Chapter 5

24.1K 2.1K 209
                                    

Hari sudah semakin sore, dan kedua anak adam itu masih enggan untuk pulang ke rumah. Mereka, Reza dan Andrian, tengah berjalan-jalan di sebuah taman hiburan di pusat kota setelah Andrian mengambil motornya di rumah Reza. Taman hiburan itu sedang ramai pengunjung, padahal ini masih awal minggu, hari senin. sebelum berada di tempat ini, Reza terus saja menolak untuk pergi bersama seniornya itu. Namun karena Andrian menawarinya akan mentraktir makan Reza setiap hari jadilah ia mengikuti ajakan Andrian.

Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka di sana. Reza sangatlah merasa risih ditatap seperti itu, padahal di sekolah pun ia sering ditatap banyak orang. sedangkan Andrian, ia mendiami semua orang yang menatap mereka dan hanya fokus pada Reza. Ia terus saja mencoba menggandeng tangan Reza namun laki-laki yang kini bersamanya itu menolak gandengan tangannya mentah-mentah.

"ayolah, sini. Gandengan." Ujar Andrian setengah tertawa. Ia sangat suka menggoda Reza. "kita, kan, lagi kencan."

"dih! Lu aja sana kencan sendiri!" Reza memberi jarak di antara mereka sekitar satu meter, dan Andrian juga terus saja mendekat saat Reza sendiri menjauhinya.

"heh, mana ada kencan sendiri." Andrian terus melangkah mendekati Reza yang masih menjaga jaraknya.

"ada kok! Dan itu dilakuin sama lu!" tidak terasa Reza terus-menerus bergeser hingga tubuhnya menabrak sesuatu yang empuk dan berbulu. Disaat ia menoleh pada sesuatu yang ditabraknya, ia langsung membelalakkan matanya terkejut dengan wajahnya yang tiba-tiba menjadi pucat. Seketika ia berteriak dan menghampiri Andrian lalu memeluk tubuh laki-laki itu erat. Sesuatu itu, badut maskot dari taman hiburan itu, menghampiri Reza yang masih memeluk erat tubuh Andrian. Andrian malah tertawa melihat Reza yang ternyata takut dengan badut.

Badut itu pun menepuk-nepuk bahu Reza dan Reza semakin mengeratkan pelukannya pada Andrian. Yang dipeluk pun semakin mengencangkan tawanya. Kemudian badut itu pergi setelah memberi sebuah balon gas berwarna merah jambu berbentuk hati kepada Andrian. Andrian menerimanya.

Laki-laki yang lebih tua satu tahun dari Reza itu pun terdiam beberapa saat dan menatap Reza yang masih memeluknya. Kemudian ia tersenyum dan balas memeluk Reza erat.

"badutnya udah pergi kok." Ucap Andrian lalu menyandarkan dagunya pada kepala Reza. Ia memang lebih tinggi daripada Reza yang hanya selehernya.

Setelah sadar, Reza mendorong tubuh Andrian. Wajahnya terlihat merah bahkan telingannya pun ikut memerah. "ja-jangan ge-er du-dulu! Gu-gue cuma takut. Gak ada ma-maksud." Kemudian ia membuang mukanya dan berbalik. Reza pun berjalan meninggalkan Andrian yang masih berdiri sambil tersenyum kemudian menyusul Reza.

***

langit sudah gelap dan lampu-lampu di taman hiburan juga sudah dinyalakan. Tempat ini jadi semakin indah saja.

Reza dan Andrian baru saja memasuki sebuah wahana bianglala kemudian duduk saling berhadapan. Setelah itu bianglala itu pun bergerak perlahan. Reza yang duduk di dekat jendela menoleh ke arah luar dan memperhatikan taman itu. Tidak jauh dari taman hiburan terlihat danau yang sangat luas dengan restauran yang mengelilinginya. Dan jangan lupakan lampion-lampion yang mengambang di atas air danau menambah indahnya danau tersebut.

Andrian terus saja memperhatikan wajah Reza yang sedang menatap takjub pada pemandangan yang sedang dilihatnya. Kemudian ia memutuskan untuk berpindah tempat ke sebelah Reza.

"Reza," panggilnya namun Reza tidak menoleh. "Rez," panggilnya lagi namun masih tidak ada pergerakan dari si pemilik nama. "hei, manis." Kali ini Andrian memanggilnya dengan sedikit berbisik tepat di depan telinga Reza. Reza pun menoleh dan mendapati wajah Andrian yang sangat dekat dengan wajahnya. Langsung saja wajahnya berubah menjadi merah padam.

Black Hair With Red EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang