Part 3

3K 98 9
                                    

Shilla P.O.V

Saat ini aku sudah berada di taman belakang rumah Sivia. Ah tidak, lebih tepatnya rumah kedua orang tuanya. Aku harus menceritakan beberapa hal tentang Cakka kepada Sivia. Biasanya dia akan dengan senang hati mendengarkan curhatan ku dan memberikan masukkan yang menurutku sangat membantu.

Sivia menoleh ke arahku, "Bagaimana hubungan kamu dengan Cakka?"

Mataku masih menatap lurus, "Aku tidak tahu Vi"

"Loh bagaimana kamu tidak tahu? Sementara kan yang ngejalanin ini semua kamu dengannya?"

"Sepertinya dia nyaman dengan perjodohan bodoh ini" kataku sambil menoleh sedikit ke arah Sivia

"Lalu bagaimana dengan mu sendiri? Apa kamu tidak merasa nyaman menikah dengannya?" tanya Sivia -lagi-

"Aku tidak tahu. Tapi yang pasti dia sangat menghargai dan menghormati ku sebagai seorang perempuan" jelasku

"Aku rasa dia orang baik. Dan mungkin kau memang sudah di takdirkan hidup bersamanya" ucapnya. "Aku sangat sedih melihatmu selalu dipermainkan oleh lelaki yang tidak bertanggung jawab itu Shilla. Kau wanita baik-baik. Dan aku sangat yakin Cakka adalah pasangan yang terbaik untukmu" sambungnya

Benar kata Sivia. Aku memang sudah terlalu sering dipermainkan oleh lelaki yang tidak bertanggung jawab. Semoga saja apa yang dikatakan Sivia bahwa Cakka adalah pasangan terbaik yang Tuhan kirimkan untukku.

"Ini sudah jam makan siang. Apa kau tidak mau mengantarkan makan siang untuk suami mu?" tanya Sivia menatapku

"Apa harus aku melakukan itu?"

"Sebagai seorang istri yang baik memang sudah seharusnya kau melakukan itu. Dia menghormati mu sebagai istrinya. Dan sebaliknya, kau juga harus menghormatinya sebagai suamimu"

Aku mengangguk pelan,

"Baiklah. Mungkin sekarang aku harus pergi ke restaurant dan membelikan makanan untuknya"

Sivia mengangguk, lalu tersenyum

"Terimakasih Sivia. Kamu sudah selalu menjadi teman curhat ku yang terbaik"

**

Saat ini aku sudah berada di lobby kantor Cakka, dengan sebuah bungkusan makanan di tangan kanan. Ku lihat semua orang tengah sibuk dengan aktifitas nya masing-masing.

"Huh, lama sekali lift ini" geramku

Ting.

Dan akhirnya pintu lift pun terbuka. Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam lift tersebut, dan menekan tombol sembilan. Ya, aku mengetahui lantai tempat ruangan Cakka bekerja dari mertua ku -bunda Cakka-

Lantai tiga

Lantai lima

Lantai delapan

Lantai sembilan

Dan akhirnya aku tiba di lantai tempat Cakka bekerja. Setelah keluar dari lift, aku melihat sekeliling, mencari dimana ruang khusus General Manager.

Ku lihat ada seorang wanita keluar dari sebuah ruangan dengan membawa beberapa map. Lebih baik aku menghampirinya. Kalau setidaknya itu bukan ruangan Cakka, kan aku bisa menanyakan padanya. Gumamku

Aku berjalan menghampiri wanita tersebut yang saat itu sedang berjalan juga dengan arah yang berlawanan denganku

"Selamat siang" sapaku yang seramah mungkin

"Siang" sapanya balik. "Ah, sepertinya anda istri nya tuan Cakka bukan?" dia mencoba menerka-nerka. Aku pun langsung mengangguki pernyataan nya itu

"Oh. Baiklah. Ini ruangan tuan Cakka" jelasnya sambil menunjuk sebuah ruangan tempatnya keluar tadi

"Terimakasih" aku tersenyum kepadanya, dan berjalan menuju ruangan Cakka.

Saat aku sudah berada di dalam ruangan Cakka, dia terlihat sedang sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaan nya. Dia pun menghentikan seluruh pekerjaan nya ketika melihat aku memasuki ruangannya.

"Maafkan aku, tidak mengetuk pintu nya terlebih dahulu" ucapku yang merasa tak enak

"Ah tidak apa-apa" dia pun bangkit dari kursi 'kebesarannya' itu lalu menghampiriku

"Ada apa kau datang kemari? Bukan kah tadi kau bilang kau akan pergi ke rumah Sivia, sahabat mu itu?" tanya nya, saat ini dia berada dihadapan ku

Aku menyodorkan sebuah kantung yang berisi makanan,

"Ini sudah saat nya makan siang. Aku teringat dengan kau. Kau pasti belum makan kan?" tanya ku. Cakka pun langsung mengambil kantung itu dari genggamanku

Cakka tersenyum, "Terimakasih. Selain cantik, ternyata kau juga perhatian ya pada suami mu ini" ucapnya. Dia pun langsung merengkuh tubuhku kedalam pelukan nya lalu mencium kening ku dengan lembut,

Ada sebuah perasaan yang mengalir di tubuh ku. Perasaan yang sangat aneh saat aku berada dalam pelukannya. Ah, Cakka, apa dia mampu membuatku membuka hati untuknya setelah baru saja aku dikhianati oleh Alvin. Cukup Shilla! Saat ini kau sudah jadi milik Cakka. Jadi sekarang tidak boleh ada satu lelaki pun yang ada difikiran ku. Batinku

Aku mencoba melepaskan pelukan itu, "Lebih baik kau makan dulu. Aku tidak mau kau sakit karena terlambat makan"

Seketika ekspresi wajah Cakka berubah menjadi ekspresi yang... Arghh, apa yang baru saja aku ucapkan tadi?! Geramku.

Cakka menyentuh pipi ku dengan lembut, "Kenapa kau begitu perhatian dengan ku Shilla? Apa kau sudah bisa membuka hati mu untuk ku? Dan sepertinya aku tidak akan menyesal menerima perjodohan ini dan menikahimu" nada bicaranya menjadi penuh sensual. Tangannya masih dalam keadaan menyentuh lembut pipi ku

"Karena kau adalah suamiku"

Argh, sudah berapa kali aku salah bicara. Apa ini karena aku berdekatan dengannya?

Cakka terkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan, "Kau sudah makan?"

Aku menggeleng, "Belum. Dan aku sengaja membelikan dua porsi makanan, satu untukmu dan satu lagi untukku. Bolehkan aku makan disini?"

"Ya tentu nya boleh dong sayangg" ucapnya lalu menggandeng tanganku dengan lembut dan membawa ku untuk duduk bersamanya di sofa yang ada di ruang kerja nya itu

DOES HE WATCH YOUR FAVORITE MOVIES ?
DOES HE HOLD YOU WHEN YOU CRYING ?
DOES HE LET YOU TELL HIM ALL YOUR FAVORITE
PARTS WHEN YOU SEEN IT A MILLION TIME ?
DOES HE SING TO ALL YOUR MUSIC
WHILE YOU DANCE THE PURPLE RAIN ?
DOES HE DO ALL THESE THINGS
LIKE I USED TO.

Ya, itu lagu milik A Rocket To The Moon. Namun saat ini bukan aku dan Cakka yang sedang mendengarkan musik. Tetapi itu nada dering dari handphone Cakka yang sedari tadi berbunyi. Entah panggilan dari siapa, yang pasti setiap handphone Cakka berbunyi dia akan selalu me-reject nya.


"Jika memang itu panggilan penting lebih baik kau mengangkatnya dulu" pinta ku yang mulai terganggu dengan kebisingan itu

Cakka memilih mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam saku celana nya

"Tidak. Aku tidak akan menerima panggilan dengan siapapun walaupun itu penting sekalipun"

Aku menghentikan menyuap makanan itu untuk sementara,

"Kenapa?" tanya ku menaikkan salah satu alisku

"Karena yang terpenting saat ini adalah kebersamaan kita. Aku sangat senang kau membawa kan ku makan siang. Terimakasih" jelasnya dengan memancarkan sebuah senyuman. Ah, tampan sekali dia..


.....Bersambung.....

Vote dan komen sangat berharga

Typo bertebaran ....


Thanks♡♡

Perjodohan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang