalah ibunya ini dari adiknya.
Ibunya pun melakukan hal sama, menatap gadis itu dalam, dia tau bahwa anaknya bisa menjaga rahasianya, namun dia hanya takut rahasia ini akan sampai pada telinga anak keduanya. Meski dia tau , Taylor terkadang atau bahkan sangat sering mendengar mom dan dad nya bertengkar, tapi untuk hal yang sangat besar ini, ibunya yakin dia akan marah besar pada dad nya.
"Kau janji tak akan membiarkan adikmu tau hal ini?"
Eliza mengangguk dengan yakin sambil tersenyum. Ibunya mengambil nafas panjang sambil menutup mata, kemudian menghembuskannya dari mulut.
"Selama ini, dadmu berbohong pada kita. Dia.. dia" wanita itu diam sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu dia melanjutkan
"Dia sudah menikah lagi selama 22 tahun, dan dia juga sudah memiliki anak"
Wanita itu tidak melanjutkan bicaranya saat anak sulungnya itu melebarkan matanya. gadisnya itu sangat terkejut akan hal itu, namun ibunya tau hal itu akan terjadi.
"Istri dan anaknya itu tinggal di Chicago. Karena hal itu, ayahmu sering ke Chicago, namun alasannya sangat berbeda dengan tujuannya." Wanita itu menatap lurus lantai dibawahnya. Tak menatap mata putrinya sedikitpun. Dia takut.
"Apa yang sudah mom katakan?"
Tidak, itu bukan suara gadis yang sedang duduk dihadapan ibunya. Itu suara gadis yang sejak tadi mendengarkan percakapan ibu dan kakaknya.
"Tay?" Ibunya berdiri, membalikkan badan. Sudah berdiri putri keduanya itu dengan wajah terkejut sambil menahan tangis?
Begitu pula Eliza, dia pun berdiri
"Sejak kapan kau berada disini, Tay?" Ucap kakaknya sambil mendekatinya
"Jangan berusaha mengalihkannya, Liz. Mom jawab, apa yang baru saja mom katakan?"
Kakak dan ibunya terdiam, tak tau akan menjawab apa. Mereka tau apa yang akan terjadi jika Taylor mengetahui hal sebesar itu. Taylor bukanlah pemarah, namun ibunya tidak yakin dia akan tinggal diam setelah dia tau semuanya, dia akan melakukan sesuatu. Itu pasti.
"Mom, kumohon jelaskan apa yang sudah mom katakan tadi?" Gadis itu melangkah perlahan menuju ke ruang keluarga tempat mom nya berdiri.
Ibunya masih diam, kakaknya pun tak tau harus bicara apa.
Gadis itu melewati kakaknya yang menatap ke arahnya
"Mengapa mom lebih percaya kepada Eliza daripada aku? Mengapa mom berusaha menyembunyikannya padaku? Mengapa mom takut jika aku mengetahuinya? Now, hari ini saat mom memberi tau Eliza tentang apa yang terjadi, tuhan menghendakiku untuk mengetahuinya juga?" Ia terdiam saat ia sudah berada di hadapan ibunya. Ia membelakangi kakaknya yang menatap punggungnya yang hanya dilapisi kaos lengan pendek.
Sedangkan Ibunya hanya menatapnya dalam diam. Seketika rumah itu hening sebelum ada telepon yang berdering. Tak ada yang mengangkat sampai muncullah seseorang yang berlari kecil dari arah dapur menuju ke arah telepon.
"Halo?"
Seketika 2 gadis dan ibunya itu menoleh ke sumber suara itu. Ibunya masih tidak menjawab pertanyaan nya.
"Nyonya, ada yang ingin berbicara padamu"
Keheningan itu terpecah karena suara orang tua itu.
Ibu 2 gadis itu mengangguk dan berjalan menuju ke telepon tersebut
"Siapa Ny.Marline?" Ujar wanita itu sambil mengambil telepon yang disodorkan oleh pembantu rumah itu
Ny.Marline hanya menggelengkan kepalanya yang kemudian ia pergi setelah Nyonya rumah ini mengangguk
"halo?" Ujar wanita itu setelah menempelkan telepon itu pada telinga kirinya
"Apa kau ingin mati, Daisy?"



Heyy kalian. Apa kabar? Semoga baik.
Muup kan author yang nggak jelas banget ini yaa kalo ceritanya makin absurd..
Kalo suka, vomment yaa jgn lupa dan makasih udah suka
Dan yang nggak suka, gpp lah tapi ttep vomment ya hehe:)
Love u all:)

Eliza and mom nya di mulmed:)

Salam

future wife nya Zayn J Malik

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang