Chapter 8

18K 1.8K 168
                                    

Pernyataan Reza tadi siang membuat Fahri terus melamun di dalam kamarnya. Sahabatnya itu kini penyuka sesama jenis. Mungkinkah itu alasannya Reza terus saja menolak semua anak perempuan yang menembaknya? bahkan ia tidak pernah berpikir kalau sahabatnya itu akan menjadi gay.

"haha," Fahri tertawa hambar dan tersenyum miris. Apa yang dia pikirkan? Menjauhi Reza? Untuk apa? Toh,

Dia juga gay.

Fahri mengubah posisi baringannya menjadi menyamping menghadap sebuah lemari yang selalu tertutup rapat. Hanya lemari berukuran setinggi pinggangnya dan berwarna coklat gelap. Ia mendudukkan dirinya masih memandangi lemari itu. kemudian ia beranjak dari kasurnya dan melangkah menghampiri lemari itu. ia membungkuk lalu meraih sesuatu dari kolong lemari itu. sebuah kunci. Ya, ia menyembunyikan kunci lemari itu agar tidak seorang pun selain dirinya yang dapat membukanya.

Laki-laki berparas tampan itu pun memasukkan ujung kunci itu pada lubang kunci di lemari itu kemudian memutarnya sehingga terdengar bunyi 'ckrek' pertanda kunci sudah terbuka. Tangannya pun membuka pintu lemari itu dan terpampanglah foto-foto yang tertempel di setiap dinding lemari juga beberapa barang yang tersusun di bawah. Itu foto-foto Reza dan barang-barang yang memiliki kenangan bersama Reza. Fahri tersenyum tipis dan di dalam senyum itu terdapat kesedihan. Sampai kapan ia harus menutupi perasaannya pada Reza?

Fahri sudah lama menyukai- tidak, mencintai Reza. Mungkin sekitar 3 tahun yang lalu sejak mereka duduk di bangku SMP. Mungkin karena Fahri terlalu menyayangi Reza sehingga rasa sayang terhadap sahabat atau bahkan saudara itu berubah menjadi rasa sayang yang berbeda. Fahri juga sudah berusaha untuk melupakan perasaannya itu, namun semakin ia berusaha melupakannya semakin besar pula perasaannya pada Reza.

Fahri kembali tersenyum miris. Kini orang yang dicintainya tertarik pada orang yang bahkan baru masuk ke dalam kehidupan Reza. Tapi dirinya? Ia sudah lama mencintai sahabatnya itu tapi Reza malah tertarik pada orang lain. Ah, sebenarnya itu salahnya juga. Kenapa tidak dari dulu ia menyatakan perasaannya pada Reza? Ia takut. Ia takut Reza akan menjauhinya dan persahabatan mereka hancur.

Setelah lama merenung, seseorang mengetuk pintu kamar Fahri. Fahri menoleh menatap pintu kamarnya kemudian beranjak dan menghampiri pintu kamarnya untuk membuka dan melihat siapa yang mengetuk pintu. Begitu ia membuka pintu kamarnya, seorang laki-laki yang lebih tinggi beberapa senti darinya berdiri di sana.

"yo, boleh gue masuk?" ucap orang yang mempunyai nama panggilan Kiky. Tanpa seizin Fahri, Kiky memasuki kamar Fahri seenaknya dan matanya langsung tertuju pada lemari berukuran sedang yang masih terbuka memperlihatkan barang-barang di dalamnya. Fahri tidak cemas sama sekali, karena saudara sepupunya ini sudah tahu kalau dirinya adalah gay.

Fahri menutup pintu kemudian mendekati Kiky, atau Rizky, yang masih memperhatikan isi lemari itu.

"hm, lu masih suka sama si Reza?" tanya Rizky sambil jari telunjuknya menunjuk foto-foto Reza. Fahri duduk di sebelah Rizky lalu mengangguk.

"gue masih cinta sama Reza. Tapi," Fahri menjeda kalimatnya dan menghela nafas lelah. "Reza udah punya rasa sama orang lain, bukan gue. Dia suka sama anak kelas 3 di sekolah kami." Fahri menunduk. Rizky yang entah kenapa dapat merasakan perasaan terluka sepupunya ini pun menepuk bahu Fahri pelan, memberi semangat.

"lu jangan nyerah gitu aja dong." Ucapan penyemangatnya membuat Fahri mengangkat wajahnya dan menatapnya. Walaupun tatapannya masih terdapat perasaan sedih dan terluka. "so, siapa si kakak kelas yang udah rebut Reza dari lu?"

"dia anak baru. Namanya Andrian. Dan ya, dia juga cowok. Dari awal dia memang keliatan udah suka sama Reza, tapi gara-gara satu hal dia jadi jauhin Reza."

Black Hair With Red EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang