Nomor Satu

90 11 4
                                    

Sungguh menyedihkan. Bukan, bukan pengemis yang duduk di depan cafè ini yang kumaksud. Tentu saja bukan. Yang kumaksud adalah aku. Lihatlah! Remaja 15 tahun, sedang patah hati, kerjaannya hanya tidur dan makan, tak pernah belajar maupun membantu orang tua, terkungkung dalam atmosfer patah hati yang sungguh menyesakkan. Tak berguna, sangat. Membuang waktu, tentu saja. Merusak masa depan, emn mungkin. Tetapi itu tidak terjadi padaku!

Lihatlah aku sekarang. Umurku 25 tahun, tinggi semampai, tubuhku ideal, baik berat maupun lekukannya, cantik? Jangan tanya! Kau akan percaya bila aku berkata sekarang puluhan pria rela melakukan apapun demi mendapatkanku jika kau melihatku yang sekarang. Tentu saja para pria itu akan melakukan apa saja. Mana ada perempuan cantik yang umurnya masih belia sudah masuk dalam daftar 10 psikolog terbaik negeri berpenduduk banyak ini selain aku? Selain itu, aku menjadi pewaris tunggal perusahaan konsultan kejiwaan milik kedua orangtuaku yang mereka bangun dari nol. Pewaris tunggal? Ya, karena kedua kakakku memang tak bisa diandalkan.

Menyenangkan memang hidup seperti ini. Teman berkerubung di sekitarmu seperti lalat mengerubungi pancake keju lezat buatan mamaku. Berjalan di mall dan di lirik para pria -bukan para pria sembarangan, mereka pria kaya- dua kali. Belum lagi para ibu yang menyuruh anak perempuan kecil mereka yg belum tahu apa-apa untuk bisa menjadi sepertiku. Cantik, sukses, dan yang paling penting, perilakuku di atas rata-rata. Mengesankan bukan? Semua mata tertuju padamu, mirip ketika miss universe yang ngefans dengan artis Korea itu saat ia berjalan diatas catwalk. Maupun artis Koreanya ketika berjalan di atas red carpet. Aku sudah terbiasa dengan semua itu, tapi entah mengapa aku tak merasa senang. Hatiku hampa. Sangat hampa. Entahlah, aku mungkin rindu padamu sahabatku.

Kau tak menyangka bukan? Aku dapat melakukan sesuatu yang kita dulu anggap mustahil itu. Aku dapat melakukan hipnotis untuk menghilangkan trauma pasien. Aku juga dapat melakukan pembajakan mental terhadap pasien, sungguh! Satu-satunya psikolog muda di negeri ini yang bisa melakukannya hanya aku! Itulah sebabnya aku masuk daftar 10 psikolog terbaik di negeri ini, kawan. Ironis. Psikolog muda terbaik mengalami gangguan kejiwaan. Trauma yang sangat parah. Trauma terhadap cinta. Trauma yang berujung pada munculnya sebuah penyakit. Penyakit tak percaya terhadap cinta. Dan tak seorangpun tahu, selain kau kawan. Ironis.

Bagaimana ada manusia yang tak percaya cinta? Padahal cinta adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan untuk hamba-Nya. Cinta dapat mencairkan hati beku, bukan membekukan hati yang seperti aku alami. Ada orang tak percaya cinta? "Pastilah orang itu punya gangguan jiwa terparah!" Dulu itu kataku sambil tertawa mengolok dan disambut anggukan dan tawa olehmu, kawan. Ingatkah kau? Dulu aku bisa berkata begitu, tapi kini, aku menjilat sendiri perkataanku. Bahkan kura-kura saja percaya cinta. Buktinya ia hanya akan mempunyai pasangan sekali seumur hidup. Sungguh sangat setia. Sangat cinta terhadap pasangannya bukan? Tapi itu tak ada apa-apanya cerita cinta Rama-Sinta favoritku waktu SMP dulu. Cinta Sinta terhadap Rama sungguh dapat merobohkan pertahanan mataku dalam menahan air mataku. Hanya dapat merobohkan pertahanan mata kecilku katamu? Ah! Kau ini! Seperti tak tahu aku saja. Aku kan pantang menangis. Hanya menangis 3 kali selama 15 tahun hidupku. Ditambah karena cinta Sinta menjadi 4 kali. Aih, mana ada kisah cinta lebih hebat daripada kisah cinta Rama-Sinta? Kisah cintaku pun tak seelok kisah cinta mereka.

Oh iya, aku lupa. Bukankah sekarang kita akan bercerita tentang kisahku? Ah bukan, tepatnya aku yang bercerita yang sebernarnya padamu, tanpa ada yang diubah, tanpa ada yang terlewatkan. Maka, sore inu aku mengajakmu bertemu denganmu di café ini. Sudah lama sejak kita terakhir bertemu memang. Tapi tabiat jelekmu masih tetap tidak berubah, kau selalu terlambat di setiap apapun yang akan kau datangi. Aku sampai sudah habis segelas green tea kesukaanku sore ini. Di tegukan terakhir, kau membuka pintu itu. Tatapan mata kita bertemu, pada saat itu aku tahu bahwa aku sangat rindu padamu, sahabat terbaikku. Setelah melangkah beberapa langkah, kau duduk di depanku, tersenyum lalu menyapaku.

"Halo, Ra. Apa kabar?" Sapamu.

Kita berbasa-basi sebentar, lalu aku memulai kisahku, kisah sewaktu SMP. Kisah yang membuatku seperti sekarang ini, seonggok daging hidup tak percaya cinta. Maka mulailah aku bercerita.

"Dulu sewaktu akhir semester pertama kelas 8..." Cicitku memulai sebuah kisah.

~tbc~

Annyeong! Makasih udah mau mbaca sesuatu yang membosankan ini :'v
Untuk part 1 cukup segini aja gapapa kan? :'v

With love,

Della

My Beautiful FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang