2

2.5K 65 3
                                    

Love comes when I believe on it.

Senyum terus merekah di sepanjang kakinya melangkah. Semua murid laki-laki tak henti-hentinya menyapa dirinya demi sekedar untuk melihat senyumannya –yang entah mengapa muncul di setiap saat setelah kejadian tadi pagi– dari dekat dan lebih lama.

“Hai Racha, sayang !” Sapa Mario yang tiba-tiba berpapasan dengannya di koridor utama. Tempat sarang guru-guru dan kepala sekolah.

“Hai juga, Mario !” Balasnya dengan senyuman yang sedari tadi melekat di bibirnya tentunya. Ia juga sempat melihat Mario langsung  mematung dan menatapnya di tempat gara-gara balasannya itu. Ah ! Peduli amat ! Kemudian melangkahkan kakinya cepat-cepat untuk segera mencapai bangkunya dan menceritakan semuanya pada Sindy.

Sesampainya di kelas, lesung pipi yang berupa garis itu tak kunjung hilang. Malah ia menarik sudut-sudut bibirnya membentuk senyuman yang lebih lebar. Membuat lesing pipi yang ada di kedua sudut bibirnya muncul.

“Sin.” Panggilnya pelan ketika ia baru saja menghempaskan dirinya ke kursi empuknya. Dengan senyuman lebar yang masih merekah di bibirnya. Memejamkan mata. Seolah ini mimpi terindahnya. Dan kalau ini benar mimpinya, ia benar-benar memohon agar waktu dapat berhenti.

“Cha ! Farascha ! Jangan kayak orang gila gitu dong ! Kata temen-temen, tumben banget tuh kamu senyum-senyumin cowok-cowok sepanjang koridor !” Omel Sindy sambil menggoyang-goyangkan badannya kasar. “Racha ?! Kamu kenapa, sayang ?” Tanya sahabatnya saat ia membuka mata dan menatap Sindy dengan mata berbinar dan masih dengan senyuman lebarnya.

“Kamu tau kan kakak misterius yang berdiri di samping gitarku waktu kita study tour ke Bandung?”

“Oh, yang bikin kamu melted itu, ya ?”

Racha mengangguk semangat. Ia menggigit bibirnya erat sambil mempertahankan senyuman lebarnya yang memang sedari tadi belum juga lelah menghiasi wajahnya. “Dia. Dia itu temen deketnya Kak Riko !”

Untuk beberapa saat Racha membiarkan sahabatnya ini mencerna kata-katanya dengan mulut yang ternganga. Mungkin sama shocknya dengan dirinya tadi pagi.

“WHAT ?!” Teriaknya kemudian. Heboh. Lebih dari reaksinya saat ia bertatap muka dengan pemuda itu.

“Iya. Dan malahan ya, dia… Dia lagi main ke rumah ! Dia nginep di rumah selama beberapa hari ! Awalnya dia mau cari hotel atau losemen biar nggak ngrepotin. Tapi… Tapi Ayah emang top banget deh ! Nyuruh dia buat nginep di rumah !”

“SUMPE LO TUMPE-TUMPE ?!?!” Racha mengangguk semangat lagi. “Tapi kok tumben. Bukannya ayahmu protective bangetsama orang luar ya ?”

“Nah itu, waktu Kak Listy tanya, Ayah jawabnya simpel banget. Walau Cuma sekedip mata melihat, ayah yakin dia orang baik-baik. Nah keren nggak tuh ?!”

“Wah, kereen banget tuh, Cha. Oke-oke, kayaknya kamu harus setor cerita ke aku lengkap.. kap.. kap !”

“Oke, nanti istirahat ya, Sin. Di Kantin !”

*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

“Kak ! Kak Riko ! Racha udah selese nih mandinya !” Racha yang memang sudah selesai mandi dan berniat memanggil kakak pertamanya karena saat selangkah sebelum ia masuk kamar mandi kakaknya itu sudah berpesan agar memanggilnya setelah ia selesai.

Karena dirasa tak ada sahutan. Akhirnya Racha mengetuk pintu kamar kakaknya sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk rambut. “Kak Riko ! Tadi katanya mau mandi ! Aku udahan, nih !”

Ia berdecak kesal sambil terus mengetuk pintu kamar kakaknya yang bersebelahan dengan kamar mandi di sebelah kamarnya. “Kak, pokoknya Racha udah ngasih…” Mata orientalnya yang bulat semakin lebar begitu tahu pemuda yang membukakan pintu kamar kakaknya bukanlah sang kakak.

LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang