Paginya aku langsung menuju teras rumah Afi untuk mencari udara segar. Sejuk sekali disini. Tiba-tiba Aya berdiri di sebelahku mengangkat kedua tangannya, meregangkan badannya. Aku menatapnya aneh. Tumben dia tidak sama Averu.
"Mana Aver, Ay? Biasanya kalian berdua terus."
"Dia masih ada di mimpinya, Sas. Biarlah, lihat saja nanti pasti dia bangun paling terakhir." Aya tertawa.
Aku-pun ikut tertawa. Aku nyaman dekat dengan mereka. Padahal hitungannya baru hari. Keramaian mereka selalu mengisi hariku. Ah ya, tiba-tiba aku ingat tentang kejadian di acara sekolah itu. Aku sudah lama mau menanyakan ini pada Aya.
"Ay, kau tahu acara sekolah beberapa minggu lalu kan?" tanyaku.
Aya mengangguk. "Kenapa?"
Aku menggaruk kepalaku. "Hmm.. Ay kau tahu tidak ce-"
"Kak Ay, Aver memulai aksi gilanya!" teriak Haifa dari pintu.
Aku langsung menunduk. Sedangkan Aya langsung menarik tanganku. "Kau harus lihat ini, Sas!" wajahnya berubah sumringah. "Ini sangat lucu!"
Kami masuk ke dalam dan yang kulihat adalah Aver yang sedang memukul-mukul Paul dengan bantal yang ia pakai. Matanya terpejam. Ia berteriak. "Kau bodoh, dasar mesum! Aku tak suka kau!"
Yang lainnya tertawa, aku hanya diam karena tak mengerti. "Ay ini ke-"
"Aver sleep walking, Sas hmm.. Atau lebih ke mengigau? Tapi hanya setiap pagi. Dan setiap sedang berkumpul seperti ini, Paul selalu menjadi korbannya. Minggu lalu, Paul dibilang pencuri hati! Gila kan? Hahaha. Lucu kalau lagi seperti ini. Tapi seram jika hal ini terjadi di rumahnya. Rumahnya banyak tangga." Bisik Aya.
Aku berdecak kaget dan menggeleng. Tak berapa lama kemudian Aver terjatuh dan kembali tertidur. Dengan cepat, semua berlari ke Aver san membangunkannya.
Aver mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum ia benar-benar bangun. Ia melihat sekitarnya dan menghembuskan nafas berat. "Ah pasti aku ngigau lagi." ujarnya.
Semua tertawa tak terkecuali, aku. Raut wajah Aver sangat lucu, seakan ia sudah kebal dengan tawaan dari teman-temannya. Averu melihat ke sebelah kanannya. Disana ada Paul dengan wajah ketakutannya. Averu mendekat namun Paul sedikit mundur.
"Ah, Ul. Maafkan aku. Kenapa korbannya selalu kau ya?" Aver memeluk Paul.
Paul hanya menghela nafas lega dan mengangguk pasrah. "Tak apa Ver, tak apa."
Siang telah tiba. Setelah olahraga pagi bersama dan menonton film bersama, kami segera pulang. Sampainya aku dirumah, aku seperti kelupaan sesuatu.
Ah ya! Aku belum bertanya pada Aya. Tapi aku yakin, dialah penolongku. Suaranya sangat mirip.
***
"Sudahlah, bubarin aja Ahaw! Gak guna, apalagi kalau jadwal ketemu jadi berantakkan gini! Gak pernah bareng. Percuma." Ujar Nita sambil menunjuk anak Ahaw, termasuk aku. Kami sedang berada di rumah Afi. Tadi, Nita memaksa semua untuk berkumpul sepulang sekolah. Kak Ervina dan kak Daddy sampai harus merelakan waktunya untuk ikut serta.
Baru 5 bulan aku disini dan baru pertama kali ada masalah seperti ini. Aku hanya bisa diam. Di pertemuan 2 minggu lalu, Ilham tidak datang karena jalan dengan pacarnya, begitupun Jessy. Lalu, minggu lalu giliran Ram dan Paul. Hal itu membuat Nita marah. Aya, Aver, dan Ran selaku member lama hanya bisa menggeleng dan menghela nafas gusar berkali-kali, aku memperhatikan itu.
"Masa iya, lupa sama temen cuman gara-gara pacar. Apa-apaan tuh? Mentang-mentang udah gak ansos jadi sombong gitu." Ucapnya sambil melirik sinis ke Jessy, Ilham, Ram dan Paul. "Kalo gak ada progress, aku yang keluar." Nita beranjak pergi meninggalkan kami semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama [AHAWFest]
Fanfiction"Sas perubahan itu gak pernah jauh dari kata 'tergantung'. Kau hanya perlu membiarkan semuanya berjalan seperti biasa. Kelak kau akan tahu perubahanmu menjadi baik atau lebih buruk..." story by @Rachmasasqiaa