___
"Loh? Itachi-nii. Kapan pulang?" Teriak Sakura yang tentunya masih terdengar oleh Sasuke.
Hei gadis itu belum meninggalkan rumah ini rupanya.
Itachi pulang?
.
.
.Sepersekian detik berlalu, dan pemuda dengan gaya rambut yang kekinian itu masih betah di posisinya. Menatap langit yang sudah tampak gelap.
Tiba-tiba sebuah tangan besar tampak menepuk pundaknya. Membuyarkan segala imajinasinya.
Sementara sang empunya pundak hanya mendengus kasar. Siapa lagi yang berani mengganggunya tanpa permisi selain baka anikinya?
Eh ngomong-ngomong sejak kapan ia kembali ke Konoha?"Otoutouku tercinta sedang terserang virus galau rupanya heh." Canda sosok copyan dirinya yang bedanya lebih tua empat tahun darinya itu.
Ah mungkin bisa disebut Sasuke versi dewasa sih. Ingat hanya fisiknya yang mirip, bukan dengan sifatnya.Ayolah Itachi jelas memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan adiknya.
Sasuke dingin, dia hangat. Sasuke angkuh, dia rendah hati de el el.Oke kembali ke cerita.
Bukanya merespon Sasuke malah menatap horor sang kakak dan melangkah masuk ke kamarnya.
"Aku mau tidur. Keluar sana," teriaknya kepada si sulung Uchiha.Coba lihat, sifat aslinya Sasuke keluar lagi.
Itachi yang sudah paham betul sifat adiknya hanya menyeringai tipis.
"Jadi begini sambutan adikku atas kedatanganku?"
"Tidak merindukan anikimu yang tampan ini, hm? Ujar Itachi lagi sembari mengikuti Sasuke di belakangnya."Berisik." Balas Sasuke tajam dan uh nyelekit. Tentu bikin sakit hati siapapun yang mendengarnya. Tapi tidak dengan Itachi.
"Jadi gara-gara Sakura-chan otoutoku jadi begini? Ah kau memang payah." Kembali Itachi berujar seraya duduk di ranjang king size milik Sasuke.
"Jangan bilang kau belum menyatakannya. Tidak takut Sakura-chan diambil orang lain?"
DegYang barusan itu, kalimat terakhir yang diucapkan Itachi benar-benar menusuk tepat di hati si bungsu Uchiha ini.
Ya, sejauh ini ia tak pernah berpikir kalau kalau gadis yang mewarnai hidupnya itu menjadi milik orang lain.
Memang, ia terlalu menikmati zona nyamannya. Hingga tak pernah berpikir sejauh itu. Dan lagi-lagi kakanya yang menyebalkan kembali menyadarkan dia untuk kedua kalinya.
Pertama, menyadarkan kalau Sasuke itu punya rasa kepada sahabatnya. Walau dulu ia menolak mentah-mentah ucapan sang kakak.
Tapi akhirnya ia pun menyadari seiring berjalannya waktu.
Kedua, mengingatkan kalau ia tak bergerak cepat pasti Sakura menjadi rengkuhan orang lain.Dan sepertinya pernyataan kedua tadi makin membuat hatinya sesak, kembali mengingatkan konversasi beberapa menit yang lalu. Yang dengan jelas Sakura mengakui perasaannya kepada orang lain. Gaara, rivalnya.
Akhirnya ia hanya menjatuhkan dirinya di kursi dan meremas rambutnya frustasi.
"Dia memang akan menjadi milik orang lain," ujar Sasuke di tengah kegiatan meremas rambutnya itu.
"Sebentar lagi." Imbuh Sasuke.
Itachi tidak kaget. Karena ia memang sudah tau melihat gerak-gerik Sasuke yang tampak galau sedari tadi.
Oh jadi itu masalahnya.
Itachipun hanya tertawa hambar.
"Kalau begitu kau hanya punya dua pilihan. Mengerjarnya dan membuatnya berpaling padamu atau merelakannya demi kebahagiannya dan mencari pengganti Sakura-chan." Ujar Itachi seraya menatap Sasuke. Kini ia tampak sedikit serius, tidak bercanda seperti tadi.'Bodoh'
'Apa-apaan pilihan yang kedua itu.' Batin Sasuke.
Memang benar, kalau mencintai seseorang memang tak harus memiliki 'kan? Mungkin bisa saja ia merelakan Sakura demi kebahagiaan gadis itu. Tapi apa ia sanggup?
Dan lagi, mencari pengganti Sakura?'Haha, jangan bercanda. Mana ada gadis yang bisa menggantikan Sakura. Sampai dunia berakhir pun tak kan pernah ada.' Ungkap Sasuke dalam hati. Miris.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego
Fanfiction"Lalu, apa rencanamu?" "Tidak tau. Mungkin, satu-satunya jalan yang terbaik adalah.." Jeda beberapa saat, "Merelakannya." . . . Ego . . "Apakah semua akan baik-baik saja? Apa kita akan seperti ini selamanya?" SASUSAKU FANFICTION