And after all this time, I’d prayed that someday you’ll be happy with me…
Gadis manis ini termenung sembari menatap hujan yang tak kunjung henti. Seudah dua hari ini sahabatnya tak kunjung masuk tanpa memberinya kabar. Handphone juga nggak aktif. Telepon rumah pun demikian. Membuatnya bingung sekaligus khawatir.
Tiba-tiba saja dihadapannya terulur cokelat hangat yang terlihat mengepulkan asapnya, tanda masih panas. Ia menatap pemilik tangan kokoh yang menyodorkannya.
Mario.
Ia tersenyum simpul sembari mengambil alih secangkir cokelat panas yang mungkin ia dapatkan dari kantin. “Tumben nih baik hati ?”
Mario hanya terkekeh kemudian menyesap kopi susu miliknya. “Gue kan selalu baik hati, cuma elo aja yang salah ngartiin kebaik-hatian gue.”
“Apanya yang baik hati ?! Kerjaanmu cuma bikin orang gondok gara-gara ulahmu !”
“Itu khusus buat lo.”
“Kenapa ? Kan masih banyak…”
“Soalnya cuma lo yang nggak tertarik sama gue.”
Jawaban Mario mampu membuatnya terdiam untuk sesaat. Ia tersenyum simpul sembari menyesap cokelat panas miliknya. Kemudian ia meringis menahan tawanya ketika menatap wajah sebal milik Mario.
“Sorry.”
“It’s okay. Gue cuma bingung aja. Gue kan cakep, tajir, pinter lagi! Bisa-bisanya lo nggak tertarik sama gue. Cuma gara-gara cowok lain. Emang, seberapa kecenya sih cowok itu ?”
Racha hanya terkekeh menanggapi kenarsisan Mario yang mungkin masih sebal karena penolakannya kemarin. But you know him very well, Mario !
“Oh iya, Si Sindy kemana ?”
Tanpa sadar bahunya bergerak turun sembari menghela nafas kasar. Perlahan kepalanya menggeleng pelan. Ekspresi wajahnya kembali menunjukkan rasa bersalah. Merasa bersalah karena ia bukanlah sosok sahabat yang harusnya ada disaat Sindy butuh. Bukan seperti ini.
“Nggak tau, udah dua hari ini dia nggak kabarin aku. Hapenya mati, telepon rumahnya juga gitu. Kira-kira kemana ya ?”
“Lagi berlibur kali !”
Jawaban ngawur Mario membuatnya terbelalak, bagaimana bisa pemuda ini menganggap sahabatnya sedang liburan setelah masalah itu datang lagi ?! Dasar Playboy somplak !
*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*
Racha menatap meja makan yang hanya ditempati tiga orang. Dirinya, Kakak sulungnya, dan Sanders.
Kedua orang tuanya tengah pergi menghadiri pernikahan rekan kerja Ayahnya di Jakarta. Kakak kembarnya sedang berkuliah. Sama-sama di Perancisnya. Membuatnya iri. Sedari dulu ia ingin tinggal di rumah neneknya yang selalu bisa membuat cucu-cucunya tertawa terpingkal-pingkal karena cerita tentang ulah orang tuanya semasa kecil.
Tiba-tiba saja bel gerbang rumahnya berbunyi nyaring. Membuatnya tersentak dan langsung menatap kakaknya dengan tatapan bingung.
“Tadi kata kakak, Bunda sama Ayah pulangnya besok ?!” Protesnya masih dengan tatapan bingungnya pada kakaknya yang tengah makan masakan hasil duel di dapur dengannya.
“Emangnya itu Bunda sama Ayah ?” Tanya Kakak sulungnya sembari mengelap bibirnya dengan tisu. “Biar kakak aja deh yang bukak.” Lanjutnya kemudian melangkah meninggalkan meja makan setelah meletakkan piringnya di wastafel.
Kini, tinggal dirinya dan Sanders yang terjebak dalam suasana canggung. Diam-diam ia dapat menangkap bahwa Sanders sedang menatapnya dalam diam. Membuatnya susah menelan makanan yang masuk ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY
RomanceSeandainya saja dirinya bisa berpaling, pasti ia akan berpaling pada Mario, pemuda tampan yang notabenenya sebagai teman sekelasnya saat SMA dan adik dari Sanders, pemuda yang menjadi penghuni hatinya selama ini. Haruskah Racha bersikukuh dengan San...