Ketiga

721 23 0
                                    

Aroma masakan indonesia menusuk hidungku. " siapa yang memasak ? ", suara parau khas orang bangin tidur .

Kuturuni tangga satu persatu. Ku lihat Rifai sedang menyiapkan sarapan. Ini aneh tidak biasa malah aku belum pernah melihat dia memasak. Dengan canggung aku duduk di dekat meja makan .

"Hai " , entah otak dengan bibirku tidak mau kompromi.

"Hai kia ", sambi tersenyum .

Aku bingung , seperti berada di mimpi. Sudah berulang kali aku mencubit pipiku , tetapi ini nyata.

"Kia dimakan makanannya nanti dingin", menatapku dengan senyum yang berbeda.

Sejak kapan dia ada di depanku , dan sejak kapan dia memperhatikan ku seperti ini. Dan Rifai memasak untukku , fikiran aneh terus terbayang oleh otakku, atau dia ingin membunuhku seperti pembunahan kopi sianida, tetapi bedanya dia memberikan lewat masakannya.

"Kia kamu kenapa ?, jangan melamu nanti makanannya dingin", sambil nengguncang tubuhku.

"Eh iya ,aku makan ", sambil menyuapkan makanan itu .

"Aku nanti berangkat siang , lebih baik kamu secepatnya bereskan perlengkapan ku ", sambil terus mengunyah makanan.

***
Rifai sudah pergi dari pukul 2 siang. Aku bosan , memebersihakan rumah adalah salah satu cara yang efektif untuk menghilangkan kebosanan. Suara ketukan mengganggu kegitanku , dengan sigab ku bukakan pintu. Sosok yang tak asing bahkan aku ingin melupakan wajahnya sejak 5 tahun yang lalu. Ayah dan ka Bimo datang mereka berbeda. Beberapa kerutan di wajah ayah dan ka bimo lebih kurus. Dan ibu tak ikut , aku sangat merindukan mereka.

"Kia", ayah memanggilku dengan memelas .

"Ayah , ka Bimo ", dan aku memeluk mereka .

"Maafkan ayah Kia , maafkan ayah yang jahat padamu nak ", suara begitu sedih .

"Iya ayah , yah di mana ibu ?", tanya ku .

"Ayah dan ibu sudah bercerai Kia saat kamu meninggalkan rumah , dan sekarang ibu tinggal di jepang ", jawab ka Bimo .

"Jepang ?", aku pun terkejut .

"Maafkan ayah nak ", memelukku dengan erat .

"Maafkan kaka juga Kia , kaka tahu kamu tidak diperlakukan baik oleh Rifai" mohon ka Bimo.

"Iya ka , aku maafkan , tetapi kota mana ibu tinggal ?".

"Nanti kaka beritahu kamu Kia , lagipula waktu kita tidak banyak , anak buah Rifai sudah mencium kedatangan kita ", ka Bimo dan ayah bangkit lalu pamit pulang .

"Baiklah ka ,hati-hati di jalan ", sambil membukakan pintu .

Sorban Hitam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang