Chapter 10

18.1K 1.6K 184
                                    

yuhuuuu I'm back back back~

bersyukur enbiku udah bener lagi /walaupunsemuaaplikasiyangdibutuhinilangkecualimicrosoftwordnyadanadobephotoshop-_-/

jadi udah bisa lanjutin deeeeeh ^-^)/

maaf ya kalian-kalian para reader super ketjeh badai membahana ulala /plak/ yang udah nunggu /emangditunggu?/

yasudah lah

oke, saya persembahkan

Chapter 10

jeng

jeng

jeng

.

"Andrian," ucap Reza masih menatap Andrian. Denata pun menghampiri mereka dan merangkul Andrian.

"kalian udah saling kenal? Wah," Denata melepas rangkulannya pada pundak Andrian dan menatap mereka bergantian. Namun saat ia melirik anaknya itu, ekspresi anaknya terlihat aneh. Ia pun mengernyitkan dahinya.

Andrian membuang muka dan berbalik lalu melangkah ke arah rumah bercat biru langit. Reza sendiri terus menatap sedih punggung Andrian hingga Andrian sudah masuk ke dalam rumah tersebut. Rey menghampirinya.

"a-ah, maaf, Rey, Reza. Gak biasanya Andrian kayak begitu. Biasanya dia itu ceria. Oh iya, dia itu anakku, Rey." Ucapan Denata membuat Reza sedikit tersentak. 'anak' katanya? Jadi Andrian adalah anak dari teman ayahnya itu? "ayo, masuk. Bi Asri udah buat makan siang di dalam." Ajaknya sambil menggandeng tangan Rey dan membawanya ke dalam rumah itu. Reza terdiam dan setelahnya mengikuti ayahnya juga teman ayahnya itu masuk.

Begitu di dalam, Andrian sudah duduk di kursi meja makan dan sedang memainkan ponselnya. Begitu ayahnya datang bersama seorang pria lainnya dan juga seorang yang sangat ingin ia jauhi datang dan ikut bergabung dengannya di meja makan. Dan sialnya, ayahnya itu ingin mencari modus dengan –katanya, sih- mantan kekasihnya dulu sewaktu sekolah dengan cara duduk bersebelahan. Alhasil ia harus duduk bersebalahan dengan Reza. Ya, walaupun ia masih marah dan merasa sakit hati dengan Reza, tidak dapat dihindari lagi kalau ia masih bisa merasa jantungnya berdegup kencang bila berada di dekat pujaan hatinya. Ugh, ia malah terlihat seperti seorang tsundere.

Bi Asri datang dan menyiapkan makan siang di atas meja. Andrian pun menaruh ponselnya ke dalam saku celananya dan bersiap untuk memulai acara makan siang. Sesekali ia melirik Reza yang ia ketahui sedang menatapnya melalui sudut matanya. Ia berusaha untuk mengacuhkannya.

Setelah bi Asri menyiapkan hidangan di atas meja, mereka pun memulai acara makannya. Dan Denata pun kembali melancarkan aksi modusnya dengan meminta disuapi oleh Rey atau dirinyalah yang menyuapi Rey.

"ugh! Ayah, jangan cari modus di depan anak ayah!" ketus Andrian lalu menyuapkan kembali makanannya ke dalam mulutnya. Sekali lagi ia merasa Reza kini menatapnya.

"jangan iri kamu. Kamu juga bisa cari modus sama Reza." Balas Denata membuat pipi Andrian memerah juga membuatnya salah tingkah. Bahkan ia beberapa kali melirik Reza yang tengah menunduk. Ada apa dengannya? Andrian mendesis.

Andrian pun melanjutkan acara makannya dengan malas-malasan. Telinganya masih bisa menangkap percakapan kedua pria berumur sekitar 40 tahun itu. Apalagi ayahnya yang selalu saja menggombali pria yang mengaku sebagai ayahnya Reza.

Begitu acara makan siang selesai, mereka berpencar dan membiarkan piring kotor diatas meja untuk dicuci nanti oleh bi Asri. Denata menarik Rey ke satu ruangan di lantai dua, entah mereka akan melakukan apa yang jelas Andrian tidak ingin mengetahuinya. Andrian sendiri memilih untuk menuju ke halaman belakang rumahnya dimana terdapat kolam renang cukup besar di sana juga sebuah gazebo di pinggirnya. Andrian pun melangkah menuju gazebo itu dan duduk bersandar di sana. Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, Andrian pun mengeluarkan ponselnya dan mulai bermain video game di sana. Namun kegiatannya itu terusik saat seorang laki-laki mendatanginya dan duduk di hadapannya. Andrian tidak perlu mendongak ataupun mengalihkan pandangannya dari ponselnya karena ia tahu siapa orang itu. Reza, orang yang ingin ia hindari.

Black Hair With Red EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang