Matahari pagi kembali menyingsing.
Tampak secercah sinar menembus kaca bening kamar milik si raven.Oh ayolah, hari telah berganti, dan lelaki berparas dewa itu masih enggan membuka onyx hitamnya.
"Sasu-chan, bangunlah sayang." Tenor halus milik sang ibu mengalun lembut di membran timfaninya. Ibunya tampak selesai membuka gorden kamar milik putra bungsunya.
Sasuke, pemuda yang masih berbaring itu tampak menyipitkan matanya. Hanya menampakkan sedikit onyxnya.
Sejujurnya, ia benci dipanggil dengan sebutan "Sasu-chan" ah tapi apa daya, sang nyonya Uchiha itu tetap tak mau mengalihkan panggilan kesayangan terhadap si putra bungsunya.
"Segeralah mandi dan sarapan kita akan bergegas." Ujar Mikoto seraya menepuk pelan bahu sang putra.
Bergegas?
Sasuke yang masih setengah sadar tampak bingung dengan ucapan sang ibu.Bergegas kemana?
Itulah kalimat yang melintas diotaknya. Namun tak ia ungkapkan.Akhirnya, tanpa banyak komentar ia segera membersihkan diri. Tipikal anak penurut eh?
----
"Ohayou! Otouto tercinta!" Sapa Itachi dengan wajah sumringah seperti biasa.Sementara Sasuke dengan wajah acuh tak acuhnya segera duduk di meja makan bersama yang lainnya.
Sang nyonya rumah hanya tersenyum sekilas melihat kedua putranya.
Sementara sang tuan rumah hanya berdehem seraya berkata
"Sudahlah, ayo makan." Tegasnya yang tampak kharismatik.Tak ada satupun percakapan disana, yang ada hanya dentingan alat makan yang tercipta. Khas keluarga Uchiha.
.Ritual sarapan pagi pun usai, saatnya kembali ke aktivitas masing-masing.
Namun, saat si Raven hendak berdiri dari singgasananya, tiba-tiba sang tuan rumah Fugaku kembali bersuara.
"Duduklah, ada yang perlu kusampaikan."
Sasuke tampak sedikit bertanya, namun raut wajahnya tetap tenang seperti biasa.
Itachi hanya manggut-maggut seraya memasang sikap yang baik.
Jika ayahnya mengatakan demikian, pasti ada hal penting yang harus dibicarakan."Jadi, setelah kupikir matang-matang. Inilah saat yang tepat aku memberitahukan pada kalian, khususnya kau, Sasuke." Ujar sang ayah.
Sasuke sedikit berjengit mendengar namanya disebut oleh sang ayah.
Dirinya? Apa ada yang salah dengannya?
Hening.
Hingga akhirnya, Uchiha Fugaku kembali membuka suara.
"Ini tentang perjodohanmu dengan Putri Yamanaka."
Bagai ditohok sebuah belati Sasuke pun dibuat kaget dengan pernyataan ayahnya.
Tidak ada hujan, tak ada panas. Tiba-tiba ia hendak dijodohkan.
"Apa maksud Tou-san?" Ia pun angkat bicara.
Tampak Itachi sama sekali tak terlihat kaget disana, Sasuke cukup yakin sang kakak pasti sudah mengetahui rencana ayahnya.
"Kau akan dijodohkan dengan putri pertama keluarga Yamanaka. Itu sudah perjanjian dari kakekmu. Dan kau tentu tak bisa menolak itu." Kata sang ayah yang lagi-lagi membuat Sasuke naik darah.
Brakk.
Tiba-tiba ia menggebrak meja makan yang menimbulkan suara gaduh pada ruangan yang terlihat mewah itu.Bagaimana bisa kakeknya dengan mudah membuat perjanjian mengenai perjodohan yang sama sekali diluar sepengetahuannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego
Fanfiction"Lalu, apa rencanamu?" "Tidak tau. Mungkin, satu-satunya jalan yang terbaik adalah.." Jeda beberapa saat, "Merelakannya." . . . Ego . . "Apakah semua akan baik-baik saja? Apa kita akan seperti ini selamanya?" SASUSAKU FANFICTION