Epilog (1)

2.5K 73 9
                                    

And I will always love you forever and ever…

Dengan gusar, Sanders melangkahkan kakinya dengan cepat. Menelusuri seluruh terminal. Tepat baru satu jam yang lalu ia mendarat di kota ini dan langsung menuju ke rumah Racha. Berharap ia bisa mendapatkan hati gadis itu lagi.

Namun, sayang. Ia terlambat. Gadis itu sudah berangkat ke bandara untuk kembali ke Paris dan meninggalkannya. Tanpa basa-basi lagi, ia langsung mengambil alih kemudi taksi yang ia pesan dan menyetir gila-gilaan taksi yang ia tumpangi. Persetan dengan umpatan dan amarah si supir. Kali ini ia tak ingin terlambat lagi. Ia telah bertekad untuk mendapatkan kembali hatinya. Cintanya. Gadisnya.

Dan disinilah ia. Di Bandara Juanda. Berlari untuk mencari hatinya. Cintanya. Gadisnya. Walaupun, ia tak yakin seratus persen. Ia terus berlari. Berharap Tuhan akan membantunya.

Tanpa disadarinya, langkah kakinya melambat ketika menatap sosok yang tengah melangkah menuju pintu keberangkatan domestik. Jantungnya benar-benar terasa akan lepas. Dengan kesadaran dan kekuatan penuh, dipaksanya kedua kakinya untuk berlari secepat mungkin. Ditubruknya tubuh gadis itu dari belakang. Dipeluknya dengan sangat erat. Sangat-sangat erat.

“Eh-eh ! Apa-apaan ini ! Siapa…”

“Biarin… Biarin bentar aja, Cha.” Ia bisa merasakan tubuh gadis ini langsung menegang. “Gue bener-bener kangen sama lo, Farascha.” Bisiknya serak menahan tangis. So embarrassing ! Emang. Entah Racha memiliki kekuatan super seperti apa. Tapi yang pasti gadis itu benar-benar membuat air matanya terjatuh ketika ia merasakan kerinduan yang benar-benar menyayat hatinya. “I miss you. I miss you. I miss you, Love.”

“Kak. Pesawatnya udah mau take off.”

“Lo emang berhak marah sama gue. Tapi lo juga wajib ngerti kalo itu murni salah paham, Sayang.” Lanjutnya. Ia tak peduli. Biar saja pesawat itu meninggalkan gadisnya. Karena itu yang ia harapkan. Pelan tapi pasti. Di balikkannya tubuh Racha yang bergetar menahan tangis. Di remasnya lengan Racha lembut. Mencoba menghantarkan rasa rindunya. “Dan lo mesti ngerti kalo lo nggak akan pernah bisa digantiin sama siapapun. Because I’m deeply in love with you.”

 Diraihnya Racha kedalam pelukan eratnya. Menumpahkan segala kerinduan yang ia rasakan selama ini. Rindu yang begitu menyakitkan. Rindu yang nyaris membuatnya gila.

Dan hal yang mampu membuat senyumannya terkembang secara perlahan adalah Racha membalas pelukan eratnya. Walaupun pelan, tapi ia benar-benar bersyukur. Ia benar-benar rindu dengan pelukan ini. Pelukan yang membuatnya benar-benar merasa tenang. Pelukan yang membuatnya merasa benar-benar pulang.

Love you too, Alexanders.”

Dengan pasti dieratkannya pelukannya. Ia benar-benar bahagia. Sangat bahagia. Saking bahagianya, ia merasa benar-benar yakin. Yakin seratus persen bahwa gadis yang dipeluknya ini adalah tulang rusuknya yang selama ini hilang. Karena, hanya bersama gadis inilah ia merasa lengkap.

*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

Dua minggu kemudian…

Dengan sebal Racha keluar dari gedung kantornya. Atasannya membuat segala rencana santainya gagal total. Padahal ia ingin segera pulang dan skyping dengan Sanders –kegiatan rutinnya setelah balik dari Indonesia.

Dan hari ini kegiatannya itu tergantikan dengan temu klien.

Sejak kejadian di Juanda beberapa minggu yang lalu, hubungannya dengan Sanders memang semakin baik. Bahkan sangat baik dan lebih baik dari pada sebelumnya. Dan itu membuatnya senang bukan main.

Dengan gontai, dijalankannya mobilnya menuju café de flore. Café langganannya. Baru kali ini ada klien yang memilih café yang cukup jauh dari kantornya.

LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang