Teganya Mama tinggalkan Adik?

4K 48 3
                                    

Konsep keluarga yang lengkap dan bahagia adalah impian setiap insan di muka bumi ini. Namun,  segalanya tak abadi.  Ada pertemuan maka ada perpisahan, dan rasa kehilangan orang yang disayangi pasti takkan mampu dihindari oleh siapapun.

Kehilangan sosok yang disayangi bisa datang dari pihak manapun,  keluarga terdekat baik kakek, nenek, ibu, ayah, suami, istri, putra atau putri terkasih.

Bagi kita yang sudah dewasa pasti memahami konsep kehidupan dan kematian,  namun tak sedikit yang terpukul bila tertimpa keadaan tersebut.

Berduka, sedih,  bersikap murung  selama berminggu-minggu. Bahkan tak sedikit dari kita yang terlarut dalam kedukaan hingga berbulan-bulan dan lupa untuk memutar kembali roda kehidupannya hingga seolah menjadi "zombie".  Kalau sudah seperti itu,  maka orang tersebut memerlukan bantuan psikolog profesional.

Cara cepat menangani kehilangan orang terdekat kita adalah dengan memulai lembaran kehidupan yang baru serta memutar roda kehidupan dengan mengejar mimpi bahkan bila mampu dengan mewujudkan harapan almarhum / almarhumah.

Langkah sederhananya adalah mulai menetapkan tujuan hidup, buatlah target kehidupan yang nyata dan bisa dihitung atau diukur.

Dengan begitu,  kita  akan memindahkan energi dan fokus  pada target tersebut. Dan kesibukan tersebut tanpa disadari akan mengikis kedukaan yang kita rasakan.  Dan cukup kenangan manis dari almarhum/ almarhumah saja yang tertinggal dalam benak kita tanpa membuat kita kembali terpuruk.

Hal ini pun berlaku bagi anak-anak, namun perlu diingat ada beberapa range usia yang mungkin sudah memahami siklus kehidupan dan kematian.

Sehingga untuk meredakan kesedihan anak berusia remaja antara 10 hingga 17 tahun, bisa kita perlakukan seperti orang dewasa, namun yang perlu ditekankan adalah mereka harus mendapat perhatian lebih serta pantauan atas segala tindakannya. Agar dia merasakan mendapat perhatian yang cukup dan utuh meski ada bagian keluarga yang telah hilang.

Sedangkan untuk anak berusia 2 hingga 10 tahun,  diperlukan perhatian ekstra karena mereka masih dalam tahap pembelajaran. Mereka akan melihat teman sekitarnya yang memiliki keluarga utuh, maka pertanyaan seperti " Kemana Ayah/ Ibu? " itu adalah hal wajar, jadi jawablah dengan bijak. Meskipun itu adalah pertanyaan keramat bagi seorang single parent.

Kepanikan orang tua pasti muncul bila mendapat pertanyaaan keramat tersebut,  hingga terkadang ada yang marah dan membentak anaknya gara-gara hal itu.

Mengalihkan perhatian itulah senjata para orang tua,  namun hal itu kurang baik karena tidak menyelesaikan pertanyaan.

Solusinya adalah menjelaskan secara bertahap sesuai dengan pemahaman sang anak mengenai konsep kematian.

Sama halnya dengan pertanyaan asal usul kehidupan yang terlontar dari anak umur 5 tahun.
" Ma, aku ini berasal dari mana? "
" Ma, kenapa perut mama buncit? Kata temenku itu artinya aku mau punya adik, terus kok bisa adik ada di perut mama? "

Kembali ke konsep kematian bagi anak-anak. Bagi anak usia 0-3 tahun lebih gampangnya kita katakan pada mereka " Mama sedang pergi jauh! ".
Itu statement mainstream namun cukup ampuh.

Namun seiring bertambahnya usia anak, makin banyak pertanyaan yang dilontarkan.
"pergi kemana mama, kok gak pulang? Mama gak kangen adik kah?".

Oleh sebab itu, untuk anak dengan usia 3-7 tahun wajib ditanamkan konsep kematian, hanya saja dengan bahasa yang sederhana.

Misalkan ibunya yang telah tiada, maka sang Ayah menerangkannya seperti ini .

"Adik, mama kamu sedang pergi ke syurga dan tidak mungkin kembali,  karena disana mama sudah tenang ditemani bidadari cantik".

Dan akan ada pertanyaan ini juga.
"apa mama tidak kangen adik,  terus kalau adik kangen mama bagaimana?"

Maka kita bisa meminjam Bintang di langit,  karena cukup nyata dan bisa dilihat sang anak. Dengan begitu diharapkan anak lebih bisa menerima karena semuanya tampak nyata. Seperti halnya mereka percaya adanya dunia lain seperti dalam film Harry Potter, atau film putri salju.

Maka untuk  menjawab pertanyaan sang anak tersebut.

Pada malam  hari yang cukup cerah,  ajak dia duduk di teras rumah dan tataplah langit. katakan pada si kecil.
"Mama sekarang tinggal di Bintang! " sambil tunjuk salah satu bintang paling terang dan besar.

Katakan bahwa , "diatas sana mama selalu memperhatikan adik, mama juga sayang banget sama adik, makanya tiap malam Bintang itu selalu menjenguk adik, untuk memastikan adik tersenyum bahagia apa tidak di hari ini".

" Jadi kalau adik kangen mama, adik juga bisa melihatnya . Adik jangan lupa menyapa sang bintang kalau kangen mama."
" Adik juga harus jadi anak yang ceria, baik , cerdas dan berprestasi di sekolah serta menuruti perkataan ayah. Biar disana mama gak bersedih , apalagi melihat adik gak mau makan seperti ini.  Nanti mama jadi murung  dan gak bersinar lagi di langit ".

Dengan konsep diatas, mungkin nampak seperti hal konyol. Namun itulah pemahaman anak-anak. Dan konsep itulah yang bisa diterimanya dengan sangat baik.

Satu hal lagi, pengucapan kata berikut sangat tidak dianjurkan kepada anak kala mereka menanyakan keberadaan salah satu orang terdekatnya yang sudah pergi.
"Sudah jangan tanya lagi tentang mama/papa yg telah pergi !"
" Jangan bertingkah atau mikir aneh-aneh" .

Karena hal itu justru membuat anak takut bertanya ,tak bisa mengungkapkan isi hati dan perasaannya.  Yang berdampak pada perilaku anak. Dia akan menjadi tertutup, pemurung, pendiam dan menjauhkan diri dari lingkungan.

Sebenarnya membuat anak ceria dan lupa akan kesedihan lebih mudah dibanding kita para orang dewasa. Karena anak memiliki konsep cepat lupa dan mudah bahagia.

Hanya saja memang harus dengan cara yang tepat dan yang  terpenting mereka harus mendapat curahan kasih sayang .

Bukan berarti dengan memenuhi dia dengan barang atau materi. Namun justru perhatian, perbanyak waktu berbicara atau ngobrol dengan anak di sela kesibukan sebagai single parent.

Misal dengan bertanya," bagaimana keadaan adik hari ini? Dapat apa di sekolah? Atau tadi bermain apa sama teman-teman?"

Pertanyaan sederhana dan obrolan ringan 15 - 30 menit bersama mereka tiap harinya itu sangat berarti dan bermanfaat bagi perkembangan pribadi sang anak.

Meskipun mungkin ada kakek/nenek atau keluarga lain yang memperhatikan. Namun tak ada yang bisa mengganti perhatian orang tua meski terkadang hanya perhatian 1 orang tua saja.

Cukup disini penulis berbagi informasi bagi kalian. Moga bisa membantu terutama para survivor hebat yaitu single parent yang sedang berjuang merawat anak-anak mereka sendirian. Kalian adalah orang paling tangguh yang pernah aku kenal.

Terima kasih buat Abang Dumayku yang membuat aku terinspirasi menulis ini, moga ini juga bermanfaat bagi orang lain.

Dan maafkan bila penulis menyinggung perasaan kalian dengan membuka luka lama yang mungkin sulit terobati.

Penulis paham seberapa sakitnya kehilangan seseorang, namun penulis yakin kalian adalah orang tangguh dan tegar yang akan menatap masa depan, bersikap maju dan mengarah pada kebaikan demi masa depan anak kalian.

Doaku selalu menyertai kalian para single parent.
Semoga Allah selalu memberi kekuatan, mencukupi segala kebutuhan kalian dan tetaplah ceria dan semangat selalu dalam kehidupan.

Kerja keras kalian akan terbayar terutama dengan melihat senyum bahagia serta kesuksesan Putra-putri kalian.

Terima kasih sudah bersedia membaca.

SHARING motivasi KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang