05

7.6K 715 16
                                    

Kedua mata bulat itu terbuka lebar saat ia tersentak bangun dari tidurnya. Deru nafasnya terdengar tidak teratur. Jantungnya berdebar kencang, ia melihat sekeliling kamarnya. Kemudian ia menghela nafas panjang setelah berhasil meyakinkan dirinya kalau ia sendirian di kamar ini.

Jaejoong menarik kakinya merapat pada dadanya, kemudian ia memeluknya erat dan menenggelamkan wajah cantiknya di sana.

  [ "Kau harus ingat, Jae, bahwa sejak saat itu, kau adalah milikku, satu-satunya" ]

Bahu namja cantik itu bergetar ringan. Sebuah isakan menyedihkan lolos dari mulutnya. Jaejoong menangis.

Ia benci Yunho. Ia benci pria yang tidak pernah meninggalkan pikirannya itu. Pria yang selalu mengganggu tidur pulasnya. Jaejoong menyeka air matanya dan mengusap wajahnya. Dan setelah berhasil menenangkan dirinya, ia beranjak turun dari ranjang dan meneguk air mineral yang tersedia di meja nakasnya.

Kemudian ia menghidupkan televisi dan tersenyum kecut. Memandang seseorang yang sangat dikenalnya berada di dalam sana. Pria imut yang sudah mewarnai rambut hitamnya menjadi biru terang.

Kim Junsu. Sepupunya.

Hari itu mereka berhasil kabur dengan sukses. Ia melihat Junsu berhadapan dengan seorang pria berwajah kekanakan yang cukup tinggi. Pria itu membawa Junsu pergi setelah membiarkan namja imut itu mengantarnya ke apertemen Yoochun. Ia mengaku bernama Shim Changmin, sebagai pemilik agensi dari Entertainment ternama di Jepang.

Dan ia menginginkan Junsu untuk menjadi artisnya.

Perpisahan itu terjadi begitu cepat, Yoochun melarang Junsu untuk membawa Jaejoong ikut ke Jepang karena pria arogan bernama Jung Yunho itu akan segera menemukan Jaejoong dengan mudah bila ia melihat Junsu di televisi.

Satu-satunya cara adalah kembali ke rencana awal. Yoochun akan terus berpura-pura tidak tahu dan Jaejoong bersembunyi di apertemen barunya.

  "Apa yang sedang kau lakukan, Yunho yah?" Desah Jaejoong pelan.

Memejamkan matanya mencoba membayangkan amukan Yunho saat namja arogan itu mengetahui kepergiannya.

  "Ada apa denganku? Kenapa aku tidak pernah bisa lagi hidup tenang?" Lirih Jaejoong seraya menghapus air matanya yang kembali menetes.

Ia tidak mengerti. Setiap kali ia memikirkan tentang Yunho, hatinya pasti akan berdenyut sakit dan air matanya akan mengalir.

Ya Tuhan, ia sudah gila. Ia merindukan Yunho.


-------


  "Kau membohongiku, Kim Jaejoong!!"

Yunho hancur. Pria itu tidak pernah semenyedihkan ini dalam hidupnya. Sumber kehidupannya sudah hilang. Pergi meninggalkan dirinya. Jaejoongnya lenyap. Hilang tak berbekas. Ia sudah mengancam Yoochun untuk mengaku, tapi namja chubby itu berkata ia tidak tahu apapun.

Dan berapa kalipun Yunho mencoba, hasilnya tetap sama. Bagaimana Yoochun bisa terlibat kalau ia dan Jaejoong saja sudah lama sekali tidak bertemu sejak Yunho mengurung namja cantik itu eh?

Yunho menghela nafasnya. Ia sedang berbaring di atas ranjang dengan kemeja putihnya yang berantakan. Tangan kanannya mengusap rambut hitamnya ke belakang. Ia menjilat bibirnya yang terasa kering. Wanita paruh baya yang bekerja padanya itu masih berada di rumah sakit karena amukannya. Ia membuat Bibi Hwang terjatuh dari tangga dan mematahkan kakinya.

Tapi wanita itu juga sama. Tidak tahu hal apapun tentang Kim Jaejoong. Sial! Dengus Yunho seraya memukul ranjangnya. Ia juga sudah mengirimkan seseorang untuk mengawasi Kim Junsu yang entah bagaimana kini sudah muncul di televisi dengan ribuan penggemar yang membludak. Detektif sialan itu juga mengatakan bahwa ia tidak melihat ada hal aneh yang disembunyikan Junsu dari publik.

APOLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang