Awalnya Ana adalah gadis biasa, sama seperti gadis normal lainnya. Tapi, pada saat umurnya tepat 17 tahun, sesuatu merubah hidupnya. Dan dia berpikir, mulai sekarang, hidupnya tak akan sama lagi...
Aku menatap keluar jendela, memandangi langit malam yang hari ini banyak menaburkan bintang nya. Saat ini aku berada dikamar ku, kamar yang telah aku tempati selama 7 tahun belakangan ini. Aku memang sudah mengemasi barang ku dari tadi bersama mom, mungkin itu adalah saat terakhir bersama mom sebelum aku berangkat ke sekolah ku yang baru. Dartmoth.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku masih mengitari kamar ku, mengingat-ingat bagaimana suasananya disini. Mungkin, kamar inilah tempat yang paling aku rindukan saat di Dartmoth nanti. Aku duduk di kursi putih didekat meja belajar itu, memikirkan bagaimana keadaan ku di Dartmoth tampa adanya mom, dad, dan Alex. Bagaimana dengan teman-teman disana, bagaimana suasana belajarnya, dan banyak lagi hal bagaimana yang ada dipikiran ku. Tapi, pikiran yang benar-benar ada di hati kecil ku adalah aku takut. Takut tidak bisa melewati proses-proses perubahan pada diriku nanti. Yang kemaren saja aku pingsan, lalu apakah nanti aku akan mati muda mendadak? Oke, hentikan pemikiran ini, karena itu sudah melangkah kepada hal yang tidak wajar. Mati muda? Sungguh konyol!
Tokk... tokk... tokk...
"Masuk." Aku melihat mom dari balik pintu, dan dia hanya tersenyum hangat menatap ku.
"Jemputan mu sudah datang, Annie dear."
"Baik mom, aku akan segera turun. "
"Ya, mom tunggu dibawah Annie." Aku tidak melihat mom lagi, yang aku dengar hanyalah langkah kaki mom menuruni tangga.
Well, selamat menikmati hidup baru Ana.
****
Saat ini aku berada didalam kereta ajaib yang akan membawa ku ke sekolah itu. Dan kenapa kereta? Karena itulah transportasi yang menjemput kami. Kereta bergaya victorian dengan aksen ala-ala kerajaan Inggris membuat ku merasa seperti seorang putri. Utusan dari Dartmoth memang membawa ku sepuluh menit yang lalu, setelah aku melakukan salam perpisahan dengan mom, dad, dan Alex tentunya. Bahkan, sampai saat ini aku masih bisa merasakan sensasi sisa-sisa perpisahan itu. Setelah mom, dad, dan Alex melepas ku, aku langsung berjalan pelan memasuki kereta dan bertemu mereka. Para Salvation dari Indonesia, yang satu fakta bahwa aku tidak mengalami hal itu sendirian di Indonesia ini.
Sudah setengah perjalan pun suasana di antara kami tidak dapat di deskripsi kan, canggung, dan hambar. Tentu saja itu terjadi, karena kami tidak mengenal satu sama lain sebelum nya. Aku masih melirik-lirik mereka dari ujung mataku, kami semua ada tujuh orang jika itu digabungkan dengan ku. Empat perempuan dan tiga laki-laki.
Yang mereka lakukan juga sama seperti ku, melirik-lirik. Ntah kapan prosesi ini akan berakhir, aku juga tidak tau. Semua seperti nya bumkam, mungkin mencoba mencari topik pembicaraan dikepala masing-masing.
"Eerr, hai." Mungkin itu agak sedikit kaku, tapi aku sudah mencoba menghilangkan suasana canggung ini.
"Hai, kenalin gue Rara, Mutiara Putri. Nice to meet you and other people in here." Gadis itu menatap ku dan yang lain sambil tersenyum manis.
Aku balas tersenyum padanya, setidaknya dia sudah mengeluarkan kami dari situasi awkward ini. Ketika aku hendak mengapa dia dan lainnya, seorang anak laki-laki lansung menyela ku dan berkata,
"Gini aja deh, lo semua pada punya kartu identitas siswa kan? Kumpulin kartu itu ditengah, gue akan buat sesi perkenalan ini dengan permainan."
Anak laki-laki yang aku tidak tau namanya itu menyuruh kami berhitung yang dimulai dengan dia, dan aku mendapat angka tiga, yang berarti aku mendapat urutan ketiga untuk membacakan kartu identitas milikku sendiri.
Aku baru mengetahui nama nya sekarang, laki-laki itu Kevin Revino. Elemen api dengan bakat perisai.
Kami melewati sesi perkenalan itu dengan seru, tidak membosankan seperti tadi. Dan, dengan game itu, kami semua lebih bisa mengenal satu sama lain.
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku menatap kastil itu, megah dan menyeramkan dalam satu sisi yang bersamaan. Aku tidak tau kalau ternyata rupa aslinya seperti ini, benar-benar menakjubkan. Terakhir kali gambaran kastil ini adalah gambaran yang ada dikepala ku waktu itu. Langkah kakiku menjadi pelan, mencoba menarik napas hati-hati setiap mendekat ke kastil itu.
Aku menatap yang lainnya, dan reaksi mereka juga sama seperti ku. Can not say anything. Dan saat ini, pasti mereka semua merasakan apa yang aku rasakan. Karena sebentar lagi, hari-hari mereka akan di mulai di sini, Dartmoth.
Aku masih melangkah sambil memerhatikan kastil itu, kastil itu mengunci pandangan ku agar selalu menatapnya.
"Auu!" Bahkan dengan tidak sengajanya aku menginjak lubang kecil yang ada didepan. Aku menatap kakiku sambil meringis, apakah aku akan dapat berjalan lagi? Dan kejadian ini mengingatkan ku ada kejadian enam tahun yang lalu, saat kecerobohan ku muncul dan saat bertemu dengan orang spesial itu.
"Lo gak apa-apa? / are you okay?" Aku menatap kedua uluran tangan itu dengan pandangan bingung. Aku tau pasti kalau suara yang satu itu Kevin, tapi yang satu lagi? Siapa? Siapa dia sehingga mau menolong ku? Apakah anak laki-laki yang aku temui di taman enam tahun yang lalu? Tapi rasanya itu tidak mungkin.
Aku bangkit, menyambut kedua uluran tangan itu. Setelah aku berdiri dengan sempurna, aku menatap pria itu. Tapi, aku baru menyadari sesuatu, kalau dia sudah menghilang dari pandanganku sebelum aku mengetahui apa-apa tentang nya.
. . . . . ~To Be Countinue~
Happy Reading^^ Silahkan klik komentar dan vote nya 😄😉 And see you next chapter😊