Chapter 6

21.1K 1.9K 175
                                    

Kantin terlihat ramai siang itu. jelas saja, ini sudah istirahat ke dua. Banyak siswa dan siswi yang sudah menempati tempat duduk di sana sehingga meja di di kantin sudah hampir penuh. Hanya tersisa satu meja di pojokan.

Reza bersama Dani dan Fahri yang melihat meja kosong itu segera melangkah menuju ke arahnya sebelum ada orang lain yang mengisinya. Namun ternyata keberuntungan bukan berada di pihak mereka. Di saat hanya tinggal satu langkah lagi menuju meja itu, beberapa orang siswa senior –terlihat dari pangkat yang berada di lengan kemeja- sudah menduduki meja makan itu. Reza menggeram dan mendekati Andrian yang ternyata berada di kelompok itu.

"woy, suruh temen-temen lu buat pindah. Ini meja gue." Ujar Reza pelan hampir seperti berbisik. Andrian mendongak menatap wajah Reza kemudian tersenyum miring.

"apa imbalan buat gue?" Andrian pun menopang dagunya menggunakan tangannya di atas meja dan masih menatap Reza dengan senyum miringnya.

Reza berpikir sejenak sambil menyentuh dagunya. "imbalannya, lu gak usah traktir gue lagi!" seru Reza dengan tidak rela. Bagaimana tidak rela? Kapan lagi coba ditraktir makan?

Andrian yang mendengarnya langsung memasang wajah datar menatap Reza. Kemudian ia menghela nafas pelan. "ya udah, lu gabung aja. Masih ada kursi yang kosong, kok." Andrian menepuk-nepuk kursi di sebelahnya mengkode Reza untuk duduk di sana. Namun Reza masih diam berdiri di sana sambil menatapnya dengan pandangan 'yakin lu?'. Andrian yang gemas dengan Reza segera menarik Reza duduk di sebelahnya dan yang ditarik pun terpaksa duduk di sana dengan wajahnya yang ditekuk.

Andrian mempersilahkan Dani dan Fahri duduk di dua kursi kosong di depannya di sebelah teman-temannya yang masih asik saja dengan obrolan mereka tentang kekasih mereka. Namun begitu Dani dan Fahri juga Reza duduk bergabung dengan mereka, akhirnya mereka menghentikan acara obrolan mereka dan menatap ke tiga orang adik kelasnya itu.

"Ndri, ngapain mereka di sini?" tanya Rio salah satu teman sekelas Andrian yang duduk di sebelah Dani. Ia menunjuk satu-satu wajah ketiga adik kelasnya yang terkenal dengan kebadungannya itu.

"iya. Lu akrab sama mereka?" tanya Fahmi yang duduk tepat di sebelahnya sambil berbisik.

Andrian diam-diam menyeringai lalu merangkul bahu Reza dan mendekapnya. "dia ini pacar gu- aw!" belum sempat Andrian meneruskan kalimatnya, Reza sudah menginjak kakinya dengan kencang. Andrian terus mengaduh kesakitan dan menoleh ke arah Reza.

"apaan?! Jangan ngaku-ngaku! Dih." Keluh Reza setelah puas menginjak kaki Andrian. Laki-laki yang lebih tua satu tahun dengan Reza itu berhenti mengaduh kemudian mendekatkan mulutnya dengan telinga Reza.

"terus kejadian di bianglala itu maksudnya apa?" bisik Andrian tepat di depan telinga Reza membuat Reza bergidik geli mendapatkan sensasi angin yang timbul dari bisikan Andrian. Reza terdiam dan perlahan pipinya mulai memerah.

"ke-kemarin itu, kan- i-itu- itu-" merasa bicaranya bertambah gagap, akhirnya Reza memilih untuk tidak berbicara lagi dan membuang mukanya menghindari tatapan dan seringaian Andrian.

Datanglah seorang pelayan kantin membawa tiga porsi mi ayam dan satu air putih, satu es jeruk, dan satu lagi es kelapa. Ia pun menaruh pesanan itu di atas meja.

"makasih." Ucap Fahmi pada pelayan itu dan segera membagikan pesanan teman-temannya.

Sebelum pelayan kantin itu pergi, Andrian menitah pelayan itu untuk tetap di sana kemudian beralih menitah Reza dan kedua teman Reza untuk segera memesan. Dengan kompak pun mereka memesan bakso dan juga es jeruk. Setelah itu pelayan itu pun pergi dan kembali sekitar 10 menit kemudian dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat tiga mangkuk bakso juga tiga gelas es jeruk. Kemudian ia pun menaruh pesanan itu di hadapan Reza, Dani, dan Fahri. Lalu pergi.

Black Hair With Red EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang