Chapter 1 : 100 Years Later...

698 78 5
                                    

100 Tahun Kemudian, Summer – New York 2110...

Dear Diary...

Apa kau percaya dengan Reinkarnasi? Benarkah kehidupan kedua itu ada? Dan benarkah sekarang aku sedang mengalaminya? Sejak aku mulai bisa mengingat, aku selalu melihat mimpi yang sama setiap malam.

Aku selalu melihat seorang gadis muda berdiri di tepi pantai. Dia cantik, berambut panjang lurus, dan mengenakan gaun putih yang terlihat sangat serasi di tubuhnya. Pendek kata, dia terlihat bagaikan Malaikat. Tapi sayang, dalam mimpiku gadis itu selalu meneteskan airmata.

Dalam mimpiku, gadis cantik itu tidak sendirian, dia bersama seorang pria yang anehnya tidak bisa kulihat wajahnya. Aku hanya tahu pemuda itu bertubuh tinggi dan tegap, karena aku hanya mampu melihat bayangan punggungnya dan mendengar suaranya.

Benar. Hanya bayangan punggungnya saja. Bayangan punggungnya saat dia berlari di sepanjang pantai mengejar gadis itu yang secara perlahan terbang ke angkasa dan bersatu dengan kumpulan bintang.

Terdengar aneh kan? Bagaimana mungkin seorang manusia biasa bisa terbang ke langit? Lalu hujan bintang itu... Kapankah di New York pernah terjadi Hujan Bintang? Sejak aku dilahirkan, aku belum pernah melihat hujan bintang atau meteor seperti yang kulihat dalam mimpiku.

Teman baikku, Jessica selalu berkata "Itu hanya mimpi, kawan. Jangan terlalu dipikirkan. Tidak ada yang namanya kehidupan kedua!" ujarnya santai.

Tapi aku percaya itu bukan mimpi biasa. Jika itu hanya mimpi biasa, lalu kenapa hanya mimpi itu yang selalu kulihat sepanjang malam sejak aku masih kecil? Kenapa tidak pernah sekalipun aku melihat mimpi yang lain?

Apa Reinkarnasi itu benar-benar ada? Awalnya kupikir itu hanya omong kosong saja, tapi semakin lama aku semakin yakin bahwa itu bukan sekedar omong kosong saja. Hal itu semakin kuat saat aku menyadari satu hal, semakin aku dewasa, semakin lama wajahku semakin mirip dengan gadis dalam mimpiku. Sebuah pikiran bodohpun terlintas. Mungkinkah gadis dalam mimpi itu adalah aku? Mungkinkah aku melihat kenangan masa laluku?

Bagaimana menurutmu, Diary?

Kehidupan kedua, apakah benar-benar ada?

Orlando, Florida 2110...

"Gadis itu lagi? Siapa dia sebenarnya Kak?" tanya seorang pria muda kepada kakaknya, menatap aneh pada lukisan seorang gadis di tepi pantai yang hanya terlihat punggungnya.

Pria di depannya yang dipanggilnya kakak hanya menjawab frustasi. "Andai aku tahu siapa dia, aku tidak akan menderita seperti ini." jawabnya lesu seraya menatap lukisan sepasang pria dan wanita yang berada di tepi pantai.

Gadis itu, gadis dalam lukisan itu sedang terbang ke langit dengan hujan bintang sebagai siluetnya, dan pria muda itu berlari mengejarnya.

Terbang ke langit, hujan bintang, pantai, seorang gadis bergaun putih dan berambut panjang, itulah yang selalu di lukis Alvan sejak dia bisa mengingat.

"Albert, apa kau percaya bahwa Reinkarnasi itu ada?" tanya Pria muda itu, ALVAN DAVIDSON sambil menatap lukisan di depannya.

"Kak, yang benar saja? Di jaman serba robot seperti sekarang ini, bagaimana mungin kau percaya hal seperti itu? Ini tahun 2110, Kak! itu tidak masuk akal!" jawab orang yang di panggilnya Albert.

"Kenapa tidak? Bagaimana bila Reinkarnasi itu benar-benar ada? Lihat saja semua ini! Kak Alvan terus memimpikan hal yang sama selama bertahun-tahun sejak dia bisa mengingat dan bahkan melukisnya. Aku yakin mimpi itu pastilah bukan mimpi biasa." jawab seorang pria muda lain yang tiba-tiba masuk ke sana.

"Atau jangan-jangan kak Alvan memang punya bakat untuk melukis masa lalu?" tambahnya lagi sambil berdiri di depan Lukisan pantai itu.

"Alex, ada apa denganmu? Masak kau juga percaya hal-hal konyol seperti itu?" tanya Albert tidak percaya.

"Lalu bagaimana kau bisa menjelaskan semua ini?" bantah Alex.

"Ini! Ini! Juga ini!" tambah Alex sambil menunjuk lukisan seorang gadis di tepi pantai.

"Lukisan yang sama. Gadis yang sama, tapi Alvan melukisnya dari berbagai sisi yang berbeda. Anehnya, semua lukisan itu selalu berakhir sama yaitu gadis itu terbang ke langit." tunjuk Alex pada semua lukisan itu.

"Tapi tetap saja ini tidak masuk akal! Aku tidak percaya ada yang namanya kehidupan kedua!" sangkal Albert bersikeras.

"Masuk akal atau tidak, itu semua tergantung dari sudut pandang masing-masing orang kan?" Alex kembali mendebat.

Sementara kedua adiknya sibuk bertengkar, Alvan Davidson justru diam-diam berjalan ke arah balkon kamarnya dan termenung memandang langit yang bertabur bintang.

"POLARIS bersinar sangat terang. Apa kau ada di sana?" batin Alvan sambil memandang kelip bintang di Langit Utara, Polaris.

"Aku Mencintaimu. Aku tahu aku mencintaimu, itu sebabnya aku tidak pernah mampu melupakanmu. Walau aku tidak tahu siapa kau, walau aku tidak pernah bertemu denganmu, walau aku hanya melihatmu dalam mimpi dan lukisanku, tapi aku bisa merasakan kalau kau istimewa bagiku. Gadis dalam lukisanku, belahan jiwaku, POLARIS-ku...Di mana kau sekarang?" batin Alvan sedih.

Sementara Alvan termenung memandang langit, kedua adiknya masih berdebat seru tentang reinkarnasi dan tetek bengeknya.

"Bagaimana jika kita bertaruh? Aku percaya gadis dalam lukisan itu nyata, atau setidaknya dia pernah ada. Dia pernah hidup di masa lalu dan mereka pernah pacaran."Alex berkata dengan penuh percaya diri.

"Kenapa kau bisa begitu yakin?" tanya Albert skeptis.

"Seseorang yang selalu memimpikan hal yang sama, kemungkinan hal tersebut pernah dia alami sebelumnya, atau lebih tepatnya di kehidupan sebelumnya. Mimpi itu bukanlah mimpi biasa. Dan hal tersebut bisa dijelaskan secara psikologis." terang Alex berapi-api.

"Lihat siapa yang bicara, Mahasiswa terbaik yang lulus dari Fakultas Psikologi dengan predikat Cumlaude sedang memamerkan Ilmunya. Sebenarnya kau ini Psikiater atau Ahli Nujum sih?" gurau Albert pada Adiknya, masih tidak percaya.

"Aku tetap percaya bahwa Reinkarnasi itu ada!" Alex bersikeras pada pendapatnya.

"Baik. Jika kau memang percaya bahwa Reinkarnasi itu ada maka bawa gadis itu kemari. Jika kau tidak bisa membawanya kemari, berarti kau kalah. Dan sebagai hukumannya kau harus jadi pelayanku selama sebulan." tantang Albert percaya diri.

Alex terlihat ragu tapi akhirnya dia menjawab "Bagaimana jika aku yang menang?" Tanya Alex dengan percaya diri.

"Tidak mungkin! Di jaman yang serba canggih seperti sekarang, tidak ada hal yang namanya Reinkarnasi. Tapi jika kau bisa membawanya kemari berarti kau menang, kau boleh minta apa pun padaku sebagai hadiahnya dan aku akan percaya!" Albert berkata dengan lebih percaya diri.

"Akan kubawa gadis itu kemari agar Alvan tidak perlu menderita lagi. Dan jika aku menang, kau juga harus jadi Pelayanku selama satu bulan." tantang Alex.

"Tiga bulan. Taruhan harus ada waktunya. Jika dalam waktu tiga bulan kau tidak berhasil menemukan Reinkarnasi gadis itu maka kau dianggap kalah!" ujar Albert percaya diri, disertai anggukan kepala Alex yang ragu-ragu.

To be continued...

Polaris In My Heart (Sekuel Of : Fly Me To Polaris) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang