Alam memang selalu memukau bukan? Entah bagaimana mendeskripsikannya, tentunya mereka punya cara sendiri yang membuat manusia terjerat akan pesonanya.
Hal itu tak bisa dipungkiri betapa sempurnanya ciptaan sang Khaliq ini. Terlebih desiran angin lembut yang membelai lembut kulit seakan memberikan kesan lebih hidup, plus lautan jingga tampak terbentang luas menghiasi cakrawala, tak luput pula kicauan burung yang bersahutan tampak turut serta membingkai konversasi ringan kedua insan berbeda gender itu.
Bukan benar-benar konversasi sebenarnya, karena hanya dari pihak keturunan hawalah yang banyak mengoceh, sedangkan sang adam hanya diam dan sesekali menanggapi dengan
anggukan, dengusan pun kata singkat yang terdengar ambigu.Memang begitu.
Itu sudah menjadi trademark sang pemuda. Dan sang gadis tentu saja sudah tau, sangat-sangat tau. Ia sangat kenal pemuda itu, karena memang sudah terbilang lama mereka bersama, jadi sudah hafal benar
sosok seperti apakah pemuda yang duduk tak lebih dari dua jengkal darinya itu.Cukup dekat, bahkan mungkin orang diluar sana bisa saja salah menduga melihatnya. Namun untungnya mereka hanya
duduk-duduk di balkon kamar sang pemuda yang notabanenya sebagai teman lamanya itu- tidak,
sekarang sudah berganti status, bukan teman lama lagi, melainkan seseorang yang cukup berarti baginya,
.
-sahabat. Hanya sahabat.
Memang tiada yang lebih berarti selain sahabat, 'kan? Pengecualian untuk keluarga tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego
Fanfiction"Lalu, apa rencanamu?" "Tidak tau. Mungkin, satu-satunya jalan yang terbaik adalah.." Jeda beberapa saat, "Merelakannya." . . . Ego . . "Apakah semua akan baik-baik saja? Apa kita akan seperti ini selamanya?" SASUSAKU FANFICTION