His Old Keychain

94 6 13
                                    

Langkah kaki Ara bergema di koridor lantai 2. Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejam yang lalu, semua orang sekarang sibuk akan kegiatan ekstrakurikuler yang mereka pilih. Beberapa kelas yang telah dilewati Ara terdengar ada kegiatan ekstrakurikuler. Membuat Ara sesekali melihat ke arah jendela untuk menebak ekstrakurikuler apa yang berada di dalam ruangan.

Disaat Ara melihat ke arah jendela kelas, ada sosok yang sangat hebat dalam hal mendebarkan hati Ara, Farid. Farid melangkah santai di depan tubuh Ara. Sebenarnya, tubuh Ara termasuk dalam kategori besar untuk perempuan di sekolahnya. Tubuh Ara yang tinggi besar tapi entah mengapa, Ara selalu merasa bertubuh kecil bila di dekat Farid.

Mata Ara terpaku pada tubuh besar Farid. Farid dengan seragam berantakan yang ia pakai, tas ransel hitam yang terslempang manis di pundak kanan, serta tas gitar di pundak kirinya. Ara tersihir untuk kesekian kalinya sehingga kakinya bergerak mengikuti langkah Farid. Matanya sibuk merekam setiap detail tubuh Farid. Semua gerakan yang dilakukan Farid langsung masuk ke dalam otak Ara.

Ara memaki otaknya yang begitu mudah mengingat detail dan gerakan Farid tetapi payah dalam menghapal semua hal yang berhubungan dengan pelajaran. Dalam hati tentunya. Ara masih memiliki kesadaran dan kemaluan agar Farid tak mendengar makian dari mulutnya. Sedikit kesadaran hingga Ara dapat mengendalikan tubuhnya sendiri.

Mata Ara masih berusaha melihat detail Farid hingga matanya berhenti dan terpaku pada gantungan kunci yang ada di tas gitar miliknya. Sebuah gantungan kunci dari kain flanel berbentuk gitar yang entah kenapa lebih mirip kepala teletabis terkena rabies. Membuat hati Ara saat itu juga menghangat. Karena, gantungan kunci itu adalah hadiah ulangtahun Farid dari Ara.

Kalender menunjukan bulan sudah berganti. Bulan yang selalu ditunggu oleh Ara karena lelaki yang ia suka berulangtahun di bulan ini. Pikiran Ara berkelana mencari hadiah ulangtahun yang akan ia berikan pada Farid. Ara tak mau memberikan kado Farid hal yang dapat dibeli dengan uang seperti tahun lalu. Ada keinginan besar untuk memberikan Farid suatu hal yang hanya ada 1 di dunia.

Ara duduk di tembok pembatas balkon rumahnya dengan segelas cokelat hangat di tangannya. Berhari-hari telah berlalu tanpa hasil. Pikirannya masih mengawang mengudara entah berada. Masih bingung dengan apa yang akan Ara berikan untuk kado ulangtahun Farid. Ara tahu semua hal tentang Farid. Hobi, benda kesukaan, makanan kesukaan. Semuanya. Tapi tak ada satupun yang membuat Ara tahu kado yang tepat untuk Farid.

Tempat pensil hasil rajutan sendiri? Ara tersenyum membayangkan Farid memakai tempat pensil hasil rajutannya di sekolah. Tempat pensil rajutan berwarna biru gradasi dengan penuh cinta dan pejuangan. Tapi itu berarti harus belajar ngerajut. Ditambah dengan tak ada jaminan kapan tempat pensil rajutan hasil karyanya akan selesai.

Ara meneguk cokelat yang sudah mulai dingin. Berharap akan ada ide yang muncul setelah ia meneguk cokelat miliknya. Waktunya tinggal seminggu lebih sedikit sebelum hari ulangtahun Farid tiba. Setelah menimbang kelebihan dan kekurangan barang yang akan ia berikan, ia mencoba meyakinkan diri sendiri sekaligus membuat persetujuan dengan dirinya akan hadiah yang akan Farid terima.

Hari pertama, Ara membeli bahan yang ia perlukan serta membuat pola. Awalnya, Ara hanya berpikir memberikan gantungan kunci boneka flanel cowok dengan kaos hijau dan jaket biru muda. Sebenarnya Ara ingin membuat boneka tersebut memakai kemeja putih karena Ara suka Farid dengan kemeja putih lengan panjang yang digulung. Tetapi kemampuannya belum semahir itu.

Ia menghabiskan waktu di rumah dan tempat les dengan menjahit boneka flanel. Berkali-kali ia mengulang akibat salah jahitan atau salah ukuran. Berkali-kali jari Ara yang terkena tusukan jarum. Entah karena ia mulai mengantuk atau karena konsentrasinya terganggu. Tak jarang juga Ara menjahit saat pelajaran kosong di sekolahnya.

Beberapa jari Ara terlapisi plaster akibat tusukan jarum yang begitu dalam. Tetapi Ara tak merasakan sakit sedikitpun. Ara malah mencoba membuat gitar dengan kain flanel yang tersisa. Karena Ara sangat mengetahui kesukaan Farid adalah bermain gitar. Dan Ara selalu menyukai Farid dengan gitarnya.

Hasilnya buruk. Boneka flanel gitar buatan Ara tampak lebih mirip dengan kepala teletabis yang terkena rabies. Membuat Ara ingin menangis bahkan membakarnya. Hatinya kembali bimbang. Haruskah ia memberikan boneka kepala teletabis terkena rabies atau tidak. Terlalu sederhana bila hanya memberikan boneka flanel miniatur Farid. Tapi terlalu aneh bentuk boneka gitar buatan Ara.

Akhirnya Ara memutuskan untuk tetap memberikannya pada Farid. karena toh itu adalah hasil kerja keras Ara sendiri. Ara mulai menulis surat untuk Farid. Surat yang isinya tidak jelas dengan banyak gambar yang Ara gambar sendiri. Surat yang berisikan ucapan selamat ulangtahun, doa, serta harapan Ara terhadap Farid kedepannya.

Terakhir, Ara membungkus semua hadiahnya dengan kertas koran. Entah apa yang dipikirannya hingga ia memilih kertas koran dengan bungkusan yang sederhana. Membuat kado yang benar-benar buatan sendiri tapi di sisi lain terlihat seperti orang yang tidak berminat memberi kado. Ara tersenyum mengingat wajah Farid. Berharap hadiahnya akan menyemangati Farid dikala lelah.

Ulangtahun Farid adalah besok. Tetapi Ara belum menemukan cara untuk memberikan kado ke Farid. Pasalnya, Farid sudah berada di SMA sedangkan Ara masih duduk di bangku SMP. Haruskah Ara menitip kakak kelasnya di SMA? Tidak, itu ide buruk. Ara tak mungkin melakukan hal konyol tersebut.

"Ra, nasi goreng depan minimarket yuk nanti." Ajak suara bariton lelaki di sebelahnya.

Mata Ara membulat melihat lelaki di sebelahnya. Lelaki di sebelahnya memang lumayan dekat dan akrab dengan Ara. Dia adalah adik dari Farid yang sepantaran dengan Ara. Ada keinginan yang sangat besar untuk menitip hadiah untuk Farid melalui adiknya. Tapi sayang, adiknya kurang begitu akrab dengan Farid. Bahkan tak menyukai Ara kalau berdekatan dengan Farid.

Atau lewat adik Farid yang paling kecil? Farid memang memiliki 2 adik lelaki. Satu sepantaran dengan Ara, dan satu lagi berusia lebih muda 2 tahun dari Ara. Sejujurnya, Ara dekat dengan ketiganya. Walau memang Ara tidak terlalu dekat dengan yang sepantaran Ara karena beda teman bermain.

Ara segera mengeluarkan handphone dan menghubungi adik Farid yang paling kecil untuk dititipi hadiah ulangtahun Farid. beruntung adiknya yang paling kecil lumayan dekat dengan Ara sehingga ia setuju-setuju saja. Ara tersenyum lega dan mampir minimarket untuk membeli cokelat dan cemilan untuk semacam upah kurir.

Berhari-hari sudah lewat. Ara sudah mendapat kabar kalau hadiahnya sudah ditaruh di meja belajar saat Farid sedang makan. Hati Ara jujur deg-degan serta penasaran akan reaksi Farid terhadap hadiah yang Ara berikan. Ingin rasanya Ara menghubungi Farid dan menanyakan bagaimana hadiah pemberian darinya. Tapi hatinya ciut sehingga ia hanya menatap handphone kosong.

"Thanks for the gift, whoever you are :)"

Sebuah status singkat yang dibuat Farid di salah satu akun sosial media miliknya berhasil merobohkan pertahanan Ara. Ara akhirnya menangis juga. Ia tersenyum dan menangis haru karena mendapat ucapan terimakasih dari Farid secara tak langsung. Hal yang menurut Ara sudah cukup indah pada saat itu.

Hingga saat ini, Farid tak pernah tahu siapa yang memberikan hadiah dan bagaimana hadiah itu bisa mendadak hadir di atas meja belajarnya. Tapi Farid menggantungnya di lemari baju untuk boneka cowok agar Farid selalu ingat bahwa ada seorang yang peduli dengannya. Dan boneka gitar yang menurut Farid cukup unik dan Farid yakin kalau itu buatan sendiri, Farid gantung di tas gitarnya agar Farid semakin sayang akan gitar serta semua orang di sekitarnya.

Farid tak tahu siapa pemberi gantungan kunci dengan surat buatan sendiri. Farid tak pernah melihat tulisan tangan siapakah pemberi kado tersebut. Bahkan Farid memerhatikan semua tulisan tangan semua teman sekolahnya. Sayangnya nihil. Tak ada tulisan tangan yang sama dengan tulisan tangan sang pemberi hadiah.

Farid bersyukur ada orang yang menyayanginya. Serta membuat Farid berusaha menyayangi semua orang yang ada di sekitarnya. Karena bisa saja salah satu dari mereka adalah pemberi hadiah misterius yang unik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang