"Ibu", panggilku.
"Bagaimana kia, kau sudah mencobanya ?, ", tanya ibu.
"Sudah , sepertinya aku hanya masuk angin saja bu " , jawabku.
"Coba sini ibu lihat ", sambil memberikan tespack.
"Bagaimana bu , hanya masuk angin saja kan ?", tanyaku.
"Iya nak , sebaiknya kamu istirahat saja dulu , jaga pola makan mu , ibu ingin beli obat dulu ", jawab ibu.
"Baiklah bu ", kataku .
***
Suara ketukan pintu begitu keras yang pernah ku dengar, mungkin bukan ketukan lagi tapi suara dobrakan yang ingin nenghancurkan pintu tersebut.Dengan keberanian yang cukup kuat , akhirnya ku putuskan untuk menemui orang yang ingin menghancurkan pintu tumah ibu.
"Sebentar , sabar lah aku akan membukakan pintu ", sambil membukakan pintu.
"Cepat buka pintu ini, atau aku akan hancurkan pintu beserta rumahnya ", ancamnya .
"Rifai ", kataku dengan suara bergetar .
"Kenapa Kia kaget ? ", tanyanya.
Banyak berubah dari Rifai , sorban yang selalu dia pakai , baju hitam yang panjang sampai mata kaki , hingga jenggot yang selalu dia rawat kini sudah tak ada. Semuanya sudah berubah sorban itu sudah tak ada lagi , baju yang panjang itu sudah berganti dengan kaos oblong dengan jeans dan jenggot pun sudah di cukur , hanya menyisakan bulu bulu halus di wajahnya. Sifatnya pun sudah berbeda tidak seperti biasanya yang suka memukul , kini dia hanya merengkuh tubuhku ini dan menangis. Pertama kalinya aku melihat dia menangis ."Rifai, apa kau baik baik saja ?", tanyaku.
"Watashiwa daijo budayo , demo anata wa son 'nani nogashimasu (aku baik baik saja , bahkan sangat merindukanmu), jawabnya.
"Kau ini, aku tidak bisa bahasa jepang ", kataku.
"Aish kau ini , aku baik baik saja " , katanya.
"Hanya itu ? ", tanyaku.
"Tidak , lebih baik kau cari sendiri artinya , dan biarkan seperti ini dulu kia", sambil memelukku.
"Baiklah ", kataku.